Pak Bowo dan Bu Santi benar-benar melakukan tugas mereka dengan baik. Bahkan sangat baik. Mereka tidak mendapati kesulitan yang cukup berarti dengan kebiasaan Xaxa. Dari waktu bangun tidur, makan, olahraga, bahkan waktu tidurnya.
Mereka menganggap Xaxa sebagai penyelamat mereka, dan mereka berjanji akan mengabdikan hidup mereka untuk penyelamat mereka itu.
Waktu berlalu dengan cepat. Hidup mereka menjadi lebih baik. Dengan bantuan Xaxa mereka bahkan membuka sebuah rumah makan di halaman depan rumah itu. Xaxa secara pribadi merenovasi rumah pribadinya itu menjadi sebuah rumah makan yang bernuansa tradisional yang hangat. Tidak lama bahkan sudah berkembang menjadi sangat baik. Bisnis berjalan lancar, rumah terurus, bahkan si kecil sudah mulai sekolah.
Merekapun akhirnya memutuskan untuk memberikan sebagian keuntungan yang mereka hasilkan kepada Xaxa. Dan Xaxa tidak keberatan dengan hal itu, karena mereka dengan tulus memberikannya kepada Xaxa.
Xaxa bahkan tidak perlu menggunakan jatah bulanan dari Papanya untuk biaya hidup dan kuliahnya. Karena rekeningnya semakin lama semakin meningkat jumlahnya. Orang tuanya selalu memantau kehidupan Xaxa di luar, jadi keberhasilan nya itu pun tidak luput dari pengawasan dan pengamatan orang tuanya.
Terlepas dari semuanya itu, Xaxa juga berprestasi di kampusnya. Dia adalah yang terbaik di bidangnya. Kesempurnaan adalah sebuah keharusan dalam pendidikannya. Tidak butuh waktu lama baginya untuk menyelesaikan kuliahnya, walaupun ia mengambil dua jurusan sekaligus di dua universitas yang berbeda. Seni Rupa di ISI dan Manajemen Perusahaan di UNS. Xaxa bahkan lulus dengan predikat cumlaude. Hanya beberapa orang yang tahu tentang keluarganya. Para dosen pembimbing dan semua rektor di universitasnya kagum dengan kerja keras dan segala usahanya.
Sebenarnya Vio juga sangat berprestasi, hanya saja karakter anak ini lebih terbuka. Walaupun ia anak perempuan, dunia otomotif adalah hobinya. Dan Vio lebih manja dari pada Xaxa. Xaxa dingin dan keras kepala, berbeda dengan Vio. Walaupun manja, dia tidak pernah membantah orang tuanya. Terlebih Xaxa, meskipun Xaxa sedingin gunung es, Vio selalu menurut apa kata Xaxa. Orangtuanya mungkin butuh banyak kata dan kalimat agar Vio menurut atau melakukan sesuatu, tapi Xaxa hanya butuh satu kata, dan Vio seketika langsung melakukan perintah kakaknya.
Dari kecil Vio selalu dimanja baik oleh orangtuanya maupun Xaxa sendiri. Tapi sebagai seorang kakak, Xaxa akan menggunakan langkah yang keras saat itu benar-benar dibutuhkan.
Sudah dua bulan berlalu sejak kelulusan Vio dari universitas. Ini berarti Xaxa sudah menjalani semua bisnisnya lebih dari 5 tahun. Selama 5 tahun belakangan ini sudah banyak bisnis yang Xaxa jalani. Terlebih setelah ia lulus 3 tahun lalu, ia membeli saham beberapa perusahaan kecil yang secara cepat berkembang dan bahkan menduduki posisi perusahaan-perusahaan ternama di kota bahkan ada yang mendapat predikat sebagai perusahaan paling diminati oleh investor luar negeri. Jadi bisa dibayangkan, sudah sebanyak apa isi rekening pribadi Xaxa.
Xaxa bukan anak yang boros, bahkan ia sangat berhati-hati dalam segala hal. Ia memiliki beberapa rekening pribadi atas namanya. Tapi, Xaxa tidak pernah terjun secara langsung dalam dunia perusahaan. Ia selalu menggunakan orang lain, orang yang ia percaya, sehingga tidak ada seorang pun yang tahu tentang identitasnya. Bisa dibilang dalam dunia bisnis yang sebenarnya, ia selalu berada di balik layar. Sampai saat ini.
Dunia ekonomi sekarang sedang dalam pergolakan, banyak perusahaan baru yang menggunakan cara-cara licik dan kotor untuk berkembang dan naik ke puncak. Xaxa paling tidak suka dengan hal-hal semacam itu. Dan ia, jeleknya terlalu berterus terang dalam membuka kebusukan perusahaan yang seperti itu.
Kali ini Vio akan segera bergabung dengan perusahaan keluarga. Ia percaya bahwa Vio bisa dan yakin dengan kemampuan Vio. Tapi ada sesuatu yang menggangu perasaan Xaxa. Dan ia tidak tahu apa yang mengganggunya. Dengan sifat dan karakter Vio, ia berharap Vio dapat melakukan semuanya dengan baik. Sifat Vio yang angin-anginan hanya keluarga dekat saja yang bisa memahami, semoga ia bisa beradaptasi dengan baik dengan lingkungan perusahaannya nanti. Oh, masih ada satu orang lagi, Jack yang juga memahami karakter Vio. Hubungan Jack dengan keluarga Sanjaya memang sangat dekat. Sama-sama dari keluarga konglomerat, kedua keluarga sama-sama berfikiran terbuka. Mengutamakan kebahagiaan dari pada harta dan kedudukan dan selalu bertindak jujur.
Saat liburan seperti ini, sebenarnya cukup mengalihkan perhatian Xaxa dari urusan pekerjaan. Dan mereka datang untuk bersenang-senang. Mendatangi pusat jajanan dan oleh-oleh khas daerah ini termasuk dalam list kunjungan Vio. Jadi Vio menarik dua orang yang bersamanya ke pasar pusat jajanan khas Tawangmangu. Vio sangat bersemangat untuk dapat menikmati semua jenis jajanan. Jadi akhirnya ia memborong semua jenis jajanan khas yang dijual disitu. Vio di depan seperti putri yang boros, sedang Jack dan Xaxa bagaikan pengawal dan dayang yang mengikutinya. Dan tidak lama tangan Jack pun dipenuhi dengan berbagai kantong plastik berisi jajanan. Tentu Vio tidak berani menyuruh kakaknya membawakan hasil belanjaannya. Vio sangat takut dengan tatapan mata Xaxa, sangat mengerikan. Akhirnya satu-satunya pilihan yang ada tinggal Jack. Dia pun tidak punya pilihan lain selain membawanya.
Begitu sampai di rumah, Jack membawa semuanya ke dapur dan meninggalkannya di atas meja. Mengambil segelas air putih dan meminumnya.
"Kenapa sayang? Koq kliatannya kamu kecapean gitu?" tanya Mama mereka sama Jack yang langsung telentang di sofa panjang di ruang keluarga.
Butuh waktu cukup lama bagi Jack untuk menjawab pertanyaan Mama saking capeknya. Namun akhirnya ia mengatakan
"Habis nguli di pasar Tante..." jawabnya asal.
Bingung dengan jawaban Jack, ia menatap Xaxa berusaha mendapatkan penjelasan. Tapi Xaxa tidak mengeluarkan sepatah katapun. Jack sangat berharap Xaxa akan membantunya dengan mengatakan sesuatu, tapi ia mendapati dirinya dikecewakan. Rasanya seperti ingin menangis. Tetapi tersangka utamanya tidak muncul, gadis itu pergi ke kamarnya untuk mandi. Baru satu jam kemudian ia keluar dari kamarnya dengan riang. Tanpa perasaan bersalah ia menanyakan pada Jack,
"Mana jajananku?" Jack tidak menjawab dan hanya membisu. Vio mendengus dan menuju ke dapur. Dalam perjalanannya menuju ke dapur ia melewati meja makan, dan taraaa... Semua belanjaannya ada disini.
Ia pun meminta kepada pengurus rumah untuk membuka dan memasukkan semua jajanan itu di toples kue. Dalam sekejap, meja makan dipenuhi dengan toples-toples kue beraneka ragam. Mama yang penasaran dari tadi mendengar suara ribut-ribut di dalam segera menuju ke sumber suara.
Betapa terkejutnya ia saat melihat ke arah meja makan.
"Vio... Apa ini? Siapa yang membeli ini semua?" tanya mamanya dengan tidak percaya.
"Jajanan... hehehe." jawab Vio santai sambil tertawa kecil, barisan gigi putihnya yang menawan mengintip dari balik bibirnya.
Sambil terlihat marah, bercampur kecewa, mamanya pun kembali ke ruang keluarga.
Kini ia pun mengerti mengapa Jack kelihatan kelelahan sampai seperti itu.
"Vio benar-benar kelewatan! Anak ini suka semaunya sendiri. Kapan ia akan bersikap lebih dewasa." kata mamanya kesal.
"Jack, Tante sekarang paham apa maksud dari perkataanmu tadi." lanjut mamanya. Mama terlihat sangat menyesal, lebih kasihan pada Jack.
Tak lama Xaxa pun mulai bicara dan mengatakan sesuatu,
"Tidak perlu, Jack adalah kuli terkeren sepanjang sejarah negara ini berdiri." katanya datar dan tanpa ekspresi.
Jack langsung duduk melihat Xaxa, begitu juga dengan orang tuanya. Mereka tidak mampu berkata-kata lagi.