"Aku benar-benar bertemu dengan Alex, Anna. Kau ini cerewet sekali. Aku malu dilihat banyak orang." Gerutu Valerie saat Annabelle tidak mau mematikan acara Skype mereka. Kalau begini, Valerie menyesal sudah bercakap dengan Annabelle kemarin.
Saat ini, Valerie sedang berada di salah satu kafe kecil di pusat kota. Menunggu Alex yang juga disuruh oleh Annabelle untuk bertemu dengan Valerie. Setelah menolak mentah-mentah ide Annabelle yang menyuruh Valerie berpacaran, Annabelle mengusulkan untuk berkencan terlebih dahulu. Dan yang membuat Valerie geram adalah alasan yang sangat masuk akal dari Annabelle perihal permintaannya itu.
Ngidam.
Benar-benar sial. Dan jika Valerie tidak ingat anak Annabelle akan menjadi keponakannya atau bahkan menjadi jodoh anaknya kelak, Valerie tidak akan mempedulikan kehamilan Annabelle. Dan lagi, Annabelle adalah satu-satunya sahabat Valerie. Orang yang bisa membuat Valerie tersenyum senang bahkan hanya dengan melihat kehadirannya saja. Pesona seorang Annabelle memang tidak bisa ditolak. Bahkan untuk Manusia Kulkas sekalipun.
"Terserahlah. Kamu yang menanggung malu ini. Bukan aku. Jadi, jangan matikan panggilan video ini sebelum aku memastikan jika Alex-ku benar-benar datang dan berkencan denganmu."
Mulut Valerie terbuka setengah. "Tega-teganya kau mengatakan hal itu pada sahabatmu sendiri."
"Tidak usah berlebihan."
"Oke, baiklah. Aku akan membiarkan panggilan video ini tersambung. Tapi, kau sembunyilah sana. Jangan bersuara. Sangat memalukan saat di kafe sendirian dengan panggilan video berlangsung. Kau tahu? Aku seperti suami yang berhubungan jauh dengan istrinya yang hamil."
Annabelle tertawa. "Kalau kau lelaki, aku mungkin benar-benar akan bersamamu. Kita bersahabat dari kecil."
"Kalau aku lelaki, aku akan mencari perempuan yang tidak merepotkan seperti kamu."
"Val, mari kita jangan bahas ini. Kau tahu? Sepertinya, bayiku ingin melihat kamu versi laki-laki."
Valerie melotot. "Jangan coba-coba jadikan itu sebagai ngidam!"
Annabelle tertawa.
"Eum, Valerie?"
Panggilan yang berupa pertanyaan ragu itu membuat Valerie mengalihkan pandangannya pada seorang laki-laki yang berdiri di samping mejanya. Laki-laki itu tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Valerie. "Aku Alex."
Mulut Valerie menganga melihat betapa ganteng tampan rupawan segala rupa dan wawan ada di hadapannya kini. What the fuck?! God, kenapa kau mempertemukan kami setelah si Alex ini tadinya akan menikah dengan sahabatku? Batin Valerie tidak terima. Dunia memang tidak adil. Dia adalah tipeku tapi aku bukanlah tipenya. Lanjutnya.
Masalahnya, Alex ini benar-benar tipe Valerie. Wajah putih kencang dengan janggut serta kumis tipis yang menghiasi sebagian wajahnya. Ah ya, dan tanpa bekas tindik serta tato. Rambutnya pun rapi tidak berantakan. Kemeja dan jasnya juga pas dengan dada bidangnya. Benar-benar good boy idaman Valerie.
Baru kali ini, Valerie ingin dinikahi langsung saat pertama kali bertemu pria.
"Alex-ku!"
Seruan Annabelle membuat Valerie tersadar jika ia melamun dan tangan Alex masih terulur pada Valerie. Gugup, bukannya menjabat tangan itu, Valerie malah mengulurkan ponselnya pada Alex.
Senyum Alex berubah canggung. Dia menerima ponsel itu dan menghadapkan ke wajahnya. "Ow hai kau yang sedang berada di beda benua."
Annabelle tertawa. "Kau benar-benar datang!"
"Ya. Tentu saja. Aku kan sedang patah hati." Kata Alex sambil duduk dan melirik sungkan pada Valerie. "Kau sedang apa di benua sana?"
"Sedang berharap menghilang atau tidak terlihat. Bahkan saat ini aku berharap dapat ikut dengan Tony Stark ke Titan atau menatap di Wakanda."
Alex dan Valerie tertawa mendengar ucapan Annabelle. "Suruh siapa kau tidak jadi menikahiku?" tanya Alex bercanda.
"Kau kan bukan ayah dari anakku. Hamili saja Valerie dan nikahi dia."
"Mana bisa begitu!" seru Valerie kesal. "Kau bicara sangat asal."
Annabelle tertawa. "Aku benar, kan? Sekarang kan jaman sudah begitu. Hamili, nikahi, lalu tunangan."
"Anna!!!"
"Lihat wajah kesalnya, Lex. Dia sangat lucu, bukan?"
Alex tersenyum. "Kau masih muntah-muntah?" tanyanya.
"Tentu saja. Itu hal yang sangat wajar." Jawab Annabelle.
"Begitukah rasanya hamil?"
"Ya. Kau ingin mencobanya?"
"Jangan bercanda!"
Annabelle tertawa kencang, membuat Valerie berdecak kesal. "Kenapa kau bisa tertawa selepas itu disaat kau menghampiri neraka sebentar lagi?" tanya Valerie.
"Lalu apa? Aku harus menangis berhari-hari? Aku tidak se-egois itu. Anakku bisa terluka."
"Kau ibu yang baik."
"Ya. Tapi aku tidak tahu apa aku juga akan jadi istri yang baik."
"Jangan lakukan itu. Kau akan membuat dirimu terluka, Alex patah hati, dan personil The Devils itu keenakan."
"Benar. Jangan lakukan itu." Tambah Alex kemudian.
Annabelle menggerutu. "Teman-temanku yang berhati malaikat ini bisa juga menjadi iblis jika sedang membenci seseorang."
"Aku hanya tidak menyukai pria dingin itu. Sangat arogan dan terlihat kejam." Kata Valerie sambil berdecak.
"Dan pria arogan yang terlihat sangat kejam itu adalah sahabat bosmu."
"Kau benar. Ck, kenapa kita harus terlibat dengan pria-pria seperti mereka?"
"Ya. Dan kupikir, hidupmu juga akan menjadi sulit suatu saat, Valerie. Dan itu dikarenakan pria-pria seperti mereka."
***
The Devils
Makiel Zander McKennedy added Felix Barachandra Philips, Darren Valentino Reinhard, Alarick Kaslov Damian to the group.
Felix Barachandra Philips
Ini memang penglihatanku yang salah
Atau teman kita yang bernama Makiel memang membuat grup whatsapp?
Whatsapp, Man? Come on. Kita bukan remaja lagi
Makiel Zander McKennedy
Syuttt
Diamlah kau Burung Kecil
Ada informasi penting saat ini
Felix Barachandra Philips
What?
Apa kaubilang?
Burung kecil?
Ingin kuperlihatkan sekecil apa burungku ini hah??
Sembarangan sekali kau
Makiel Zander McKennedy
๐ทFoto
Lihatlah, Alarick
Sekretaris polosmu itu sedang berkencan dan tertawa-tawa
Aku malah yakin mereka akan berakhir berciuman
Darren Valentino Reinhard
Apasih
Tidak penting sekali
Darren Valentino Reinhard left the group
Felix Barachandra Philips
Si dingin itu
Alarick Kaslov Damian
Fuck
Di mana itu
Beritahu aku lokasi kafe kecil yang mungkin harganya sangat murah itu
Berikan aku lokasinya
Dan kenapa kau berada di tempat low-budget seperti itu?
Kau benar-benar bangkrut?
Makiel Zander McKennedy
โพLocation
Ow kau seperti sedang mengusriku
Kenapa? Kau tidak ingin ketahuan jika kau akan mendatangi sekretarismu dan menyeretnya pergi seperti pria posesif yang takut pacarnya selingkuh?
Alarick Kaslov Damian
Pergilah dari sana
Kuperingatkan kau
Makiel Zander McKennedy
Kalau tidak?
Alarick Kaslov Damian
Aku bersumpah akan membunuhmu
Makiel Zander McKennedy
Aku yakin kau yang akan mati duluan saat tahu jika sekretarismu itu bisa tertawa karena lelaki lain
Alarick Kaslov Damian
Sial
Teman sialan
Sekretaris sialan
Terserah kau saja
Aku ke sana sekarang
Felix Barachandra Philips
Wow
Akan menjadi tontonan seru, sepertinya
Aku takkan melewatkannya
Makiel, tunggu aku di sana
Makiel Zander McKennedy
Hey
Berhentilah mengikutiku
Kita bahkan sudah dianggap gay
Ini karena kau selalu menempeliku
Felix Barachandra Philips
Haha
Tetap saja
Walaupun kita tidak gay
Kau selalu memilihku dan meninggalkan wanitamu
Atau apakah kau benar-benar gay?
Kumohon jangan sukai aku
Makiel Zander McKennedy
Fuck
Aku tidak sudi
Alarick Kaslov Damian left the group
Makiel Zander McKennedy left the group
Felix Barachandra Philips menjadi admin
Felix Barachandra Philips
What the
Sial
Aku keduluan
Felix Barachandra Philips left the group
***
Valerie mengusap mulutnya dengan tisu. "Alex, aku ke kamar mandi dulu sebentar." Pamitnya.
"Perlu kuantar?"
Valerie mendelik, Alex tertawa kencang. Valerie berdiri dari duduknya dan pergi dari sana sambil menggelengkan kepalanya. Alex ini benar-benar 11/12 dengan Annabelle.
Valerie sedang mencuci tangannya di wastafel saat mendengar suara pintu toilet tertutup di belakangnya. Valerie tidak terusik dan masih menyangka itu adalah pelanggan lain. Setelah itu, terdengar suara langkah kaki yang menelusuri koridor pintu toilet dan membuka pintu itu satu persatu. Kali ini, Valerie waspada dan mengernyitkan dahinya. Saat Valerie mengangkat wajahnya ke kaca, dia berjengit kaget melihat wajah yang sangat dikenalnya itu.
Valerie berbalik cepat saat Alarick menghampirinya dengan wajah marah. "Sir, apa yang Anda lakukan di tempat yang pastinya menurut Anda murahan ini?"
Alarick terus maju hingga tubuhnya menghimpit tubuh Valerie di antara wastafel dan tubuhnya. Matanya bersiborok dengan mata Valerie yang memancarkan kewaspadaan. "Entahlah. Seseorang membuatku harus bertahan di tempat yang harga menunya bahkan lebih murah dari kaos kakiku."
Valerie menelan ludahnya dengan susah payah. "Ini akhir pekan, Sir. Saya libur."
"Dan bukan berarti kau bisa berkencan dengan pria lain di belakangku."
"Hah?" tanya Valerie tidak mengerti.
"Kau tahu seberapa kerasnya aku menahan diriku agar tidak menyeretmu di depan orang banyak? Berani-beraninya kau bermain di belakangku."
"Sir, Anda terdengar seperti seorang pacar yang mengetahui jika wanitanya berselingkuh."
"Tersenyumlah."
"Sirโ"
"Tersenyum untukku."
Valerie mengerutkan alisnya dengan bingung. "Apa yang mengharuskan saya untuk tersenyum?"
"Ini perintah." Geram Alarick.
Menghela napas pelan, Valerie akhirnya menyunggingkan senyum tipis. Alarick terdiam sejenak, menatap bibir Valerie dan matanya. Terus begitu sejenak. Menatap naik turun, lalu mendorong tengkuk Valerie dan menghisap senyum Valerie. Memiringkan kepalanya, memeluk pinggang Valerie dengan posesif. Ciuman Alarick keras dan tak terkendali. Mengecup atas dan bawah, meraup seluruh bibir Valerie yang di poles lipstik dengan lapar. Lidahnya menjilat bibir Valerie, lalu menelusup masuk ke dalan mulut Valerie.
Saat lidah mereka beradu, Alarick mengeram. Dia menghimpit tubuh Valerie ke tembok dan menempelkan tubuhnya dengan Valerie. Mereka berciuman dalam dan lama. Dan tangan Alarick tidak ke mana-mana selain menuju kepala Valerie dan mengusap punggung ramping Valerie.
Napas keduanya terengah. Alarick menjilat bibir Valerie sekali lagi dan mengecup bibir Valerie lagi dengan dalam. Alarick menjauhkan wajahnya namun tidak benar-benar menjauhi Valerie. Bibir mereka masih berdekatan dan berbagi udara. Hidung mereka juga bersentuhan.
Alarick masih terengah saat mengucapkan. "Begini lebih baik. Kau tidak akan berani keluar dengan rambut acak-acakan dan lipstik berantakan. Dan kau tidak akan bisa tersenyum pada pria lain selain untukku."
"Sir, Anda ini sebenarnya kenapa? Apa masalah Anda sehingga berbuat seperti ini kepada saya?"
"Entahlah. Menurutmu kenapa?"
Valerie tidak habis pikir dengan kelakuan Alarick. Karena setelah itu, Alarick menyeretnya lewat pintu belakang. Untungnya, Valerie memiliki nomor Alex dan menitipkan tasnya pada Alex. Valerie terpaksa mengatakan jika dia sedang tidak enak badan dan sudah berada di dalam taksi.
JANGAN LUPA POWER STONE DAN GIFTNYA YA TEMEN-TEMEN BIAR AKU UPDATE SETIAP HARI