"Hey, itu Alarick!"
"Oh hey, Kawan Bejatku!"
Seruan Felix dan sapaan dari Makiel membuat Alarick mendelik kesal. Dia berjalan malas menuju tempat di mana teman-temannya duduk di bar kelab malam. Mereka lengkap berada di sana. Namun, entah mengapa Darren terlihat kesal dan meminum minumannya dengan amat cepat. Alarick mengerutkan keningnya sambil duduk di sebelah Darren.
Alarick menatap Felix dan Makiel dengan kesal. "Aku sudah bilang, bukan? Jangan memilih tempat murahan ini!! Apa kalian jatuh miskin sehingga tidak dapat menyewa tempat VVIP?? Kalau begitu, pesanlah dan biarkan aku yang membayarnya!!"
"Berisik! Kau cerewet sekali!!" Tanpa di duga, bukan Felix ataupun Makiel yang menjawabnya, melainkan Darren yang sudah mabuk dan terlihat tidak fokus. "Aku yang menyewanya! Aku yang pertama duduk di sini! Aku!!"
Tiga orang lainnya melongo. Alarick melirik Felix dan Makiel, dan sebuah senyuman jahil terlihat di wajah keduanya.
"Darren akan menikah!" seru Felix.
"Ya. Dia hanya gugup karena menikah dengan perempuan yang sangat manja dan sangat dibencinya sebentar lagi." Ucap Makiel kemudian.
Mulut Alarick terbuka setengah. Ia menatap Darren dengan tatapan tidak percaya. "Apa kau waras? Kau kerasukan atau di guna-guna? Sejak kapan kau mau membina komitmen serius seperti itu?" tanya Alarick beruntun.
"Tidak begitu. Dia hamil." Kata Felix.
Mulut Alarick terbuka lebar. Ia menatap takjub pada Darren. "Dan saat dia mengemis-ngemis di depanmu, kau percaya jika itu adalah anakmu? Man, kau mungkin saja ditipu olehnya."
Makiel mengangguk menyetujui. "Aku sudah mengatakan itu padanya. Mungkin saja itu anak Pria Brengsek lainnya."
"Anak itu milikku!! Aku! Cuma milikku!! Akulah calon Ayahnya!!!" Darren yang mabuk berseru marah pada Alarick dan Makiel. Tangan Darren kemudian mencengkram kerah jas Alarick. "Aku mungkin di guna-guna oleh Annabelle. Padahal perempuan itu sudah merencanakan pernikahan dengan sahabatnya. Tapi, kenapa aku memutuskan untuk menikahinya??? Aku bahkan mengancam padanya jika dia tidak mau menikah denganku! Aku di guna-guna, bukan?"
Alarick menggelengkan kepalanya mantap. "Bukan. Kau jelas-jelas kesurupan." Katanya dan Darren langsung melepaskan tangannya dari Alarick.
"Jadi, bukan dia yang mengemis-ngemis meminta dinikahi olehmu? Dan, siapa tadi namanya? Annabelle? Namanya bahkan terdengar menyeramkan di telingaku, kawan!" Ujar Makiel.
Felix segera menampar wajah Makiel agar sadar. "Itu karena namanya pernah digunakan untuk film horror!" serunya lalu menatap Darren. "Kau yakin itu bayimu? Kenapa kau yakin sekali, huh?"
Darren mendengus dan meminum alkohol kembali. "Dia masih perawan saat kutiduri." Katanya.
Alarick mengernyit. "Pasti sangat sempit."
"Sangat nikmat."
"Kau takkan bisa bergerak cepat dan keras saat meniduri perawan."
"Tapi sangat nikmat."
"Terdengar menjijkan saat penisku bersatu dengan darah perawan."
"Kudoakan kau meniduri perawan di masa depan."
"Tentu saja tidak mungkin."
"Sudah! Sudah!" Seru Felix menghentikan kegiatan teman-temannya. "Kenapa kalian jadi membahas perawan? Kau, Alarick, bukankah sekretasrismu masih perawan?"
"Tidak. Tidak mungkin. Dia hanya jual mahal padaku." Jawab Alarick, lalu mendesis. "Damn, aku jadi teringat kejadian tadi di mobil. Aku menginginkannya. Benar-benar ingin menidurinya dengan keras."
"Apakah senikmat itu hingga kau ketagihan? Boleh aku mencobanya?" tanya Makiel dengan antusias.
Alarick langsung menatap tajam. "Tidak boleh. Jangan berani-berani menyentuhnya."
Felix berdecak. "Kau pelit sekali. Selama 2 tahun dia bekerja padamu, kau tidak pernah mengenalkannya pada kami secara resmi."
"Kalian berengsek. Jelmaan Iblis. Aku tak ingin dia bertemu orang semacam kalian."
"Berkacalah!"
"Yasudah. Jika Alarick tidak ingin mengenalkannya, kita saja yang berkenalan langsung dengan sekretaris Alarick." Timpal Makiel.
Alarick langsung menatap tajam. "Jangan berani-berani." Desisnya tajam
"Ah kenapa???" Makiel mengeluh. "Kau menyukainya selama 2 tahun ini? Kenapa kau sangat posesif sekali pada perempuan itu??"
"Ya. Kau seperti pacar yang tidak ingin wanitanya di sentuh lelaki lain." Timpal Felix.
Teman-teman Alarick menatap Alarick dengan penasaran. Bahkan, Darren yang sedang mabuk pun menatap Alarick dengan sayu. Alarick menatap teman-temannya satu persatu dengan lirikan tajam.
"Tidak! Aku tidak begitu!" Seru Alarick kemudian.
"Lalu kenapa??" Tanya ketiga temannya.
Alarick berdecak kesal, dan meminum alkohol dari gelas Darren yang dia rebut. "Aku tidak bisa mengatakan yang sesungguhnya pada kalian. Tetapi, memang benar jika aku tidak ingin dia bertemu dengan jelmaan iblis seperti kalian!"
***
Valerie membuka bagasi mobilnya. Dia mengeluarkan tas besar dari dalamnya dan masuk ke dalam apartemen tempat ia tinggal. Barang yang Valerie bawa adalah baju-baju dan beberapa barang keperluannya dari Indonesia. Dia memang sengaja membeli barang-barang dari Indonesia karena harganya yang sangat murah. Valerie masuk ke dalam apartemennya dengan susah payah dan dia menidurkan dirinya di atas kasur. Setelah menghela napas panjang, ia membuka aplikasi Skype dan menelfon seseorang.
Namun, yang menjawab Skypenya adalah orang lain. Mata Valerie berbinar dan senyum kecil tersungging di wajahnya. "Anna!"
Annabelle, sahabatnya itu tertawa riang. "Hai, Val, kenapa kau pulang dari Indonesia secepat itu?"
"Kau ada di Indonesia? Kapan kau pulang? Dan ke mana Ibu Panti?"
"Ibu Panti sedang melakukan doa dengan anak-anak." Annabelle terlihat berpikir. "Aku sebenarnya tidak pulang ke Indonesia. Tapi, aku hanya mengunjungi Ibu Panti. Kau ke mana saja? Kita berada di negara yang sama tapi tidak pernah bertemu. Kau juga tidak pernah menghubungiku seperti kau menghubungi Ibu Panti."
Valerie tersenyum tipis. "Bosku sangat menyebalkan. Di hari libur bahkan dia memanggilku. Dia sangat manja dan brengsek."
"Ow Valerie, apa kau menyukai bosmu? Kau tidak pernah bercerita tentang seorang lelaki."
"Aku hanya menjelaskan kesibukanku. Oh ya, kudengar kau akan menikah? Dengan sahabat lelakimu itu?"
Wajah Annabelle terlihat sedih sebelum dia memaksakan senyum. "Tidak jadi. Aku menikah dengan orang lain."
"Bagaimana bisa?"
"Orang lain itu adalah Ayah dari anakku."
"Hah?"
"Aku hamil, Valerie."
"A-apa? Bagaimana bisa?? Kau selalu menjaga dirimu bahkan dari pacarmu sendiri. Bagaimana bisa kau hamil? Pasti lelakinya yang brengsek, ya? Siapa lelaki itu? Katakan padaku! Aku akan menghukum si brengsek itu untukmu."
Annabelle tertawa pelan. "Kau selalu lucu saat cerewet."
"Anna! Aku serius!"
"Oke. Oke. Aku dan laki-laki itu mabuk saat reuni SMA. Dia dan aku saling membenci. Dan entah bagaimana akhirnya, aku dan Darren Valentino Reinhard sudah bangun di tempat tidur dengan telanjang bulat."
"Darren Valentino Reinhard? Dia sahabat bosku! Kau akan menikah dengan salah satu personil The Devils??? Apa otakmu tidak berfungsi lagi?? Mereka adalah manusia paling brengsek di muka bumi ini!!"
Annabelle tersenyum. "Apa menurutmu, aku tipe wanita yang mau dinikahi pria brengsek? Kau tahu sendiri jika aku tadinya akan menikah dengan sahabatku. Namun dia datang dan melakukan sesuatu untukku."
"Dia mengancammu?"
"Val, aku butuh bantuanmu."
"Apa?"
"Sahabatku. Namanya Alex. Dia adalah lelaki yang sangat baik. Saat ini, dia sedang marah sekaligus sedih karena harus melepaskan aku demi pria brengsek seperti Darren."
"Lalu?"
"Kumohon, datangilah dia. Lakukan sesuatu untuk menghibur dia."
Valerie mendelik. "Aku bukan wanita yang bisa menghibur seseorang. Kau tahu aku sangat kaku."
"Kau bisa. Berpacaranlah dengannya."
Valerie melotot di tempatnya.
***
Di lain tempat, Alarick yang masih di bar menjatuhkan gelasnya hingga pecah berkeping-keping.
Felix berdecak. "Kau seperti anak kecil saja." Komentarnya pada Alarick yang hanya diam terkejut.
"Benar. Anak dewasa tidak akan menjatuhkan barang." Timpal Makiel.
Felix mendelik. "Kau selalu menimpali ucapanku."
"Kau pun begitu."
Selama teman-temannya masih berbicara, Alarick terdiam di tempatnya.
Dia memiliki firasat buruk. Dan firasatnya mengarah pada Valerie.
Jangan lupa follow penulisnya agar penulisnya semangat