Chereads / Malaikat Gelapku / Chapter 3 - Bab 3 Sehangat Mentari

Chapter 3 - Bab 3 Sehangat Mentari

Tak perlu lama menunggu, semua pesanan sudah tersedia di atas meja.

Xaxa bahkan sudah menghabiskan capuccino nya...

Tak lama Xaxa mengambil ponselnya dan mulai mengetik, setelah itu meletakkan ponselnya di atas meja tanpa perubahan ekspresi sedikit pun.

Selang beberapa menit kemudian seorang pria berkacamata muncul dengan membawa sebuah nampan dan di atas nampan itu ada secangkir minuman yang aromanya menyebar ke sekitarnya.

Tak terlalu tampan, tapi cukup berwibawa dan mempesona. Kulitnya sawo matang, tinggi, sedikit kurus, tapi lengannya terlihat cukup keras. Terlihat dari kemeja batiknya yang dia kenakan... Benar-benar maskulin.

"Makanlah sesuatu, jangan cuma minum kopi saja. Kamu kira aku tidak memperhatikan? Sikapmu ini tidak pernah berubah dari dulu. Lihat Vio, dia bahkan memesan nasi goreng favoritmu." pria itu mulai mengucapkan sesuatu sambil meletakkan secangkir kopi di depan Xaxa.

"Siapa yang pesan kopi Jack? Aku ga pesan tuh..." jawab Vio bingung.

"Siapa lagi kalo bukan Xaxa. Memangnya kamu minum original coffee no sugar..." sambil duduk di samping Xaxa, Jack menjawab dengan santainya. Pada saat yang sama Vio pun geleng-geleng kepala.

"Xa, makan gih... Kasian tuh nasi gorengnya..." ucap Vio memelas.

Masih dengan muka yang sama, Xaxa mengambil nasi gorengnya dan mulai memakannya sesuap demi sesuap sampai piring itu kosong. Vio dan Jack hanya diam melihat Xaxa menyelesaikan makannya. Kemudian Jack mengangkat tangan kanannya ke atas dan menjentikkan jarinya. Seorang pelayan wanita datang dan tersenyum.

"Bawakan 2 gelas air putih, cepat!" katanya pada pelayan wanita itu.

"Baik Bos." jawab pelayan itu lalu dengan segera ia masuk ke dalam pantry, dan muncul kembali dengan membawa 2 gelas air putih di atas nampan. Meletakkannya lalu tersenyum dan meninggalkan mereka bertiga. Sambil berkata "Selamat menikmati."

Begitu pelayan wanita itu pergi Xaxa mengambil segelas air putih, meminumnya sampai gelas itu kosong. Hanya dalam sekali tegukan. Meletakkannya kembali di atas meja. dan kembali duduk di posisi semula.

"Tunggu dulu. Kenapa tadi kamu tiba-tiba membawakan secangkir kopi untuk Xaxa? Perasaan tadi Xaxa ga pesen..." tanya Vio pada Jack yang memang tiba-tiba muncul tadi.

"Siapa bilang...?? Lihat saja ponselnya." jawab Jack ringan.

Tak lama Vio melap mulutnya, minum air putih lalu meletakkannya kembali di atas meja. Mengambil ponsel Xaxa dan membaca pesan terakhir di laporan terkirim.

Disitu tertulis :

"Kepada : Bos Kedai Guwe

Pesan : original coffee no sugar"

Begitu membaca pesannya, Vio menggelengkan kepalanya dan bertepuk tangan. Sorot matanya penuh kekaguman.

"Sangat luar biasa"

"Baru kali ini aku menemukan kejadian seperti ini. Jack, kamu pasti sudah ditaklukkan oleh nya." kekaguman Vio benar-benar tidak bisa ditutupi.

"Menurutmu??" jawab Jack datar.

Percakapan demi percakapan mewarnai makan malam mereka bertiga. Dan Snack pun habis tak bersisa.

Malam sudah semakin larut, jumlah pengunjung juga sudah mulai berkurang. Meja demi meja sudah dirapikan. Kini hanya tinggal menunggu pelanggan terakhir, yaitu Vio dan Xaxa... Tentu saja Jack tidak dihitung, karena dia lah sang pemilik Kedai.

"Sudah malam, Xa... pulang ke rumah ya... Jangan di studio terus. Mama sama papa nyariin terus. Kamu tuh kalo sudah asyik di studio lupa pulang. Penampilan juga ga pernah dijaga." kata Vio.

"Iya Xa... Om sama Tante tuh kangen sama kamu. Vio mah lewat..." ledek Jack.

"Sialan lu..." jawab Vio sambil manyun dan meninju lengan Jack.

Tanpa banyak bicara Xaxa pun membuka pintu depan, duduk bersandar dan menutup matanya.

Vio dan Jack saling menatap.

"Kami pulang dulu, jangan kemana-mana, langsung pulang tidur." perintah Vio sama Jack.

"Siap Nyonya besar." Sambil membungkukkan kepala bersikap hormat dan tersenyum pada Vio.

"Ingat, hati-hati di jalan. Jangan ngebut!" Jack mengingatkan.

Di sepanjang perjalanan Xaxa hanya menutup mata, Vio cuma merasa sepertinya ada sesuatu yang salah. Xaxa memang dingin, tapi hari ini dia tidak seperti biasanya. Vio mulai khawatir. Ia mau bertanya langsung kepada Xaxa, tapi dia urungkan niatnya. Dalam hati ia merasa lebih baik besok saja menanyakan kepada Xaxa secara langsung.

Vio pun kembali fokus pada kemudinya.

Setibanya di rumah, sudah pukul 11 malam.

Dari luar rumah cahaya Maya terlihat. Ini menandakan kalo Mama atau mungkin Papanya masih terjaga. Dan ternyata setelah ia masuk ke rumah, di ruang tamu Mama sama Papa masih duduk bercerita berdua.

"Mama sama Papa belum tidur?? Tumben banget sich..." tanya Vio keheranan.

"Nungguin kamu sama Xaxa." Jawab Papa datar.

"Selamat datang kembali sayang, kenapa kamu lama sekali baru pulang? Apa kamu ga kangen sama Mama? Ga kangen sama Papa?" tanya mama lembut sambil beranjak dari sofa dan memeluk Xaxa dengan erat.

Tidak ada kata terucap dan keluar dari mulut Xaxa, tapi seketika raut wajahnya melembut.

Vio yang menyadari hal itu mulai ikut nimbrung dan melompat langsung memeluk Xaxa dan mamanya dari belakang kemudian...

"Aku koq ga dipeluk ma..." Sambil menjulurkan lidahnya dan kemudian lari menuju ke papanya dan bersikap manja dengannya.

"Kalian berdua ini sama-sama putri kesayangannya kami. Papa sama Mama ga mau kalian berdua jauh-jauh dari kami. Ok?!" bilang papanya tegas.

"Sekarang masuk, mandi, lalu tidur. Mama sudah suruh Bibi buat bersihkan kamar Vio, kamar Xaxa juga. Jadi segera masuk, mandi lalu tidur." Mamanya menjelaskan dengan penuh kasih.

Mereka pun menurut. Sekarang setelah keduanya masuk ke kamar masing-masing, Mama dan Papanya mulai terlihat tenang dan masuk ke kamar utama.

Vio dan Xaxa sebenarnya bukan saudara kandung. Bahkan mereka berdua tidak punya ikatan darah. Keluarga ini sangat menyayangi Xaxa. Nama Xaxa tercatat sebagai anak pertama dalam kartu keluarga. Walaupun dengan catatan sebagai anak angkat. Hal itu tidak merubah rasa sayang keluarga itu kepadanya. Tanpa terkecuali. Sampai bahkan dari pelayan sampai sopir pun menganggap Xaxa sebagai Nona besar mereka. Dan tentu saja Nona kecil nya adalah Vio. Mereka berdua saling menyayangi. Cara mereka menunjukkan kasih sayang itu sangat berbeda. Vio lebih senang menunjukkan kasih sayang nya dengan perkataan dan perbuatannya. Sama seperti kedua orangtuanya. Cara Xaxa bisa dibilang cukup ekstrim. Bahkan mungkin cuma Xaxa yang menunjukkan kasih sayang dengan caranya yang sekarang. Tapi itulah Xaxa dan keluarga nya memahami itu dengan sangat baik.

Xaxa sudah bersama keluarga Sanjaya selama 17 tahun. Dan 17 tahun itu bukan waktu yang singkat. Kehangatan dalam keluarga ini seakan tidak akan pernah habis. Sehangat mentari pagi, yang selalu ada setiap hari.

Di kamar Vio sudah selesai mandi dan siap-siap untuk tidur.

Deeert... Deeert... Deeert... tanda ada pesan masuk di ponselnya. Dan ia pun membuka pesan itu. Ternyata dari Jack.

"Besok jangan lupa, ajak Xaxa. Kita jalan-jalan ke Tawangmangu Karanganyar."

"Ok. Siap bos" balas Vio. Selesai membalas pesan dari Jack, Vio meletakkannya kepalanya di atas bantal. Lalu terlelap dalam mimpi.

Di kamar Xaxa.

Begitu memasuki kamar Xaxa, terasa perbedaanya yang luar biasa. Dinding kamarnya didominasi warna abu-abu dan putih. Begitu juga dengan perabot yang ada di kamarnya. Ranjang dengan seprai polos, tanpa mobil warna abu-abu. Lemari pakaian dengan warna senada dengan dinding. Meja rias warna putih dengan model minimalis.

Xaxa keluar dari kamar mandi. Memakai kimono handuk warna putih. Tubuhnya tidak semungil Vio. Xaxa lebih tinggi dari Vio, dan tubuhnya padat, bukan dalam artian gemuk, tapi dalam artian terbentuk sesuai porsi. Hal itu ia dapatkan dengan latihan keras dan rutin.