"Aku tidak tahu kalian mengetahui info dari siapa jika aku akan ke Indonesia. Hanya saja..." Alarick menghela napas panjang. "Kenapa kalian mengekoriku???" tanyanya sambil melotot pada 3 orang lainnya yang berada dalam pesawat jet pribadinya.
Felix dan Makiel nyengir lebar sedangkan Darren hanya berdeham pelan.
Alarick melotot pada Darren. "Kau juga! Tumben-tumbenan ikut mengangguku. Menjadi miskin membuatmu teringat memiliki teman huh??"
Darren balas memelototi Alarick. "Kapan aku melakukannya?? Aku di sini karena terpaksa!!"
"Bohong! Dia bohong!" seru Felix dan Darren cepat. "Darren mengikut kita karena Boneka Setan itu ada di Indonesia!" tambah Makiel.
"Boneka Setan?" tanya Alarick.
"Bukan. Dia Boneka Iblis." Koreksi Felix.
"Kalian berdua!!" geram Darren.
"Darren, kau bisa menggeram marah juga?" tanya Alarick.
"Oh ya, kau benar Alarick. Sejak miskin dia menjadi memiliki berbagai macam ekspresi." Timpal Makiel.
"Kurasa, bukan karena itu. Darren sepertinya terkena santet Annabelle Si Boneka Iblis." Felix ikut menimpali.
Darren segera melompat dari kursi dan mencengkam kerah kaus Makiel dan Felix. "Aku akan menghajarmu di sini!"
"Wow Darren bisa marah."
"Ya. Alarick, siapkan kamera. Kita harus mengabadikan keajaiban ini."
"Kau pikir aku pesuruhmu??? Ck, enak saja memerintahku!! Sebentar, aku akan panggilkan pramugari. Aku juga ingin masuk frame."
Darren melepaskan tangannya dari kerah kaos dua kembar tidak identik itu, lalu kembali duduk di kursinya.
"Hey, aku baru saja akan memanggilkan pramugari!"
"Ck, kalian ini kekanakan sekali!" Balas Darren. "Aku hanya ingin berlibur ke Indonesia. Aku tak punya uang lagi untuk membeli tiket pesawat."
"Haha." Tawa Alarick datar. "Kau pikir aku akan percaya? Kau selalu berkata panjang jika sedang membuat alasan! Darren yang kukenal hanya akan mengatakan: aku ingin berlibur. Ya! Tiga kalimat itu saja tanpa koma, tanda seru, dan tanda tanya! Kau membuat alasan, dan itu artinya kau berbohong!!"
"Err, terserahlah." Darren mengibaskan tangannya dengan tidak peduli. Dia memejamkan matanya dan pura-pura tidur karena ketahuan berbohong.
Alarick beralih menatap Makiel dan Felix. "Kalau kalian, apa urusan kalian menempeliku? Dan kenapa kalian tidak menggunakan jet pribadi kalian sendiri hah??? Kalian ini seorang CEO tapi seperti pengangguran, tahu?? Benar-benar tidak ada kerjaan! Lihatlah aku! Aku lebih sibuk daripada karyawanku. Pulang pergi ke luar negeri. Sedangkan kalian? Kerjaan kalian hanya bermain dan menggangguku!"
"Kami hanya ingin berada dalam satu pesawat yang sama dengan sahabat kami. Benarkan Felix??"
Felix menganggukan kepala atas pertanyaan Makiel. "Benar. Kami hanya rindu masa muda. Kau ingat kan? Kita bagai 4 bayi kembar siam yang tidak terpisahkan dulu."
"Ew." Respon 3 orang lainnya atas ucapan berlebihan Felix.
"Kenapa?" tanya Felix. Semuanya menggeleng.
"Mereka berbohong. Sebenarnya, Felix dan Makiel taruhan untuk..."
"Darren!!" seru Makiel dan Felix.
"Apa? Ada apa?" tanya Alarick.
Darren mengedikan bahunya. "Tidak tahu."
Makiel dan Felix menghela napas lega.
"Yang kutahu mereka hanya bertaruh tentang mencium Valerie di depanmu." Lanjut Darren.
"Darren!!!"
Alarick melotot pada Felix dan Makiel. "KALIAN, APA???"
Felix segera menggelengkan kepala dengan cepat dan mengangkat tangannya ke atas. "Aku kalah dalam taruhannya! Makiel yang menang dan ingin ikut ke Indonesia untuk mencium Valerie."
"Felix! Kau!! Dasar Sahabat Biadab!!" seru Makiel panik saat Alarick menatapnya bak banteng yang siap menyeruduk dan mencabik-cabik tubuhnya.
Alhasil, Makiel mendapatkan beberapa bogem dari Alarick atas pengkhianatan sang sahabat biadab yang kembar namun tidak identik karena Felix lebih tampan.
***
"Vale!! Gila gua kangen banget lah ama lu!" seru temen Valerie yang bernama Sissy. Sissy memeluk Valerie dengan erat dan Valerie tertawa kecil. Mereka saat ini sedang berada di koridor dekat Pantry.
"Sama!! Gua juga kangen bat ama lu dah, Sy!" balas Valerie sambil membalas pelukan Sissy. Dia kemudian melepaskan pelukannya dari Sissy. "Lu lagi ngisi? Dada lu kok jadi ngembang gini nyet?" tanya Valerie, mengeluarkan sifat aslinya.
"Belum lah, bege. Gua baru nikah minggu kemarin masa udah ngisi lagi? MBA dong gua?? Amit-amit jembut baby mendingan lu aja dah yang ngerasain." Jawab Sissy.
"Sialah! Haha!" Valerie tertawa.
"By to the way, girl, lu makin cantik aja ya sekarang. Pinter ngerawat diri keliatannya. Style baju lu pun haduhh mantap begindang dah!!"
Valerie tersipu malu sambil memukul tangan Sissy. "Biasa aja ah lu mah lebay."
"Kagak lah! Liat aja noh baju lu bener-bener impor dan keliatan banget khas-khas bulenya gitu. Aduhh berasa liat Cinta Laura dah!"
"Ck, mulai deh lebaynya!"
"Beneran tau! Hahaha oh iya, BTW lu kenapa balik sini lagi? Dipecat hah? Pesangonnya dollar dong? Bagi gua bisalah."
Valerie segera menggelengkan kepalanya. "Gue ngunudrin diri. Sayang juga sama duitnya."
"Ihh kenapa? Kenapa? Gila aja lu udah enak-enak di sana tapi ngundurin diri."
Valerie mendengus kesal. "You know? My boss's the real bastard. I'm done with him. Gila aja tuh orang nyebelin banget trus seenaknya. Ya gua nggak tahan lah! Yaudah sih kesempatan bagus juga, gitu. Kontrak gua juga kebetulan udah abis. Untung belum tandatangan pembaruan kontrak. Bisa stress gua di sana."
"Ihh kok gitu sih? Bukannya dia ganteng yah? Cucu Mr. Damian juga. Turunan Mr. Damian ya pastinya sejenis Pak Abi dong?"
Valerie terkekeh pelan. "Bercanda? Dia itu yang terburuk dari yang terburuk. Eneg gua sama omongannya tentang kaos kaki dia yang mahal banget itu. Paling, kaos kakinya itu sama kayak di pasaran yang 10 rebu dapet 3."
"Kaos kaki? Kok segitunya sih? Emang iya?" tanya Sissy sambil terkekeh.
"Iya! Seriusan dia tuh kekanakan banget! Trus kaos kakinya juga mirip banget sama kaos kaki yang selalu gua beli!" jawab Valerie, ikut terkekeh.
"Oh, jadi selama ini, seperti itu aku di matamu?"
Mendengar pertanyaan dalam bahasa Inggris itu membuat Valerie dan Sissy menghentikan pembicaraan mereka dan berbalik ke belakang. Dua-duanya sontak kaget saat melihat 4 orang tinggi, tampan rupawan berdiri di belakang mereka. Yang lebih kagetnya lagi, mereka adalah The Devils.
Mata Valerie melotot saat melihat Alarick yang marah seolah tahu apa yang dibicarakan Valerie dan Sissy. "Bagaimana Anda tahu...?" pertanyaan Valerie terhenti saat melihat Felix tersenyum dan melambaikan tangan padanya. Valerie menghela napas. Felix adalah keturunan Indonesia. Tidak heran.
Seolah ini adalah film romantis atau drama Meteor Garden, saat 4 orang itu melangkah mendekat, terasa slow motion, berkharisma, dan diiringi instrumen lagu. Benar-benar membuat Valerie meneguk ludah saking keren, mempesona dan mengintimidasi.
Alarick berdiri tepat di depan tubuh Valerie. "Hai, mantan sekretarisku." Sapanya. Valerie cemberut.
"Hai, sexy!" sapa Makiel pada Sissy.
"Hello hot!" balas Sissy, tidak tahu diri.
Valerie segera maju ke depan Makiel seolah menjadi tameng agar Makiel tidak melihat Sissy. "Dia temanku. Dan dia sudah bersuami!" kata Valerie. Makiel mengangkat sebelah alisnya.
"20 meter!!" Alarick tiba-tiba berseru sambil memelototi Makiel dan mendorong tubuhnya menjauhi Valerie. Wajah Makiel babak belur dan sudut bibirnya lecet. Alarick mendorong Makiel saat Makiel bergeming. "Mundur darinya!"
"Okay, okay, dude! Chill, Man!"
"20 meter!!"
"Iya, Brengsek!"
"Mundur lagi, biadab!!"
"Ini sudah jauh!!"
"Kurang!!!"
"Alarick." Panggil Darren.
"Apa?"
"Wanitamu kabur."
"Hah?" heran Alarick. Dia berbalik dan tidak menemukan Valerie di tempat tadi. Burung gagak seolah mengisi keheningan ruangan itu. Alarick menggeram marah. "VALERIE!!!"
***
"Kakek!!"
Mr. Damian mengangkat wajahnya dari dokumen yang sedang ia baca. Makiel dan Felix masuk ke dalam ruang kerjanya dengan tangan terentang seolah ingin memeluk Mr. Damian yang sedang duduk di balik meja kerjanya.
"Kalian?? Bagaimana kalian bisa masuk?? Valerie, tolong panggil keamanan dan suruh mereka seret keluar 4 anak jahanam ini." Perintah Mr. Damian.
Valerie yang kubikelnya berada satu ruangan dengan Mr. Damian, langsung menganggukan kepalanya. "Baik, Sir."
"Sudah kubilang jangan memanggilku begitu!! Aku merasa tua!"
"Kau kan memang tua, Kek." Timpal Alarick. "Dan Vale, Kakekku tidak serius. Jangan dituruti."
"Diam kau! Kenapa kau berada di negara yang sangat kau benci ini??"
"Kata benci terlalu kasar, Kek. Aku hanya tidak menyukai negara ini."
"Itu sama saja."
"Itu berbeda!"
"Oh, Darren. Ku dengar kau sudah miskin?" tanya Mr. Damian santai pada Darren.
Darren berdecak kesal. "Like Grand father, like Grand son."
Mr. Damian hanya tertawa pelan. "Jadilah Direktur di perusahaan Alarick."
"Aku tidak mau."
"Kenapa? Kurang tinggi jabatannya? Kalau begitu, mintalah menjadi wakil presdir."
"Dia akan menjadi CEO perusahaanku, Kek." Timpal Alarick.
"Aku tidak pernah menyetujuinya!!"
"Lalu kau? Kau akan bekerja sebagai apa?" tanya Mr. Damian pada Alarick.
"Pemilik perusahaan, tentu saja. Seperti Bill Gates, aku hanya akan menerima uang mengalir ke rekeningku dan bersantai. HAHAHA!"
"Enak saja!! Sejak kapan aku mendidikmu menjadi pengangguran hah??"
"Memangnya kenapa?? Aku pemilik perusahaanku. Terserah padaku akan melakukan apa pada perusahaanku!"
Mr. Damian berdecak kesal. "Yasudah terserahmu sajalah. Sekarang, katakan padaku apa tujuanmu datang ke sini??"
Alarick yang sedari tadi berdiri, melangkah santai ke sofa yang berada di tengah ruangan, lalu duduk di sana bersama teman-temannya yang sudah duduk duluan dan makan camilan khas negara Indonesia. "Aku ingin membeli properti di negara ini." Katanya.
"Sangat tidak masuk akal bagi seseorang yang menganggap negara ini sangat murah."
"Ya. Aku ingin mencoba yang murahan."
"Anggaplah aku percaya. Lalu, apa maksudmu menginjakkan kaki di perusahaanku?"
"Aku ingin meminjam sekretarismu."
Mr. Damian melirik Valerie sejenak. "Valerie? Kenapa harus dia?"
Alarick menyenderkan punggungnya di kursi dan menyilang kakinya. "Karena selain dia tahu bagaimana caraku berkerja, dia tinggal di negara ini, dan jangan lupakan dengan kemampuannya yang kompeten."
Mr. Damian berpikir sebentar. "Baiklah, aku izinkan. Valerie, ikutlah bersama Alarick."
Valerie segera berdiri tegap. "Saya menolak, Sir."
Mr. Damian nampak kaget saat menatap Valerie. "Valerie, sejak kapan kau menolak perintahku?"
"Apa tidak boleh?"
"Kalau untukmu boleh saja."
"Kakek!!" sentak Alarick, tidak terima.
Mr. Damian terkekeh pelan. "Aku bercanda, Cucu Jahanam. Valerie, kau ikutlah dengan Alarick."
Valerie menghela napas panjang, kemudian menganggukkan kepalanya dengan terpaksa. "Baik, Sir."
"Apa aku boleh ikut?" tanya Makiel.
Alarick memelototinya. "Tidak!! Menjauhlah 20 meter!!"
Dan Makiel dengan mirisnya terpaksa keluar ruangan Mr. Damian dengan toples camilan di tangannya.
Kalau lama ya bagus untuk aku. Kalau cepat yah bagus untuk kalian. Semoga Tuhan memberikan yang terbaik saja. Saranghaeπ―π
JANGAN LUPA POWER STONE DAN KOMENTAR POSITIF NYA YAAA BIAR SEMANGAT UPDATE