Di hotel yang berbeda, Hidayat bersiap menghadiri makan malam spesial bersama sahabat lamanya yang Yanuar Abdullah dan istrinya. Hidayat mengajak serta ibu mertuanya Yasmin dan kedua orang putra kembarnya, di dampingi 2 baby sitter. Mereka cukup kerepotan menjaga Arjuna dan Pandu, nama si kembar. Bayi-bayi itu sudah pandai mengoceh dan membolak- balikkan badannya. Selain itu Hidayat dan Realita membawa serta Rama dan Shinta. Hidayat menyewa apartemen besar yang memiliki 4 kamar besar, yang mampu menampung keluarga besarnya.
Rama dan Shinta sudah rindu ingin bertemu papanya, Andy yang tinggal di Jakarta. Kedua anak itu tidak ikut dinner bersama mereka. Kedua anak itu memiliki agenda sendiri dengan papanya. Andy sudah menjemput kedua anak itu sedari sore tadi.
Hidayat membantu Realita mengenakan gaunnya, Realita semakin seksi tubuhnya padat berisi, ia memiliki lengkungan S pada punggung hingga bokong bila di lihat dari samping. Hidayat suka memeluk punggungnya, tangannya sangkut di atas bokongnya. Hidayat baru memperhatikannya dengan jelas, disinilah perbedaan tubuh Realita dengan kembarannya. Hidayat menggelengkan kepalanya dan mengucap istighfar, haram hukumnya membandingkan punggung istri dengan ibu atau saudaranya .
Realita menoleh padanya, "ada apa?" tanyanya dengan lembut. "Tidak apa-apa, aku ingin memelukmu", Realita tertawa, dia menggantungkan kedua tangannya ke leher Hidayat. 'Gratis. Kamu bisa melakukannya kapanpun", katanya seraya meletakkan kepalanya ke dada Hidayat yang kekar. Hidayat mengeluh, "tamu kita sudah menunggu...masih ada waktu lain", dia menasehati dirinya dari godaan hasratnya . Realita tertawa manja. Tapi dia terdiam ketika melihat bungkusan kado yang berisi perhiasan berlian. "Kenapa?" Hidayat melihat arah mata istrinya. "Dimana dia sekarang?" Realita menarik nafas panjang. Hidayat mengerti maksud Realita. "Aku ingin mencarinya", suara Realita tersekat di tenggorokan. Hidayat mengusap punggung tangannya. "Apa kamu sudah memaafkannya?' Realita mengangguk. Dia sudah memaafkan adiknya itu sejak lama. Bagaimanapun peristiwa itu membawa hikmah baginya, ia bertemu Hidayat dan memiliki bayi kembar yang tampan. Realita terus memikirkan nasib adiknya itu. Dia telah bersembunyi entah dimana.
Polisi membuat laporan kalau Relina meninggal dunia akibat kanker payudara. Namun Hidayat dan Realita mengetahui kalau Relina membuat kematian palsu agar tidak menjadi DPO¹. Selain itu, ibunya Yasmin juga mengetahui kalau Realita masih hidup. Sedang Andy dan Amir sudah menganggap laporan polisi itu sudah final. Relina sudah meninggal.
Realita menarik nafas berat. "Sudah setahun dis menghilang , aku bahkan tak pernah sekalipun bertemu dengannya, apa dia mirip dengannya?" Realita menatap Hidayat, suaminya mengangguk. "Dulu...kalian sangat mirip. Tetapi sekarang bisa membedakannya", jawab Hidayat. Tubuh Realita memiliki lekuk menawan, sedang Relina bertubuh lurus, Hidayat mengatakannya di dalam hati. Di situlah perbedaannya. Realita memandang wajah suaminya penuh selidik. "Apa kamu masih memikirkannya?" tanyanya menggoda. Hidayat balas menggoda. "Apa kamu cemburu dengannya?" Realita tertawa. "Tentu saja tidak!" Realita menyentuh hidung suaminya dengan hidungnya. Hidayat hampir kehilangan kendali. Istrinya ini selalu memancing hasratnya. 'Yuk kita berangkat...nanti kita terlambat!" mereka bergandengan tangan keluar kamar.
Ibu Yasmin beserta 2 bayi kembar itu dan dua orang baby sitter itu mengikuti langkah mereka menaiki mobil menuju hotel tempat pertemuan itu dilaksanakan.
Sementara Yanuar dan istrinya sudah lebih tiba di restoran hotel. Revaline tidak memperhatikan siapa yang datang. Dia sibuk membalas pesan dari para sahabatnya club sosialita di Singapura. Yanuar segera memberikan pelukan hangat kepada Hidayat dan menyalami Realita tiba di mereka, Revaline berdiri dengan kepala yang masih tertunduk ke ponselnya. Namun ketika ia mendongakkan wajahnya, dia terkejut setengah mati. Hidayat, Realita! Revaline terpekik dalam hati. Dia juga melihat ibunya Yasmin ikut hadir bersama mereka. Hampir saja mulutnya berteriak menyebut nama mereka, termasuk memanggil ibunya. Tetapi ia sadar dengan cepat, dia ingat siapa dirinya sekarang.
Dada Revaline serasa akan pecah. Ia tak mampu bersuara. Tangannya dingin seperti es. Tubuhnya gemetar, dia terduduk di kursinya. wajahnya pucat.
Yanuar terkejut dengan keadaan istrinya yang berubah pucat. Meski wajah Revaline alias Relina telah di poles dengan make up tebal, tetapi tidak dapat menyembunyikan wajahnya yang tiba-tiba berubah putih seperti kertas. Yanuar menduga istrinya itu masuk angin dan menjadi sakit. Ia segera membuka jasnya dan menutup punggung Revaline yang terbuka. Yanuar membawanya ke rest room membantu istrinya menghirup aroma teraphy dan memberinya air hangat.
Relina alias Revaline mulai pulih. Wajah pucatnya merona kembali. Hidayat, Realita dan ibunya Yasmin tidak mengenali dirinya. Hati Revaline alias Relina sedilkit tenang. Ia harus bersikap hati-hati. Jangan sampai mereka mengenalinya akibat kesalahan kecilnya. Ibunya Yasmin tidak bisa ditipu. Dia terlihat sedikit terkejut. Istrinya Yanuar Abdullah serasa familiar dengannya. Wajahnya mirip putrinya. Tetapi Revaline jauh lebih muda dari Relina.
Revaline tersenyum menyapa para tamunya. Suaranya serak hampir tak terdengar. Halo! Selamat malam!" Sapanya ramah. Ia sangat pandai berakting dan berbuat seakan-akan tidak pernah terjadi sesuatu di batinnya. Hidayat dan Realita membalas keramahannya seraya menyerahkan kado pernikahan kepadanya. Revaline menerimanya dengan senang hati meski begitu tangan Relina masih sangat dingin. Realita terkejut ketika menyalaminya Nyonya Yanuar pastilah sedang sakit, atau bisa jadi ia sedang hamil, Realita menduga dalam hati.
Dugaan Realita tidaklah salah. Hal ini akan menjadi pukulan berat bagi Revaline. Selama ini ia mengira tidak bisa hamil lagi.
Revaline memperhatikan leher cantik Realita. Perhiasan berlian hitam dileher Realita membuat dadanya serasa bergemuruh oleh rasa marah dan iri yang sangat. Dulu ia sangat menginginkan perhiasan kalung berlian ibu mertuanya itu. Tetapi perhiasan itu hanya bisa dimiliki bila ibu mertuanya meninggal. Tetapi perhiasan keramat berumur ratusan tahun itu telah menjadi milik saudari kembarnya.
Relina membuka kado pernikahan itu. Alangkah terkejutnya ia. Kado perhiasan itu miliknya sendiri. Dulu ia menggadaikannya karena ia tidak punya uang yang cukup untuk sehari-hari. Sekarang perhiasan itu kembali kepadanya lagi. Relina mengumpat dalam hati. Dia menerima 2 kali hadiah kado pernikahan yang sama dari pria yang sama. Benar-benar penghinaan bagi Revaline.
Revaline menatap dengan tersenyum kepada ibunya, ia mendekati ibunya memeluknya dengan hangat. Ia ingin sekali berbisik ke telinga ibunya. "Ibu ini aku Relina!" Tetapi ia hanya berkata di dalam hati. Ia tak ingin ibunya jatuh pingsan di tempat itu. Sekilas ia menatap kedua bayi Realita dengan tatapan dingin. Ada kilatan merah dimatanya. Ia benci bayi-bayi itu. Salah satu baby sitter pengasuh bayi itu, melihat aura menakutkan di wajah Revaline. Ia tergidik ngeri.
Revaline marah dengan kebahagiaan Realita disisi Hidayat. Apalagi Hidayat sudah bisa kaya raya sekarang dengan cara yang cepat. Sementara dia dan Hidayat dulu hidup miskin dan menderita di tepi hutan. Hidayat menipunya. Selama ini ia hanya pura-pura bangkrut. Hati Revaline mendidih dan menderita karena dendam.
_____
¹ Daftar Pencarian Orang