"Mandi air hangat memang paling menenangkan. Hmmm. Sebaiknya aku segera menyelesaikan mandiku. Kali ini aku harus bisa membawa gunung es itu pulang."
Vio keluar dengan memakai kimono handuk warna biru cerah. Kulitnya yang putih benar-benar terlihat cerah, rambutnya yang dicepol, dan asap yang masih mengepul sedikit dari kulit tubuhnya terkesan begitu sexy.
Vio membuka lemari bajunya dan memilih kaos warna putih dengan lengan pendek yang dipadupadankan dengan jumpsuit terusan berbahan jeans warna biru gelap. Dengan sport shoes warna senada dengan kaos yang dia pakai. Untuk makeup, Vio kali ini menggunakan makeup nude yang simple, dengan tatanan rambut terurai bebas, ditambah kacamata yang seperti biasa dia sarangkan di atas kepalanya.
Anting bermata satu bermotif langit dan kalung dan gelang yang senada. Tidak lupa dia bawa tas handbag nya dengan warna senada dengan jumpsuit yang dipakainya. Dari dompet, hp, serta 1 set alat makeup simplenya sudah masuk dalam tas tangannya.
Terakhir Vio mengambil botol parfum berwarna gold yang terletak di atas meja riasnya. Satu, dua, tiga kali dia spray kan di tengkuk, pergelangan tangan dan terakhir di depan cermin dan berkata...
"Aromaku menggoda..." dengan senyuman centilnya di depan cermin Vio berkedip, menggoda dengan puas.
Vio menarik laci meja riasnya dan mengambil sebuah jam tangan dengan berhiaskan kupu, daun, dan manik-manik berwarna metalik dan memasangnya di tangan kirinya. Mengambil kunci mobilnya di atas meja lalu keluar kamar.
Begitu keluar dari kamar Vio disambut senyum Papanya yang duduk di sofa ruang tamu.
"Mau kemana sayang??" tanya Papanya.
"Mau ketemuan sama Xaxa Pah... di Kedai Guwe." jawab Vio datar.
"Sayang, coba kamu bujuk lagi. Biar Xaxa mau pulang, siapa tau kalo kamu yang ajak Xaxa mau ikut pulang." lanjut Papanya sambil minum secangkir kopi yang diambilnya dari meja di depannya.
"Pasti Pah. Ya dah, Vio berangkat dulu ya Pah... Mah..." Vio langsung melangkahkan kakinya menuju ke garasi mobil di samping rumahnya.
Vio berkendara dengan santainya. Melewati jalan-jalan yang terpampang di depannya. Vio melihat ke kanan dan ke kiri, sepanjang perjalanan dia hanya melihat pertokoan dan rumah-rumah penduduk. Sesekali dia melewati pos penjagaan dari perusahaan-perusahaan kecil yang sudah lama berdiri di kota. Kota ini walaupun kecil, tapi bisa dibilang cukup berkembang. Banyak orang-orang berpotensi yang membuka perusahaan sendiri. Memacu diri dengan keras untuk bisa berdiri diatas kaki sendiri. Kota ini dipenuhi dengan pejuang-pejuang kehidupan. Persaingan demi persaingan muncul satu persatu, tapi masih dalam tahap kewajaran. Tidak lama terlihat sebuah papan tergantung. Sebuah kotak tergantung tidak jauh dari lampu penerangan jalan umum, disitu tertulis "Kedai Guwe", coffee break time.
Dan Vio mulai mencari-cari lokasi yang pas untuk memarkir mobilnya. Tidak lama ada seorang pria paruh baya dengan baju kaos dan celana jeans dilengkapi dengan rompi orange yang menandakan bahwa ia adalah seorang penjaga parkir di area itu mulai membantu dan memberikan arahan untuk memarkir mobilnya di tempat yang sudah ada.
Vio mengikuti arahan dan menghentikan mobilnya tepat waktu. Vio keluar dari mobilnya dan dengan senyum yang ramah ia mengucapkan terima kasih kepada petugas parkir itu.
"Makasih ya Pak..." Kata Vio.
"Iya mbak, sama-sama." jawab petugas itu malu-malu.
Vio mulai membuka tas tangannya, mengaduk-aduk isi di dalamnya dan berusaha mengambil ponselnya. Begitu Vio mendapatkan apa yang dia cari ia segera menutup tas tangannya dan menentengnya. Ia baru mulai mencari-cari nomor orang yang dicari tiba-tiba ada seseorang yang mengalungkan tangannya ke bahunya dan menariknya. Vio kaget dan berusaha untuk menepis tangan itu, tapi ia membatalkannya ketika menoleh dan melihat wajah orang yang sudah berani tanpa ijin mengalungkan tangannya ke bahunya itu.
Dingin, datar, itu kesan pertama yang dia dapatkan dari sorot mata orang itu.
"Sialan. Bikin kaget aja!" katanya agak keras.
"Dalam hatiku, siapa ini orang yang berani kurang ajar pegang-pegang bahuku. Ternyata..." Sambil mendengus ia lanjut bicara.
Dan ia pun ditarik dan dibawa ke tempat duduk di sudut. Lokasi yang cukup nyaman, dengan segala furniture dari kayu yang memenuhi ruangan dengan warna alaminya. Ruangan yang didominasi dengan warna coklat di seluruh dinding dengan penuh lukisan dan segala ornamen yang berbau kopi dan di depan tempat duduknya tergantung sebuah kantung kecil yang menyerupai sak semen berukuran mini tergantung di bawah wallfan, sebuah pengharum ruangan beraroma kopi yang khas. Memenuhi ruangan dengan wangi kopi yang menentramkan pikiran. Ditambah dengan alunan musik terbaru khas anak muda yang tidak ketinggalan zaman. Benar-benar sebuah Kedai kopi yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Kedai kopi ini lumayan penuh. Kedai yang biasa dipakai nongkrong anak-anak muda untuk sekedar bertemu dan bersantai bersama teman, keluarga dan sahabat. Benar-benar tempat yang nyaman untuk bertemu.
Tanpa banyak bicara Vio ikut saja dan mengikutinya dan duduk di depannya.
Tatapannya dingin, tanpa ekspresi, datar dan cuek. Penampilannya kali ini dengan kaos distro model v-neck press body, jeans biru gelap dengan sobekan di lutut dan beberapa bagian di bagian celananya yang lain dengan sepatu sport putih terlihat sangat nyaman dilihat. Kecuali untuk mukanya. Orang ini benar-benar anti dengan makeup, tidak pernah mau menyentuh nya. Tapi sebenarnya kalo diperhatikan dengan baik. Dia terlihat alamiah, cantik apa adanya.
"Bisakah kamu lepas topeng Iblis mu itu di depanku?? Tidak akan ada yang melirikmu kalo kamu terus pasang muka iblis begitu." Vio mengatakan dengan nada ketidaksukaannya.
"Xa... perlihatkan wajah manismu dong..." rayu Vio.
Tapi sang lawan bicara tidak menunjukkan perubahan ekspresi apapun. Benar-benar seperti berbicara dengan patung saja.
Vio menyerah karena tidak mendapat respon apapun dari Xaxa. Jadi langsung saja ia panggil salah satu pelayan dan mulai memesan.
"1 hot capuccino latte, 1 hot mocca latte, 1 porsi potato chips, 1 porsi roti bakar saus coklat, 1 porsi banana cake" kemudian ia menyerahkan kembali menu pada pelayan itu.
"Xa... tadi Mama mengantar titipan kamu buat nenek." Kata Vio berusaha untuk mendapatkan respon dari Xaxa.
"Hmmm."
Sialan benar-benar ini anak dari tadi aku nerocos, cuma dibalas "Hmmm" doang.
Vio cuma bisa menghela nafas. Kemudian ia mengeluarkan headsetnya. Kali ini ia membawa yang ada kabelnya, satu ia pasang di telinga kanannya dan yang satu ia pasang di telinga kiri Xaxa. Xaxa pun diam dan mulai menutup mata dan duduk bersandar malas di tempat duduknya sekarang. Vio yang melihat cuma bisa tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
Waktu berlalu dan tidak lama pesanan pun datang. Kemudian Vio pun memesan kembali pada pelayan itu.
"Mba, pesan nasi goreng spesial super pedas 2 ya. Makasih." katanya sambil menerima pesanan snack dan kopinya tadi.
Pelayan itu pun bilang,
"Iya mbak, mohon tunggu sebentar." jawab pelayan itu ramah.
"Ok." balas Vio.