Kehangatan keluarga membuat Xaxa melupakan segala kekesalan dan kepenatan yang ia rasakan sebelumnya. Membuat ia begitu menikmati waktu tidur malamnya kali ini. Seperti biasa, jam 4 pagi. Xaxa keluar rumah dengan pakaian olahraganya. Kali ini kaos panjang yang ia kenakan agak longgar, dengan pasangan celana training panjang. Bahan pakaian olahraga yang dipakainya saat ini bukan jenis bahan yang menyerap keringat, tapi walaupun demikian ia tetap memakainya. Tentu saja dengan sport underwear.
Cukup berlari kecil mengelilingi seluruh pekarangan rumah 3 kali, kemudian ia menuju ke ruang fitness di sebelah kanan ruang dapur. Segala jenis alat fitness lengkap, ring boxing, di sudut ruangan sebelah kanan terdapat ruang khusus, cukup luas untuk berlatih. Di tengahnya tergantung sebuah samsak berwarna hitam. Saat melihat hal itu mata Xaxa berkilat, seakan ia melihat sesuatu yang sangat menggoda. Ia menuju ke lemari yang ada di samping pintu masuk dan mengambil sesuatu. Selebar 3-4 jari, panjang dan putih. Ia melilitkannya dengan kuat di telapak tangan kanan dan kirinya. Mengikatnya dengan erat dengan bantuan giginya. Memulai pemanasan dan...
Bug... Bug... Bug...
Suara hantaman pada samsak itu. Pelan tapi pasti. Bertenaga. Awalnya pukulan itu lambat lama-kelamaan semakin cepat mengikuti ritme hembusan nafas nya. Sesekali dengan tendangan. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini. Sekarang yang dia lakukan hanya terus meninju, menendang dengan ritme yang pas. Ruangan fitness itu begitu besar dan berdinding kaca tembus pandang. Dapat terlihat baik dari luar maupun dari dalam. Xaxa tidak pernah terganggu dengan hal itu. Suara di ruang fitness sudah hampir 2 bulan ini tidak terdengar. Dan kali ini terdengar kembali. Semua pelayan dan pegawai di rumah sudah mulai bangun dan beraktivitas.
Mereka pun melihat pemandangan yang sudah lama mereka rindukan. Nona besar mereka ada di rumah. Nona besar sudah pulang, dan mereka pun tersenyum senang.
Bahkan mereka lebih bersemangat dalam melakukan pekerjaannya mereka.
Inilah salah satu kelebihan Xaxa di balik sikapnya yang sedingin gunung es.
Sudah sekitar setengah jam ia bersenang-senang dengan samsak itu, kemudian ia mulai melepaskan lilitan di tangannya dan meletakkannya di atas meja. Mulai melenturkan kedua kakinya, kedua tangannya, dan memutar-mutar badannya.
Kemudian ia mempersiapkan diri, berdiri di atas sebuah matras yang cukup besar dan melakukan split. Ia membuka kedua tangannya kemudian memutar, memposisikan kedua tangannya kembali dalam posisi seperti orang berdoa atau menyembah. Ia tetap dalam posisi itu selama kurang lebih 15 menit dengan menutup kedua matanya.
Setelah itu ia memutuskan untuk mengakhiri sesi relaksasi nya. Berjalan menuju treadmill di samping lemari peralatan dan mengaktifkannya.
Kali ini sampai jam 5.30 ia berolahraga. Karena mereka sudah cukup, ia pun berhenti. lalu menuju ke dapur.
"Pagi" ia memberi salam kepada semua orang yang ada di dapur sambil membuka kulkas dan mengambil 1 botol air mineral berukuran 1 liter. Dan menenggak habis dalam 1 kali tegukan.
Para pelayan masih terbengong-bengong melihat Nona besar nya. Lamunan mereka tersadarkan oleh bunyi botol plastik bekas air mineral yang diremas dan dibuang Xaxa ke tempat sampah. Tak lama setelah itu,
"Selamat pagi Non Xaxa." ucap mereka serentak sambil membungkukkan badan.
Dengan masih berkalung handuk Xaxa berjalan menuju kepala pelayan, Bi Umi.
"Saya yang masak hari ini." kata Xaxa.
"Baik" jawab Bi Umi.
Setelah mengucapkan kalimat itu menuju ke kamarnya. Membersihkan dirinya kemudian mandi. Setelah selesai ia mengambil baju ganti. Setelan baju casual yang cukup trendy, ia memilih baju yang diberikan oleh Vio sebagai hadiah ulang tahunnya dua tahun lalu. Ia mengikat rambutnya ke belakang seperti ekor kuda dan memakai riasan natural.
Waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Xaxa lalu keluar kamar dan menuju ke dapur.
Begitu masuk ia sudah dihadapkan dengan berbagai jenis buah, sayur, ikan, telur, dan semua bumbu yang akan digunakan untuk membuat sarapan hari ini.
Alisnya bersatu dengan wajah bingung ia berkata "berlebihan". Hanya satu kata dan ia membuat seluruh pelayan memasang wajah kecewa. Ia lalu mengambil celemek dan memakainya. Memilih beberapa bahan sayur, buah, dan telur. Tidak lupa ia juga mengambil roti dan susu. Juga bumbu lain yang dibutuhkan dalam tempat yang sudah disediakan. Mundur tiga langkah, lalu meletakkannya tangan di belakang. Yang tandanya bahwa bahan-bahan yang lain belum dibutuhkan, dan dengan cekatan seluruh pelayan bagian dapur mengambil bahan-bahan tersebut dan menyimpan kembali ke tempatnya.
Setelah itu ia menuju ke tempat penanak nasi yang ternyata sudah ada nasi di dalamnya. Kemudian ia mulai beraksi.
Dengan cekatan ia mengupas, memotong, menghaluskan bumbu. Semua ia lakukan sendiri. Memasak adalah salah satu dari banyak kelebihan yang dia miliki. Dan dia dengan senang hati melakukan semua itu.
Tidak ada pelayan bagian dapur yang berani menganggunya. Karena mereka tau kalau Nona besar mereka ini tidak suka diganggu saat sedang memasak. Mereka senang dan benar-benar bersyukur bisa melihat Nona besar mereka memasak lagi di dapur. Karena sudah lama mereka tidak melihat pemandangan seperti itu.
Hanya dalam waktu 45 menit menu sarapan pagi ini perlu disiapkan. Xaxa adalah Nona besar yang sangat memahami perasaan semua anggota keluarga termasuk para pelayan. Jadi ia memasak porsi besar. Karena ia tahu sudah lama mereka tidak merasakan masakan Nona besar mereka, dan mereka pasti sangat merindukannya.
Xaxa mengambil masing-masing 4 porsi dari setiap menu yang ada, melepas celemek nya dan meninggalkan semuanya di dapur.
Tanpa perlu diperintah para pelayan di bagian dapur segera membawa semua menu yang sudah ada ke meja makan. Membersihkan, menata dan mempersiapkan menu di meja makan dalam waktu kurang dari 10 menit. Setelah itu mereka membersihkan semua sampah yang ada di dapur, walaupun sebenarnya mereka tidak mendapati satu sampah pun yang berserakan. Semua yang dikerjakan Nona besar mereka benar-benar teliti, bahkan sangat meringankan pekerjaan mereka.
Aroma harum memenuhi rumah. Tak lama keluar Vio dari kamarnya dengan rambutnya yang acak-acakan khas bangun tidur, dan orang tua nya juga. Tapi tetap kharisma papa dan keanggunan mama tetap terlihat.
"Cuci mukamu dulu, baru sarapan." kata Xaxa dingin. Mama dan papa langsung duduk di tempatnya, Vio lari masuk ke kamar lalu cuci muka. Akhirnya Vio keluar dengan muka cerah dan bahagia. Ia tidak bisa menutupi raut muka bahagianya. Lalu mencium pipi papa, mama dan terakhir Xaxa.
"Good morning." langsung duduk di samping mamanya.
Mata Vio berkilat-kilat. Ia tidak berhenti mengagumi apa yang ada di depannya. Rasanya air liurnya mulai menetes dan ia tidak mampu lagi menahan godaan menu sarapan yang dihidangkan di depan kedu matanya.
"Wow... menu sarapan hari ini... aaarrgghhh"
ekspresi Vio melampaui apa yang dipikirkan. Membuat mama dan papanya kaget. Bahkan Xaxa pun memasang muka terkejut.
"Diam dan makanlah." kata Xaxa dingin.
"Sayang, kamu yang masak semua menu sarapan ini?" tanya mamanya
"Iya" jawab Xaxa singkat.
"Bangun jam berapa?" ganti papanya yang tanya.
"4" jawab Xaxa lagi.
"Berapa lama kamu masak semua ini?" tanya Vio penasaran.
"45 menit" jawabnya datar.
Vio kemudian berpikir kembali.
"Kamu bilang 45 menit, tapi kenapa bangunnya jam 4 pagi. Kamu ngapain aja?" lanjut Vio ga sabar.
"Relaksasi" jawabnya datar.
Mereka yang ada di meja makan kehilangan kata-kata lagi.
Kemudian mereka tidak banyak bicara lagi, langsung menikmati menu sarapan mewah hasil olahan tangan Xaxa setelah kepulangannya semalam.