Chereads / Brothers Conflict - About Us / Chapter 12 - Chapter 11

Chapter 12 - Chapter 11

Salju mulai turun menutupi tanah, mendinginkan udara, dan membekukan air. Terlihat seorang gadis berjalan sendirian dengan pakaian tipis yang membalut tubuh indahnya. Gadis itu berjalan terus di jalan yang sepi, sesekali ia mengusap kedua tangannya untuk menghantarkan hawa panas di tubuhnya.

Dingin, tentu saja. Siapa yang tidak merasa dingin di musim bersalju dengan pakaian tipis seperti itu? Hingga ia telah sampai di depan sebuah gerbang mansion yang cukup besar, seorang penjaga membuka gerbang besar itu lalu membungkuk hormat pada gadis itu.

"Selamat malam, Nona Ivy." sapa security itu.

"Malam dan Selamat Natal." jawab gadis bernama Ivy itu sambil tersenyum manis.

"Terima kasih, Nona. Selamat Natal juga untuk Anda." jawab security itu sambil tersenyum.

Ivy mengangguk lalu melanjutkan langkahnya memasuki Mansion besar di hadapannya. Dilihatnya tiga buah mobil Sport memasuki halaman rumah Mansion besar itu. Ivy tidak mempedulikannya, gadis itu terus berjalan memasuki pintu utama Mansion dan disambut para pelayan yang berjejer rapi di kanan dan kirinya.

"Selamat malam dan Selamat hari Natal, Nona Ivy." ucap mereka serentak.

Gadis itu tersenyum manis lalu menjawabnya, "Selamat Malam dan selamat hari Natal untuk kalian semua." Gadis itu melangkahkan kakinya hingga terdengar suara baritone itu memanggilnya.

"Ivy!" Seorang lelaki berkemeja hitam terlihat di ambang pintu dengan melampirkan jas hitam miliknya di pundak kanan.

Gadis itu berhenti melangkah lalu menoleh ke arah lelaki yang memanggilnya, Dilihatnya ada dua orang lelaki yang belum lama ini ia kenal berdiri tepat di samping lelaki yang memanggilnya.

"Ada apa, Kakak?" tanya Ivy dengan senyum manisnya.

"Berhenti memanggilku kakak, Jalang Keci,." jawab Zerfist sinis, Ivy hanya tersenyum menanggapi hinaan dari lelaki itu.

"Kalian pergilah berkemas, hari ini kalian kami liburkan selama 5 hari. Lebih dari 5 hari kalian tidak kembali, maka kalian dipecat," ucap lelaki bersurai hitam kecoklatan dengan wajah badboy yang dimilikinya.

"Terima kasih, Tuan Muda Grim," ucap para pelayan itu dan langsung saja mereka pergi.

"Apa yang kau lakukan dengan pakaian tipis seperti itu di musim bersalju seperti ini?" tanya lelaki yang masih asik membaca buku di tangannya sambil mendekati Ivy.

Entah mengapa sejak tadi gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali, Zerfist melihat tingkah adik tirinya yang terlihat aneh.

"Apa kau mengharapkan dihangatkan para pria hidung belang di luar sana?" ejek Grim yang senang sekali menghina gadis itu di mana pun ia berada.

"Mantelku berada di mobil, dan kunci mobilku saat ini berada di tangan Grim. Aku tidak ingin mengganggunya hanya untuk meminta kunci mobilku saja. Lagi pula mobilku sudah ada di halaman saat aku sampai tadi. Aku ingin ke kamar, selamat malam," jawab Ivy cepat-cepat, gadis itu langsung saja membalikkan tubuhnya ingin berlari menghindari dari tatapan intimidasi dari semua kakak tirinya.

Tetapi langkahnya terhenti saat Zerfist mencekal tangan kiri gadis itu, lelaki itu menatap dingin dengan tatapan penuh intimidasi.

"Ada apa lagi? Aku tidak punya waktu meladeni kalian!" Ketiga lelaki itu terkejut saat mendengar bentakan Ivy, entah apa yang terjadi kali ini Ivy ingin melawan ketiga kakaknya yang selalu menghinanya itu.

"Kau! Berani-beraninya membentak kami, Dasar Jalang," desis Zerfist, Ivy dengan cepat menghempaskan cekalan di tangannya.

Terlihat gadis itu terengah-engah sambil memijat keningnya, Grim yang melihat keanehan terjadi pada Ivy mengerutkan keningnya.

"Kali ini saja kalian tidak mengganggu," jawab gadis itu dingin lalu membalikkan tubuhnya dan belum ada beberapa langkah gadis itu tersungkur di anak tangga.

"Ivy!" mereka bertiga langsung saja menghampiri Ivy yang tidak sadarkan diri.

"Tubuhnya panas, sepertinya dia sakit." ucap Grim yang langsung saja mengangkat tubuh Ivy.

"Dasar bodoh, itu memang tujuan kita, bukan?!" jawab Spade yang sudah menutup buku di tangannya.

Sedangkan Zerfist, "Kalian, bawa gadis itu ke dalam kamarnya. Aku akan mempersiapkan semuanya." lelaki berwajah dingin itu melangkahkan kakinya ke kamarnya yang berada di lantai dua.

Grim dan Spade langsung saja membawa Ivy ke kamarnya yang berada di lantai dasar. Hujan salju kembali turun dengan lebatnya, perapian di kamar Ivy sudah dinyalakan oleh Spade. Grim membaringkan tubuh Ivy di atas ranjang dan menutupi tubuh gadis itu dengan selimut tebal. Zerfist datang dan memberikan sesuatu pada Spade.

"Kau yakin?" tanya Spade pada kakak sulungnya.

"Kita hancurkan gadis itu setelah ia sadar." jawab Zerfist dengan tatapan penuh intimidasinya, Spade yang tidak pernah takut dengan tatapan kakak sulungnya itu hanya mengangguk mengerti.

Setelah beberapa jam menunggu Ivy tersadar, jam menunjukan pukul satu malam dan kelopak mata gadis itu terbuka. Dilihatnya sekeliling ruangan yang ia tempati dan mendapati tiga orang kakaknya yang tengah duduk di sofa.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" Suara serak namun merdu gadis itu membangunkan ketiga lelaki yang sedari tadi menunggunya untuk sadar.

Grim mendekat bersama Spade dengan senyum manis menghiasi wajah mereka.

"Kami menunggumu bangun, kau tahukan para pelayan sudah kuliburkan tadi. Dan kau saat ini sedang demam, jadi kami harus merawatmu agar Daddy tidak perlu datang untuk merawatmu." jawab Grim lalu menyodorkan sebuah pil dengan segelas air hangat.

"Minumlah, ini yang hanya kutemukan di kotak obat." ucap Spade.

Tanpa ragu Ivy langsung saja meminum pil yang diberikan Grim, ketiga lelaki itu menyeringai tanpa sepengetahuan Ivy. Perlahan Grim dan Spade menjauh dari ranjang, Ivy terdiam sejenak saat merasakan tubuhnya semakin memanas. Entah apa yang terjadi tubuhnya terasa panas dan sangat menyakitkan.

"Ada apa, Ivy?" tanya Zerfist yang langsung saja melepas kancing kemejanya perlahan sambil melihat gerak gerik Ivy.

Ivy memejamkan matanya menahan sesuatu yang bergelora di tubuh lemasnya. Pasrah, ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya yang semakin lemas dan pandangannya berkabut penuh gairah. Ivy yang mengetahui ada yang tidak beres dengan tubuhnya hanya bisa menatap sinis ketiga pria yang kini berada di depan ranjangnya dan menatapnya hina.

"Apa yang kau berikan padaku, Brengsek?!" desis Ivy lemah.

Ketiga lelaki itu terkekeh mendengar desisan Ivy yang menurut mereka sangat merdu itu, ya mereka bertiga mengakuinya. Mengakui kecantikan Ivy, merdunya suara Ivy, dan sexynya tubuh Ivy. Meski setiap harinya mereka bertiga selalu menghina bahkan menghujat Ivy, Ivy tidak pernah marah ataupun sakit hati. Bahkan gadis itu selalu tersenyum pada mereka bertiga.

"Ini adalah hadiah untukmu karena sudah berani memasuki Keluarga Verleon." ucap Grim yang kini melepas kaos hitamnya dan menampilkan tubuh kekarnya.

Ivy yang merasa lemas tidak bisa melawan saat Grim mengikat kedua tangan Ivy, sekali lagi Ivy tidak bisa melawan karena efek obat yang telah ia minum. Tubuhnya merasakan gairah yang tidak bisa lagi dipendam. Meski begitu Ivy tetap bungkam, ia tidak akan memohon untuk disentuh.

'Tidak akan pernah!' batin Ivy berteriak.

"Memohonlah!" Zerfist menjambak rambut hitam Ivy dengan kasar.

"Matilah!" desis Ivy sinis.

Plaakk

Zerfist langsung saja menampar pipi mulus Ivy, Grim dan Spade yang melihat itu hanya bungkam. Mereka berdua tidak tahu jika Zerfist bisa sekasar itu kepada seorang gadis.

"Apa yang kau rencanakan untuk masuk dalam keluarga kami?" tanya Zerfist yang kembali menjambak rambut Ivy.

"Aku bahkan tidak ingin masuk dalam keluarga kaya ini, jika saja ayahmu tidak meminta pada ibuku! Asal kau tahu, kami berdua sudah bahagia tanpa harus memasuki keluarga terkutuk ini!" cerca Ivy ia tidak mempedulikan kepalanya yang terasa sakit.

"Begitu? Kau pikir kami akan mempercayaimu, Jalang Kecil?!" desis Zerfist yang langsung saja merobek pakaian Ivy dengan sekali tarikan tangannya.

Sakit, tentu saja. Apa kalian pikir pakaian yang masih kita kenakan dirobek paksa itu tidak sakit? Coba saja kalian lakukan, meskipun tidak terlalu sakit.

"Apa yang kau lakukan?!" pekik Ivy dengan tangannya yang mencoba meronta, sayangnya tubuhnya terlalu lemah untuk bergerak.

"Tentu saja menikmati tubuh indahmu. Kami juga ingin menikmati tubuhmu seperti lelaki lainnya." jawab Grim sambil menyeringai, Ivy hanya menggelengkan kepalanya lemah.

Sentuhan demi sentuhan membuat tubuhnya semakin terbakar gairah, Ivy terus menahan desahannya yang kini tubuhnya hanya memakai bra dan panty berwarna hitam. Entah mengapa melihat tubuh Ivy yang semulus dan seindah itu membuat ketiga pria yang kini berstatus sebagai kakak tirinya menjadi bergairah.

"Grim, lakukan pemanasan." ucap Zerfist dengan seringaian di wajahnya.

Dengan senang hati Grim melakukannya, Dibukanya panty hitam yang dikenakan Ivy. Melihat milik Ivy yang menggoda membuat Grim dan Spade yang melihat itu langsung saja semakin bergairah. Dibukanya kedua kaki Ivy lebar oleh Grim, dan dilihatnya daerah kewanitaan Ivy yang sudah basah. Grim menyeringai lalu langsung saja memasukan dua jarinya ke dalam liang milik Ivy. Digerakannya tangannya maju mundur dengan tempo lambat.

"Ehm ...." Ivy menahan desahannya dengan memejamkan matanya.

Zerfist tidak tinggal diam, dibukanya bra hitam milik Ivy dan kini terpampanglah dada Ivy yang begitu indah dan terlihat memanjakan mata.

"Wow, 36B." kata Grim yang melihat payudara Ivy.

Zerfist dan Spade hanya terkekeh mendengar perkataan Grim, saudaranya itu memang benar-benar mengerti ukuran wanita. Zerfist memberikan kode pada Spade untuk ikut bersamanya.

"Kita lihat sampai mana jalang ini bertahan menahan desahannya." kata Zerfist dan Spade mengangguk.

Zerfist langsung saja melumat bibir pucat Ivy dengan Spade yang memainkan daerah dada Ivy. Beberapa lama mereka terus memainkan hingga sebuah desahan lolos dari bibir mungil Ivy dan membuat ketiga iblis itu menyeringai.

"Ahh ... kalian benar-benar iblis." desis Ivy geram, Zerfist langsung saja melepaskan celana panjangnya dan memperlihatkan kejantanan miliknya.

Grim menyingkir dan mencabut jarinya dari daerah kewanitaan milik Ivy. Di hadapkannya kepala kejantanan milik Zerfist ke pintu kewanitaan Ivy, tanpa aba-aba Zerfist langsung saja melesakkan miliknya tanpa tahu jika gadis di bawahnya itu masih perawan.

"Ahkk. ..." Air mata Ivy keluar begitu saja saat merasakan kesakitan yang luar biasa di daerah kewanitaannya.

Grim mengernyitkan dahi tidak mengerti, sedangkan Zerfist terdiam membeku. Ditatapnya Ivy tajam-tajam oleh Zerfist yang kini tengah terisak menahan sakit.

"Zerfist, dia–"

"Gadis ini masih perawan! Bagaimana bisa?" potong Spade yang mengetahui keadaannya karena melihat bercak darah yang mengotori ranjang.

"Aku tidak mengerti," jawab Zerfist dingin sambil mencengkram selimut di bawahnya.

"Bagaimana bisa jalang ini masih perawan?! Kalau begitu, akulah yang pertama kali mengambil keperawanannya." Zerfist menyeringai membuat Grim dan Spade memundurkan langkah mereka.

"Baiklah kita mulai, aku ingin tahu bagaimana rasanya memperawani seorang gadis." lanjut Zerfist yang langsung saja menggerakan pinggulnya dengan perlahan.

"Dasar Brengsek, ini sakit sekali!" umpat Ivy, Zerfist membungkam bibir Ivy sekali lagi dengan bibirnya.

Tidak ada desahan ataupun isak tangis karena Zerfist terus membungkam bibir Ivy hingga akhirnya Zerfist mencapai pelepasan di dalam dan menyemburkan benihnya ke dalam rahim Ivy.

"Kalian benar-benar iblis!" Ivy kembali menangis saat Zerfist melepaskan pangutan bibirnya.

Zerfist tidak menjawab, ia mengeluarkan miliknya dan langsung berlalu ke kamar mandi.

"Kalian pakailah gadis itu sepuasnya." ucap Zerfist yang langsung saja masuk ke kamar mandi.

Grim terlihat ragu tetapi saat melihat wajah Ivy yang memerah ia tidak bisa menahan gairahnya lagi. Dimasukkannya kejantanan miliknya membuat Ivy mengeluarkan desahannya.

"Ahh ... Grim! Apa yang kau lakukan?!" desah Ivy yang terdengar merdu di telinga Grim dan Spade.

Spade yang sudah tidak bisa menahannya lagi melampiaskan dengan mencumbu dada Ivy, desahan demi desahan terdengar hingga akhirnya Grim juga mengeluarkan benihnya ke dalam rahim Ivy.

"Ahh ... hentikan semua ini, kumohon." pinta Ivy lirih, Spade tidak mendengarkannya, setelah Grim selesai dalam dua ronde, Spade menggantikannya.

"Meracaulah dan makilah diriku sepuasmu, Sayang." ucap Spade datar, Ivy yang sudah tidak bisa berpikir jernih mengikuti kemauan Spade.

"Matilah kau, Spade! Aku benar-benar membencimu!" maki Ivy, Spade tersenyum lebar.

"Grim lepaskan kedua tangan Ivy, aku ingin dia melukaiku." ucap Spade yang masih diam tanpa menggoyangkan pinggulnya.

"Aku tidak menyangka ternyata kau masokis." ucap Grim sambil membuka ikatan tangan Ivy.

Dan entah kekuatan dari mana Ivy langsung saja menampar wajah tampan Spade hingga bibirnya mengeluarkan darah. Grim terkejut dengan apa yang dilihatnya, sedangkan Spade tersenyum lebar sambil menatap Ivy penuh nafsu. Ivy yang tanpa sadar mengeluarkan kekuatannya menarik tangannya kembali. Zerfist yang baru saja rapi sudah memakai setelan kemeja hitamnya dan celana panjangnya. Lelaki itu memilih duduk di sofa sambil memperhatikan apa yang sedang terjadi, Grim memilih menyingkir dan berjalan ke arah kamar mandi.

"Lakukan, Spade!" Suara bariton itu kembali terdengar, Spade menoleh ke arah Zerfist dan tersenyum sinis.

"Aku akan dapat kepuasan darinya, tenanglah dan lebih baik kau diam saja di sana." jawab Spade membuat Zerfist mengernyitkan dahinya.

Spade kembali menoleh ke arah Ivy yang kini terlihat ketakutan, "Lakukan apa pun yang kau bisa untuk menyiksaku, jika tidak aku akan membuatmu tidak bisa berjalan beberapa hari ke depan." desis Spade tajam, Ivy mengepalkan kedua tangannya hingga buku jarinya memutih.

Spade mulai menggerakakn tubuhnya hingga membuat Ivy kembali mendesah, tangannya tidak tinggal diam. Punggung lelaki itu kini sudah penuh dengan cakaran dan membuat punggung lelaki itu mengucurkan darah segar. Spade yang kini berwajah berseri-seri tidak tersiksa dengan apa yang Ivy lakukan pada tubuhnya, tidak hanya punggung kini tubuh depannya pun penuh dengan cakaran bahkan pukulan yang terasa sakit begitu nikmat baginya.

"Teruslah seperti itu, Sayang." kata Spade sambil mempercepat gerakan pinggulnya.

"Persetan dengan rasa nikmat yang kau katakan. Ini menyakitkan, Dasar Bodoh!" umpat Ivy sambil menampar kembali wajah Spade.

Spade menyeringai, ia begitu menikmati apa yang gadis itu lakukan padanya. Spade semakin mempercepat tempo gerakannya hingga Ivy kembali orgasme untuk yang kesekian kalinya.

"Ahh ... sial! Mengapa ini ... begitu ... nikmat. Ah ... Spade, kau terlalu dalam!" racau Ivy.

Spade terus menggoyangkan pinggulnya, hingga beberapa posisi yang menurutnya sangat nikmat saat Ivy dengan kasarnya menggigit tubuhnya. Luka terdapat di mana-mana hingga Grim dan Zerfist yang tengah menonton hanya bisa memalingkan wajah mereka.

"Teruslah seperti itu, berada di dalammu membuatku tidak bisa melepaskan tubuhmu begitu saja. Rasa sakit yang kau berikan rasanya sangat nikmat daripada apa pun. Lakukan terus bersamaku dan siksalah diriku seperti yang kau mau, aku akan menerimanya dengan senang hati." kata Spade yang akhirnya mencapai klimaks yang kesekian kalinya.

Dilepaskan kejantanan miliknya dari kewanitaan milik Ivy, wajah yang penuh luka tidak seberapa terlihat menyeringai. Grim hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah masokis adiknya. Zerfist bangkit dari sofa lalu mendekat ke arah ranjang.

Dilihatnya Ivy yang jatuh terlelap dengan tubuh yang tidak memakai sehelai benang pun membuatnya kembali bergairah. Dengan cepat lelaki itu beranjak pergi dari kamar gadis yang baru saja diperkosanya itu.

"Spade, tunggulah dirinya hingga sadar dan pakaikan gadis itu pakaian." ucap Zerfist lalu keluar ruangan diikuti Grim.

Spade bangkit dan memasuki kamar mandi, membersihkan tubuhnya dari darah yang mengering dan luka-luka dalam yang masih mengeluarkan cairan merah itu. Keesokan harinya setelah Ivy tersadar, gadis itu hanya berwajah datar menanggapi apa yang dikatakan Spade.

"Kalian akan tunduk padaku setelah kalian mengambil mahkotaku yang berharga!" desis Ivy membuat Spade terdiam dari ocehannya, lelaki itu kembali menyeringai lalu mendekat ke arah Ivy.

"Lakukan apa yang kau bisa. Menyiksaku? Tentu dengan senang hati akan kuterima." bisik Spade di telinga Ivy, lelaki itu sedikit menjilat telinga gadis itu lalu beranjak keluar dari kamar Ivy.

Beberapa hari setelahnya Zerfist kembali memerkosa Ivy dengan kasarnya. Tidak hanya Zerfist, Grim pun memerkosa Ivy hingga akhirnya Ivy memilih Spade untuk bahan pelampiasannya. Memukul, mencakar, apa pun Ivy lakukan pada tubuh Spade yang tidak bisa ia lakukan pada Zerfist dan Grim.

Hari-hari mengerikan itu terlewatkan begitu saja, untung saja Ivy pintar. Gadis itu meminum pil agar dirinya tidak hamil. Ya, rencana Zerfist adalah membuat Ivy hamil hingga ayah mereka membuang gadis itu keluar dari Keluarga Verleon. Sayangnya Ivy terlalu cerdas, hingga perubahan Ivy terlihat menjadi gadis yang menyeramkan.

Pada malam itu, malam terakhir Zerfist memerkosa ivy yang kesekian kalinya. Ivy mematahkan kedua kaki Spade dengan mudahnya di depan Zerfist dan Grim.

"Arrggghhh ...." Teriakan Spade menggema di seluruh mansion.

"Apa yang kau lakukan pada adikku?!" bentak Grim yang langsung saja berlari ke arah Ivy, tetapi dengan mudah Ivy memukul dada Grim dengan sekuat tenaga.

Saat Grim ingin terjatuh, Ivy langsung saja menarik tangan Grim dan mematahkannya.

Traak

"Aarrggghhh ..." Kini teriakan Grim yang menggema, seluruh pelayan bahkan bodyguard datang menghampiri.

"Astaga," pekik seorang pelayan melihat kedua majikannya yang tersungkur.

Ivy tidak berhenti di sana, dengan cepat Ivy merobohkan tubuh jangkung Zerfist dang menginjak kepala Zerfist dengan kaki kanannya.

"Shit!" umpat Zerfist.

Dengan sekuat tenaga Zerfist bangkit, tetapi usahanya sia-sia, Ivy bahkan menambah tekanan di kakinya hingga membuat Zerfist hanya bisa menggerang kesakitan.

"Dengarkan aku!" ucap Ivy lantang.

"Kalian tidak boleh membantu ketiga iblis ini apapun yang terjadi saat aku menghukum mereka semua. Aku sudah muak menjadi gadis yang baik hati, kalian paham?!" ucap ivy pada para pelayan dan semua bodyguard yang hanya bisa menonton majikannya.

"Baiklah, Nona Ivy." jawab mereka serentak.

"Bagus!" Ivy kembali menoleh ke bawah melihat wajah Zerfist.

"Dan kalian, akan kubuat kalian mendapatkan balasan dari semua tindakan kalian!" ucap Ivy yang langsung saja menendang wajah Zerfist.

"Kalian, bawa mereka ke rumah sakit." titah Ivy yang langsung saja melenggang pergi meninggalkan aula ruangan mansion itu.