Dosa Ditanggung Sendiri
Selama menjadi sekretaris Alarick, tidak pernah Valerie sekesal ini sebelumnya. Dulu, Alarick hanya menyebalkan dan tidak berengsek pada Valerie seperti akhir-akhir ini. Memang selalu membuat Valerie marah, namun hanya sebatas karena lelaki itu banyak mau dan sangat cerewet. Tapi kali ini, Valerie mengutuk Alarick dan kebrengsekannya. Selain karena Valerie harus menanggung malu di depan Kakek Alarick, Valerie juga harus menanggung malu saat sarapan bersama keluarga Abimayu di salah satu restoran berbintang lima di negara Indonesia.
"Aku sudah mengenal Valerie dalam waktu yang lama." Ujar Mr. Damian pada Abimayu dan keluarganya. "Dia cantik, mandiri, baik, kompeten, dan anggun. Dia menjadi bawahanku seolah sedang merawat Kakeknya sendiri."
"Jangan mempromosikannya dengan kebohongan, Kek. Kau hanya mengenalnya setahun sebelum dia menjadi sekretarisku." Balas Alarick dengan mendelik kesal. "Rumah makan ini sangat tidak elit. Valerie benar-benar payah dalam memilih tempat."
Valerie berekspresi tenang saat menyimpan alat makannya dan menatap Alarick dengan sedikit membungkuk. "Maaf, Sir. Saya takkan mengulangi kesalahan seperti hari ini lagi." Balas Valerie kemudian.
"Kenapa kau memilih tempat seperti ini? Harganya mungkin lebih rendah daripada kaos..."
"Jangan membahas kaos kaki lagi." Potong Mr. Damian dengan tatapan jengkel. "Kau selalu membandingkan sesuatu dengan kaos kakimu."
"Karena tidak ada hal lain yang dapat dibandingkan seharga lebih mahal daripada kaos kakiku."
"Ini rumah makan terkenal di Indonesia." Sahut Abimayu sambil melirik Valerie. "Sekretarismu kompeten. Benar apa kata Kakek."
"Tidak. Dia payah."
"Abi benar, Alarick. Rumah makan ini memiliki desain yang bagus." Sahut Bunda Abimayu, ikut-ikutan.
"Ya. Sekretarismu kompeten." Sahut Ayah Abimayu kemudian.
Valerie menundukkan kepalanya sedikit. "Terimakasih, Tuan, Nyonya."
"Dan dia sangat sopan." Ucap Abimayu sambil tersenyum pada Valerie. Dia kemudian menatap Alarick. "Berikan dia padaku jika kau tidak menyukai kinerjanya."
Alarick mengeram kesal. "Diam kau, Pria Perjaka."
Abimayu terkekeh pelan. "Aku tidak merasa itu adalah hinaan."
"Jelas hinaan. Karena Valerie tidak akan bisa mendesah kencang saat dia bersamamu. Kau tidak seprofesional aku."
Valerie menelen ludahnya. Wajahnya kini sudah berubah pias dan senyumnya kaku saat kalimat itu meluncur dari mulut Alarick.
"Apa maksudmu?" tanya Abimayu.
"Sir."
Valerie tidak sempat mengatakan apapun saat Alarick tertawa dan berucap. "Kau tahulah bagimana pergaulan luar negeri. Kami tidak di sunat sepertimu. Kepunyaan kami besar, tidak seperti kau yang sudah dipotong itu."
Seluruh tubuh Valerie meremang. Matanya menatap satu persatu orang-orang di sana yang menatap Alarick dengan penasaran, malu, dan tidak habis pikir sekalipun.
"Ini untuk kesehatan." Balas Abimayu kemudian.
Alarick tertawa pelan. "Kesehatanmu tidak akan memuaskan Valerie di ranjang."
"Here we go. Membahas seberapa besar kejantanan lawan masing-masing." Sahut Mr. Damian.
"Sir. Anda tidak harus membawa-bawa nama saya." Ucap Valerie.
"Why? Apa yang kukatakan adalah kenyataan. Kau takkan puas dengannya."
"Sir."
"Aku yakin dia bahkan takkan bisa melakukan french kiss denganmu. Saking payahnya."
"Kenapa Anda harus membicarakan hal ini di depan saya?"
Alarick mendengus sinis. Dia mengambil tangan Valerie dan menyentakkannya agar tubuh Valerie condong ke arahnya dengan wajah yang berhadapan dengan Alarick. "Aku hanya menyadarkanmu. Hanya aku yang bisa membuatmu puas. Hanya aku. Kau akan menyesal jika bersama si perjaka itu."
"Dan apakah saya berkata jika saya akan bersama sepupu Anda?"
Alarick bungkam. Napasnya memburu saat dia melepaskan tangan Valerie dan menatap orang-orang di sana satu persatu. "Jangan puji-puji sekretarisku lagi. Dia benar-benar payah." Ujar Alarick kemudian, lalu berdiri dari duduknya. "Ayo, Valerie. Kita pulang malam ini. Aku permisi duluan." Kata Alarick sambil berlalu pergi dari sana.
Ayah dan Ibu Abimayu menggelengkan kepalanya dengan prihatin. Sedangkan Mr. Damian dan Abimayu terkekeh pelan.
"Sepertinya, Valerie benar-benar akan menjadi cucu mantumu, Kek." Ucap Abimayu.
Mr. Damian bersidekap dan menyenderkan tubuhnya sambil tersenyum. "Hah, aku harus menentukan tanggal pernikahan mereka."
***
"Anda kali ini keterlaluan, Sir." Ucap Valerie saat mobil milik Alarick yang dikendarai supir melaju.
Alarick bersandar di kursi dengan kaki yang menyilang. Dia menatap kesal pada Valerie. "Lalu apa? Aku harus membiarkan sekretarisku diambil oleh si perjaka itu?"
"Anda tahu itu hanya candaan."
"Ya. Candaan yang cukup mengangguku."
"Dan mengharuskan Anda membandingkan kejantanan Anda?"
"Itu untuk memberikan kesadaran padamu."
"Dengan membawa-bawa nama saya juga?"
"Stop it! Kenapa kau jadi cerewet sekali?"
"Karena Anda menghancurkan reputasi saya di depan orang lain."
"Di depan orang yang akan dijodohkan denganmu, maksudnya? Aku sudah bilang jika aku tidak ingin kau dijodohkan dengannya."
"Anda membuat saya kesal."
"Dan apa menurutmu aku peduli?"
Valerie bungkam dengan wajah memerah karena marah. Dia membuang wajah dari Alarick dan menatap jendela dalam diam.
"Kau marah padaku?" tanya Alarick, dan tidak mendapat jawaban dari Valerie. "Kau marah pada bosmu, Valerie?"
Valerie masih bungkam. Kesal, Alarick menarik bahu Valerie dan menyentakan tubuh Valerie agar menghadap pada Alarick. "Apakah kau sedang marah pada Bosmu saat ini? Karena kejadian tidak penting barusan?" tanya Alarick.
Valerie mengembuskan napas panjang. "Sir, saya tahu jika kejadian tadi tidak penting untuk Anda. Anda mungkin mengira jika saya ini hanyalah orang yang bisa Anda bayar untuk menjadi budak Anda yang patuh dan taat. Tapi, Anda juga harus sadar. Saya memang di bayar untuk patuh pada perintah Anda. Gaji saya barangkali lebih rendah dari harga kaos kaki Anda. Tapi saya tidak dibayar untuk membiarkan diri saya diperlakukan seperti tadi di hadapan orang-orang penting di sana."
Alarick diam sejenak sebelum menatap Valerie dengan rahang mengeras. "Gajimu lebih besar dari harga kaos kakiku, Valerie."
"Di sini, bukan itu masalahnya."
"Diamlah. Aku tidak membayarmu untuk merecokkiku."
"Dan saya juga tidak di bayar untuk menjadi jalang Anda."
Tangan Alarick yang berada di atas bahu Valerie, kini meremas kuat bahu Valerie. "Kau ingin kubayar untuk menjadi jalangku?" tanyanya dingin.
Valerie menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya dari sikap kurang ajar Alarick. "Bukankah saya berkata jika saya penganut no sex before marriage? Apakah perkataan saya tidak cukup untuk membuat Anda tidak menyentuh saya sembarangan lagi?"
"Kau menikmatinya."
"Dan saya menyesal setelahnya."
Alarick diam. Wajahnya kian mengeras dan remasan di bahu Valerie menguat. "Kau menyesali disentuh olehku?"
Valerie menganggukkan kepalanya. "Ya. Setiap detik di hari Anda pertama kali menyentuh saya."
Mobil itu kemudian hening. Hanya suara napas keduanya yang bersahutan dan seorang supir yang duduk di kursi depan yang bahkan takut-takut untuk bernapas.
Alarick melepaskan bahu Valerie dengan satu sentakan. Dia kemudian duduk tegap di kursinya dengan pandangan dingin. "Rob, hentikan mobil ini sekarang juga." Ucap Alarick pada supir mobilnya.
Valerie menelan ludah, lalu menghela napas panjang. Dia mungkin akan di usir dari dalam mobil ini.
TBC
Karena kmrn kalian gerak cepat sekaleh, untuk next part selanjutnya klo followersku nyampe 350 yaa
What's Next:
Valerie menelan ludahnya dengan susah payah. Vagina dan kejantanan Alarick masih menempel dan itu membuat Vaginanya basah karena bersentuhan dengan benda keras yang hangat itu. Valerie kemudian memajukan tubuhnya, dan memulai semuanya dengan ciuman lembut dan pelan. Alarick tersenyum dalam ciuman keduanya saat tangan Valerie meraba dada Alarick dan melepaskan dasinya. Tangan Valerie lalu menelusuri lengan Alarick dengan lembut. Menggenggam keduanya tangan Alarick, menyatukannya dan... Mengikatnya?
Alarick segera menjauhkan wajahnya saat Valerie membuat tali mati di tangannya. Alarick menatap tajam pada Valerie. "Kau pikir aku tak bisa melepaskannya?" tanya Alarick serak oleh gairah.
"Diamlah, Sir. Saya yang memimpin." Ucap Valerie. Dia memajukan wajahnya ke leher Alarick dan menjilat pelan dan malu-malu. Hal itu membuat Alarick mendesah kencang merasakan benda lembab, kenyal dan hangat menyentuh kulitnya.
"Goddamn it! Langsung masukan saja kejantananku, Valerie. Aku bukan pria perjaka yang butuh foreplay."
"Syuut." Desis Valerie tepat di telinga Alarick, sambil menjilat belakang telinga Alarick. "Saya bilang, saya yang memimpin." Bisiknya sambil meniupkan angin ke dalam telinga Alarick.
Alarick mendesah serak.
Apakah kalo Valerie yang memimpin, mereka akan berhasil? Atau malah ada halangan juga?