Chereads / DINDA / Chapter 1 - GANG BELAKANG CAFE

DINDA

BELLEAME
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 243.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - GANG BELAKANG CAFE

DINDA

BAB 1. Gang Belakang Cafe.

Jakarta 2012

Hari ini awan gelap menyelimuti kota Jakarta. Hujan yang tadinya turun dengan deras perlahan mulai berhenti, berubah menjadi rintik-rintik air yang bercampur dengan angin dingin. Angin berhembus masuk melalui sela-sela jendela di Maroon cafe, namun dinginnya angin nggak mampu membekukan suasana hangat di dalamnya. Temerang lampu panggung dan sinar lilin-lilin kecil di masing-masing meja, menambah hangat suasana cafe. Dan tentu saja yang paling bikin suasana malam ini berbeda adalah karena malam ini adalah malam valentine.

Siapa sih yang nggak menantikan moment ini? Moment di mana para pasangan berbagi kasih sayang, permen coklat, ngasih bunga, dan tentunya pergi dinner dengan sang pujaan hati. Manajemen Maroon cafe juga nggak mau ketinggalan buat ngemanfaatin eventkayak gini, agar income yang masuk jadi lebih besar. Makanya mereka menyulap interior cafe dengan pernak-pernik serba pink dan bikin suasanya jadi seromantis mungkin.

"Okay ketemu lagi dengan kita ABU band!" seorang cowok tampan mengambil tempat di atas panggung live music milik Maroon cafe, mencoba menyapa dan berinteraksi dengan pengunjung sebelum ia dan bandnya tampil.

"Beberapa lagu cinta persembahan dari kami, semoga semuanya terhibur." Erza nama cowok keren tadi mulai menyanyikan lagu-lagu pop tentang cinta.

Kau begitu sempurna

Dimataku kau begitu indah

Kau membuat diriku akan slalu memujamu

Disetiap langkahku

Kukan slalu memikirkan dirimu

Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamu

Janganlah kau tinggalkan diriku

Takkan mampu menghadapi semuaa

Hanya bersamamu ku akan bisa

Kau adalah da-rahkuu

Kau adalah jantungkuu

Kau adalah hidupkuu

Lengkapi diriku

Oh sayangku, kau begitu

Sempurna... Sempurna...

(Andra & The back bone, Sempurna)

Suaranya yang merdu dan dentingan senar gitar yang berpadu dengan alat musik lain, sukses membius pengunjung cafe. Bandnya memang sengaja mengarasemen musiknya dengan beat accoustic supaya menambah kesan romantis. So malam valentine di Maroon cafe terasa lebih romantis dengan adanya live music yang disuguhkan oleh pihak manajemen.

"Ini honor kalian." manager cafe memberikan amplop pada Riska, manager band ABU.

"Kapan-kapan kita diundang lagikan, Pak? Riska tersenyum pada si bos.

"Pasti pasti pasti, kalian main bagus malam ini." Pak Antok menepuk pundak Riska.

"Thanks, Boss." Rizka memasukan amplopnya ke dalam tas.

Riska sudah setahun ini menjadi manager band ABU. Wajahnya manis dengan kulit sawo matang seperti kebanyakan suku Jawa lainnya. Tinggi tubuh Riska yang hampir 175an membuatnya terlihat lebih tinggi dari pacaranya Uno, gitaris band ABU.

Riska bergegas meninggalkan back stagedan berjalan menuju salah satu meja cafe. Ia menghitung honor yang didapat ABU malam ini. Riska tersenyum puas melihat isi amplopnya, lalu mengerling ke arah teman-teman bandnya.

Setelah hampir 2 jam manggung, mereka turun menemui Riska. Erza, Baim, Uno, dan Andy datang menghampiri meja tempat Riska nungguin mereka.

"Gimana tadi, Ris? Main kita di bilang bagus nggak?" tanya Baim penasaran.

"Sabar napa? Pesen minum dulu kek." sela Erza yang udah haus karena nyanyi dari tadi.

"Gaes... honor kita naik!!" Riska ngeluarin amplop dari tasnya.

"Beneran??" wajah tembem Andy berseri- seri.

"Iya, donk, siapa duluan yang cariin job dan ngepromosiin kalian ke pak boss? Gue gitu loh..!" jawab Riska ngebanggain diri.

"Thanks, Beibi.." Uno mencium kening Riska dan mengelus rambut pacarnya.

"Cabut yuk, gue ada janji kencan nih." ucap Erza setelah meneguk habis orange jus yang dipesennya.

"Buru-buru amat sih..?" Andy yang baru aja pesen kentang goreng keberatan dengan ajakan temannya.

"Kalau mau nge-date pergi aja sendiri, ngapain ajak-ajak kita?" Baim ikutan nggak setuju.

"Dasar jomblo!" gerutu Erza.

"Sialan!" Baim ngelempar sahabatnya dengan kentang goreng, tepat mengenai pipi Erza.

"Minggat sana!" lanjut Baim sebel.

"Dasar jomblo nggak laku-laku. Kaya gue donk pacarnya banyak. Siapa sih yang berani nolak kharisma gue sebagai seorang laki-laki?" Erza pasang pose narsis yang bikin bulu kuduk Uno merinding.

"Gue tu bukannya nggak laku, tapi milih- milih. Nggak murahan kaya elo, Za." jawab Baim.

"Bener, Im." bela Andy setuju.

"Ntar elo kualat hlo, Za. Giliran di permainin cewek baru tahu rasa." Riska ikutan ngomongin Erza.

"Nggak mungkin, gue cabut dulu, sob." pamit Erza.

"Titi dije." jawab temen-temen bandnya.

"Tu anak nggak ada kapok-kapoknya gonta-ganti cewek." Riska menggelengkan kepalanya.

"Kita juga cabut yuk, Beb." ajak Uno pada Riska.

"Ayuk, biarin para jomblo celebrate valentine dayberduaan di sini." ledek Riska.

"Fu*k..fu**k.." seru Andy.

"Hahahaha..bye, Sob."

•••DINDA•••

Jam menunjukan pukul 9 malam, dan malam ini terasa begitu dingin. Seorang cewek berjalan sendirian menelusuri gang sempit di belakang Maroon cafe. Pipinya yang putih merona merah karena udara dingin. Nama cewek itu adalah Dinda. Punya wajah yang cantiknya kalem, cowok yang ngelihatnya nggak akan pernah merasa bosan. Rambutnya yang hitam dan panjang semakin menambah pesona cewek ini.

Dinda meniupkan udara hangat di tangannya yang mulai terasa beku. Ia masih berjalan menyelusuri gang sempit menuju ke rumahnya. Rumah yang berada di kawasan perkampungan padat penduduk membuat angkot nggak bisa masuk sampai ke dalam, jadi Dinda terpaksa harus berjalan cukup jauh sebelum mencapai ke rumahnya.

"Dingin." Dinda menggosok-gosokan telapak tangan pada lengannya, mencari sedikit kehangatan.

Tiba-tiba ponsel Dinda berbunyi, Dinda membuka ponselnya mencoba melihat siapa yang mengirimkan chat. Dinda membaca chat yang ternyata dari sahabatnya, Venny. Namun saat kesadaran Dinda terfokus pada ponselnya seorang cowok keluar dari tikungan dan menabraknya.

BRUK..

"Aduduh.. sory.. sory.. gue buru-buru tadi." Erza mencoba untuk bangkit.

Dinda hanya diam, ia memandangi ponselnya yang jatuh dan hancur. Erza yang masih sempoyongan malah nggak sengaja menginjak ponsel Dinda.

KRAAK..!

"Ups..!" perlahan-lahan Erza melirik ke bawah melihat benda apa yang diinjaknya.

Dinda menatap tanpa ekspresi ke arah Erza. Erza membalas tatapan Dinda dengan wajah super bersalah.

"Maaf besok gue ganti deh ponselnya."

Erza yang masih dengan wajah memelasnya mencoba mengulurkan tangan hendak menolong Dinda berdiri. Dinda malah mengacuhkan tangan Erza, tangannya meraih ponselnya yang hancur. Dinda hanya mengambil SIM Card di dalamnya, lalu membiarkan ponsel mahal itu tergeletak begitu saja di jalanan. Dinda yang merasa tidak perlu menanggapi ocehan Erza bangkit dan kembali berjalan meninggalkan Erza yang masih tampak merasa bersalah.

"Woi, gue minta maaf." Erza mengejar Dinda.

"...." Dinda hanya diam, dia merasa nggak perlu membahas atau berurusan lagi dengan Erza.

"Gue bakalan tuker ponselnya." Erza tersenyum pada Dinda.

"Nggak perlu." jawab Dinda singkat.

"Boleh minta alamat rumah loe?? Gue pasti tuker ponselnya segera." Erza mencoba meminta maaf lagi pada Dinda.

Dinda menghentikan langkahnya dan memandang dingin ke arah Erza. Erza membalas tatapan Dinda, saat itu sejenak otaknya menjadi kosong, wajah cantik Dinda berhasil membius Erza.

"Sory bisa nggak elo nggak ngikutin gue? Bukannya loe tadi bilang lagi terburu-buru?" ucapan Dinda membuyarkan lamunan Erza yang dari tadi diam terpesona.

"Oh iya gue lupa sama Vania." Erza menggaruk-garuk rambutnya dan melambaikan tangannya pada Dinda. Erza memutar tubuhnya meninggalkan Dinda. Sesekali dia berpaling menengok ke arah Dinda yang semakin berjalan menjauh, berlalu masuk ke ujung gang.

Erza sedikit merasa bingung dengan kelakuan cewek yang ditemuinya barusan, bukan karena sikap atau kata-katanya yang dingin, tapi karena baru kali ini ada cewek yang nggak tertarik padanya. Biasanya para cewek pasti bisa ditaklukkan hanya dengan sekali kedipan mata atau seulas senyuman manis milik Erza. Setelah menghela nafas Erza menghentikan lamunannya dan memungut ponsel Dinda yang hancur, lalu memasukkannya ke dalam tas.

"Semoga masih bisa di perbaiki, ponsel ini kelihatannya mahal." pikir Erza lalu berlari meninggalkan gang menuju jalan raya untuk mencari ojek.

•••DINDA•••

Hallo readers..

Dukung kisah cinta Erza dan Dinda.

Jangan lupa +fav, like dan comment.

Terima kasih sudah membaca ^^

❤️❤️❤️