Sudah ada 5 kali aku bolak balik ke toilet hanya untuk memuntahkan isi perutku, tubuhku terasa sangat lemas dan mudah lelah akhir-akhir ini. Kram di bagian perutku juga sering terasa, padahal aku sudah sangat banyak minum air putih.
Aku berjalan menyusuri lorong kampus dengan berpegangan ke dinding, karena kepalaku terasa sangat berat dan sangat pusing. Pandanganku bahkan sedikit buram, hingga sepasang tangan kekar menahan tubuhku yang oleng. "kamu baik-baik saja kan, Tha?" Tanya seseorang, aku menatapnya tetapi sedikit buram, membuatku mengernyitkan dahiku.
"kepalaku, sakit banget," ucapku.
"Biar aku bantu kamu keruang kesehatan," ujar seseorang itu merangkul tubuhku.
Bugh
Aku terpekik kaget saat tiba-tiba saja seseorang menonjok seseorang yang tengah membantuku, aku memfokuskan pandanganku saat keduanya tengah berkelahi. Terlihat jelas di hadapanku dhika yang tengah emosi menatap tajam ke seseorang yang terkulai dilantai. Aku menengok ke arah seseorang yang terkapar di lantai, ternyata dia kak Angga yang barusan hendak menolongku.
"Sialan loe, Ga." bentak dhika kembali memukul kak angga, kak angga juga terlihat membalas pukulan dhika. Aku mencoba memisahkan keduanya tetapi sangat sulit karena tubuhku yang sangat lemas.
"Cukup dhik, kak angga cukup," teriakku dengan kepala yang terasa sangat pusing.
"loe bener-bener nusuk gue dari belakang !!!!!!" bentak dhika
Bugh
Bugh
Dhika seperti orang kesetanan membabi buta memukuli kak angga, hingga anak brotherhood lainnya datang dan memisahkan mereka. Kak daniel dan okta segera menahan tubuh dhika yang masih berontak, sedangkan kak seno membantu kak angga berdiri yang terlihat sudah terluka parah.
"Dhika, tenangkan diri loe !!!" bentak kak daniel, kebetulan di kampus hanya tinggal beberapa mahasiswa karena ini sudah jam terakhir kuliah.
"Harusnya kalian jangan halangi gue, gue akan bunuh si brengsek itu," amuk dhika dengan tatapan tajamnya. Ini pertama kalinya aku melihat seorang Pradhika reynand adinata marah, dan mengeluarkan aura yang sangat menyeramkan. "gue udah enek liat wajahnya !!!" ujar dhika emosi. "kalian tinggal pilih gue apa si brengsek itu yang keluar dari brotherhood," ucap dhika melepas cengkraman Daniel dan okta membuatku terpekik kaget. Sepertinya brotherhood yang lainpun di buat kaget.
"Apa maksud loe, Dhika?" Tanya kak dewi emosi.
"Sudah jelas kan !!, kalian tinggal pilih saja," ujar dhika datar.
"Jangan karena seorang wanita, kalian jadi seperti ini," ucapan kak elza membuatku merasa sangat bersalah, ini semua karena aku.
"Loe lihat Lita? apa yang sudah loe perbuat, hah? Loe ancurin persahabatan brotherhood," teriak kak seno membuatku menjatuhkan air mataku seraya menggelengkan kepalaku, ini salah paham.
"kalian salah paham" ucapku dengan lemah.
"apa yang salah paham??? Sudah jelas semuanya, lita!!" amuk kak daniel.
"Dan loe diem saja saat mereka berkelahi, loe seneng diperebutkan oleh dua laki-laki sekaligus, hah?" Tanya Irene dengan ketus.
"loe emang cewek murahan, Tha" ucap ratu sinis.
"Jaga ucapan loe tu" ucap serli.
"kenapa? Loe gak suka? Loe masih mau ngebelain cewek murahan ini?" ucap Irene dengan sinis.
"bukan begitu, tapi siapa tau ini semua memang kesalah pahaman" ujar serli terlihat serba salah.
"cukup ser, jangan belain dia lagi" ucap kak Daniel membuat serli terdiam.
"biar gue yang keluar, kalian tidak mungkin kehilangan seorang leader kan," ucap kak angga sempat melirik ke arahku.
"Angga!! loe ngomong apa sih? Gak semudah itu loe keluar dari brotherhood" ujar kak seno terlihat emosi.
"gue gak ada pilihan lain" jawabnya dengan datar.
"loe memilih keluar karena seorang wanita? C'mon Ga, dimana otak loe hah?" teriak okta.
"ini jauh lebih baik daripada gue masih berada di brotherhood," ujar kak angga menghapus darah yang keluar dari sudut bibirnya. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi, ini sungguh membuatku semakin merasa bersalah dan bingung.
"ayo kita pergi Tha," ajak kak angga membuat semuanya menatap benci ke arahku, aku menatap kak angga.
Tidak, aku tak ingin memperkeruh keadaan. Ini salahku, ini semua salahku.
"Aku bisa sendiri," jawabku lirih dan beranjak dengan berpegangan tangan ke dinding karena rasa pusing semakin terasa.
"Lita, tunggu. Aku akan membawa kamu ke rumah sakit," ucap kak angga, aku berbalik ke arah kak angga, tetapi tatapanku bertemu dengan tatapan amarah milik dhika yang masih berdiri di belakang kak angga sedikit jauh.
Dhika, aku merindukanmu. Tidak bisakah kamu mempercayaiku, aku tidak pernah mengkhianatimu, aku sungguh mencintaimu dan bahkan sangat mencintaimu, dhika. Aku mohon percayalah padaku. Aku tak sanggup lagi menatap mata itu, mata yang sudah tak menunjukkan keteduhan lagi.
Aku menundukkan kepalaku dan kembali berjalan meninggalkan semuanya dengan memegang sisi perutku yang sakit. Aku tidak tau siapa yang memfitnah aku dan kak angga, bahkan kak angga bilang kalau dia juga tak tau apa-apa. Dia terbangun saat sudah berada di sampingku, tapi dia menjamin kalau kami tak pernah melakukan apapun.
Aku juga baru mengetahui kenyataan lain, kalau ternyata wanita yang selama ini selalu bersama dhika adalah kakak kandungku. Kak Natasya namanya, aku begitu syok saat wanita itu datang dan memelukku, dia berkata kalau dia kakak kandungku. Kenyataan yang semakin menyakitkan. Setelah semuanya pergi meninggalkanku. Aku sekarang merasa sebatang kara, dan sangat kesepian.
***
Keesokan harinya di kampus, tubuhku terasa semakin ringkih. Bahkan sekarang make up tak mampu lagi menutupi wajah pucatku, tubuhku semakin kurus.
Saat tengah berjalan di lorong fakultas kedokteran, aku melihat dhika tengah berjalan dihadapanku. Tubuhku mendadak gugup dan bergetar, situasinya menjadi canggung. Dhika terlihat memalingkan pandangannya saat berpapasan denganku, aku terus melirik ke arah dhika yang terlihat begitu dingin. Aku mencoba terus berjalan walau hatiku terluka, aku mencengkram kuat buku yang ada dipelukanku untuk menekan perasaanku sendiri.
Setelah lama berjalan, aku kembali menengok kebelakang. Tetapi dhika terus berjalan tanpa menengok lagi hingga menghilang dibelokan. Aku hanya bisa tersenyum getir, dan melanjutkan kembali langkahku. Tetapi baru beberapa langkah, langkahku kembali terhenti saat berpapasan dengan seseorang.
"chacha" gumamku
"sebenarnya gue sangat prihatin melihat keadaan loe yang sangat menyedihkan ini. Tapi gue juga senang karena akhirnya loe bisa mendapatkan ganjarannya." Ujar chacha dengan senyum meledeknya. "gue gak nyangka, loe pernah jadi sahabat gue" ujarnya dan hendak beranjak tetapi terhenti, dan kembali melihat ke arahku. "oh iya gue minta sudah cukup, loe nyakitin gue dan ratu. Jangan sampai serli korban selanjutnya," ucap chacha dengan sinis.
"oh iya, gue yang mengadu ke kak dhika. Sebenarnya gue gak mau ikut campur, tetapi melihat tingkah loe yang kegatelan ke kak angga. Jadi gue harus melaporkannya, biar loe mikir" ujar chacha sinis.
"loe gak tau apa-apa cha, gue dan kak angga tidak ada hubungan apapun" ucapku.
"maling tidak mungkin mau mengaku, kalau mengaku penjara penuh dong," setelah mengucapkan itu, chacha langsung berlalu pergi meninggalkanku yang masih terpaku.
***
Malam ini adalah malam minggu, dan di club sangat ramai pengunjung. Aku sangat sibuk dengan pekerjaanku, bahkan aku belum sempat makan apapun.
Hingga lelaki yang berada di bartender memanggilku dan menyuruhku untuk mengantarkan minuman ke meja nomor 10. Aku sedikit kaget saat melihat pesanan minuman itu, tiga dari minuman itu adalah minuman non alcohol. Tanpa mau berkata apapun lagi, aku mengambilnya dan mengantar ke meja nomor 10.
Karena pencahayaan disini kurang jelas, membuatku tidak mampu melihat wajah keempat orang laki-laki yang duduk di meja nomor 10. Semakin mendekat semakin terlihat wajah orang-orang itu.
Deg...
Aku terpaku di tempat saat melihat wajah keempat orang laki-laki itu. Mereka tak lain tak bukan adalah brotherhood. Dhika, kak daniel, kak seno dan okta. Dhika menengok ke arahku membuat mata kami beradu, dan terlihat jelas pupil mata dhika membesar, mungkin dhika kaget melihatku berada disini dengan pakaian yang tidak layak untuk di pakai. Dhika bahkan terang-terangan meneliti tubuhku dari atas hingga bawah dan kembali menatap mataku yang kini sudah gugup dan ketakutan setengah mati. Dengan pakaian seperti ini, pasti dhika berpikiran negative tentangku. Aku hanya memakai kemeja ketat berwarna hitam yang dapat memperlihatkan belahan dadaku dan rok sepan di atas lutut. Mungkin dhika menilaiku tak jauh berbeda dengan wanita-wanita murahan yang berada disini. Yang banyak melakukan one night stand, dhika terlihat menatapku dengan jijik.
Bagaimana bisa dhika bisa berada disini?
"gue benci tempat seperti ini," ujar dhika terdengar emosi dan langsung beranjak. Saat berpapasan denganku, langkah dhika terhenti membuatku semakin gugup dan menatap dhika dengan sendu. Dhika melirikku dengan tatapan jijik, bahkan kembali menatapku dari atas hingga bawah.
"aku tidak habis pikir,aku telah mencintai wanita serendah ini," bisikan dhika pelan tetapi seperti semburan api yang panas dan tajam. Bahkan api itu mampu menghancur leburkan hatiku.
Dhika berlalu pergi diikuti ketiga sahabatnya. Tanganku sudah sangat bergetar bahkan minuman di dalam gelas sampai tumpah karena tanganku yang bergetar hebat. Air mataku tak mampu aku tahan lagi dan kembali lolos membasahi pipi, dan semakin lama semakin deras. Tanpa pikir panjang, aku menyimpan nampan di atas meja dan berlari keluar club walau harus bertabrakan dengan beberapa orang yang berada di dalam club. Aku berlari keluar club menjauhi tempat terkutuk itu, tangisanku semakin pecah.
Aku tidak habis pikir, aku telah mencintai wanita serendah ini.
Aku tidak habis pikir,aku telah mencintai wanita serendah ini.
Aku tidak habis pikir, aku telah mencintai wanita serendah ini.
Aku berlari dan terus berlari tanpa memperdulikan kakiku yang sakit karena sepatu high heels. Aku menangis sambil terus berlari,
bisakah aku menghilang saat ini juga? bisakah aku pergi dari dunia ini sekarang juga? tuhan kenapa harus seperti ini? apa salahku,, hatiku hancur saat mendengar hinaannya. Apa aku begitu menjijikan dan serendah itu di hadapannya? Apa selama ini aku tak pantas untuknya? Tubuhku bertabrakan dengan tubuh seseorang.
"apa yang terjadi, Lita?" Tanya seseorang itu yang tak lain adalah kak angga. Tanpa berbicara apapun aku langsung memeluk tubuh kak angga dan menangis sejadi-jadinya di pelukan kak angga. "hikzz...hikz...hikz...hikz...!!" isakku meraung-raung, aku menangis sejadi-jadinya di pelukan kak angga. Aku merasa kak angga mengusap punggungku dengan lembut.
"hikz...hikz..hikz...." isakku sejadi-jadinya. "hikzz...hikzz....hikz..." hatiku sakit, sangat sakit sekali rasanya.
Saat sudah mulai tenang, akupun melepas pelukanku. Dan kak angga terlihat melepas jaket yang dia pakai dan dipasangkannya ke tubuhku. Kak angga membawaku masuk ke dalam mobilnya. "minumlah" kak angga menyodorkan sebotol aqua kepadaku membuatku meminumnya.
"apa yang terjadi?" Tanya kak angga
"dia semakin membenciku kak, bahkan dia menatapku dengan jijik. Dhika sekarang membenciku...hikzzzzzz" isakku menutup wajahku dengan kedua tanganku dan menangis sejadi-jadinya.
***