Chereads / Brothers Conflict - About Us / Chapter 9 - Chapter 8

Chapter 9 - Chapter 8

Kehidupan penuh dengan teka-teki yang siap dipecahkan, tetapi apa semua teka-teki yang telah disiapkan mampu dipecahkan meski membutuhkan kurun waktu yang lama. Bahkan hingga malaikat maut menjemput, apakah dapat terpecahkan?

Kunci. Setiap orang memiliki kunci untuk memecahkan sebuah misteri yang ada dalam teka-teki.Tapi apakah mereka menyadari dimana kunci itu berada? Atau bahkan mereka dengan cepat mendapatkan kunci itu tanpa perlu bersusah payah?

Keluarga Valkyrie merupakan keluarga sederhana yang dipenuhi dengan berbagai teka-teki, misteri, dan rahasia. Keluarga Verleon merupakan keluarga kaya raya yang memiliki kunci dari teka-teki, misteri, dan rahasia Keluarga Valkyrie. Apa hubungan antara Keluarga Valkyrie dengan Verleon?

Benar-benar penuh dengan misteri, apa pun yang dilacak tentang keluarga Valkyrie benar-benar tertutup dan sama sekali tidak memiliki petunjuk tentang hubungan dengan Keluarga Valkyrie dengan Keluarga Verleon. Spade bahkan meretas semua informasi yang dilakukan keluarganya pada beberapa tahun yang lalu dan hasilnya pun nihil. Tidak ada jejak, tidak ada yang mencurigakan, semuanya bersih tetapi ada yang menjanggal.

Hal yang menjanggal adalah hubungan kedua keluarga itu yang tidak diketahui oleh siapa pun, benar-benar aneh. Zerfist pun telah meminta bantuan pemerintah tentang informasi kematian Arnold Dreas Valkyrie. Dan ia mendapatkan sesuatu yang mengejutkan, diberitakan jika kematian Arnold adalah karena kebakaran di rumahnya beberapa tahun lalu. Arnold tewas karena dibunuh oleh seorang pengusaha jutawan, dan Zerfist mengenal orang itu. Ya, bahkan ia sangat mengenalinya.

"Bagaimana pendapat kalian?" tanya Zerfist.

Saat ini Zerfist tengah bersama Grim dan Spade membahas semua yang mereka tidak ketahui, bahkan Grim dan Spade rela harus mendapatkan hukuman dari adik mereka yang sialnya terlalu cantik untuk dilewatkan itu karena tidak datang ke kampus.

"Kurasa yang paling masuk akal adalah keluarga kita memiliki hubungan khusus dengan keluarga Valkyrie. Dan karena hubungan itu 'pria tua bangka' itu menghabisi kepala Keluarga Valkyrie." Spade memberikan pendapat.

"Asumsimu ada benarnya juga, dan mungkin tidak salah. Tapi, mengapa hanya Tuan Arnold saja yang terbunuh?" tanya Grim yang sejak tadi mendengarkan tetapi sayangnya hanya sekilas yang sampai pada otaknya.

"Kita akan lakukan pencarian bukti. Si tua bangka itu sangat lihai menutupi jejaknya sehingga pemerintah sendiri pun tak sanggup untuk memenjarakannya," jawab Zerfist menutup pertemuan kali ini.

Mereka yang saat ini berada di kantor Zerfist menjadi pusat perhatian, lantaran kedua adik sang CEO jarang sekali menginjakkan kaki mereka di sana. Grim dan Spade membuka ponsel mereka dan benar saja, puluhan telepon dengan nama Ivy tertera di sana.

"Baiklah, aku akan kembali ke kampus. Ivy sepertinya sudah ingin mematahkan kedua kakiku lagi," ucap Spade dan mendapatkan anggukan dari Zerfist.

"Aku ikut, Ivy akan mengamuk jika aku tidak datang bersamamu." Grim langsung saja mengikuti langkah Spade keluar dari ruangan Zerfist.

Mereka berjalan sambil menyapa beberapa petinggi yang mereka temui menuju lobby. Tidak lupa dengan para pegawai wanita yang hampir berteriak histeris saat melihat Verleon bersaudara melewati tempat kerja mereka. Ketampanan mereka memang selalu menjadi bahan perbincangan menarik. Termasuk adik kecil mereka, Ivy, tentu saja meski banyak yang mengagumi kecantikan dan keramahannya, tidak sedikit pula yang iri hingga membenci Ivy.

Grim dan Spade memasuki mobil mereka dan langsung saja menyetir dengan kecepatan sedang sambil mencoba menghubungi Ivy. Sedangkan Ivy yang kini bersama Trace di mansion sambil menyeruput teh buatan Trace, ia sudah kembali dari kampus karena tidak memiliki mata pelajaran lainnya. Dan kini ia bersama Trace di balkon kamarnya yang cukup luas.

Betapa terkejutnya Ivy saat kembali masuk kampus, puluhan buket bunga mawar terhias di kelasnya dengan sebuah kertas bertuliskan 'Kami mendoakan yang terbaik untukmu, cepatlah sembuh.'. Gadis itu tersenyum dan menghirup bunga mawar yang berada di tangannya, Ivy terharu. Sejak kecil ia tidak pernah merasakan hal-hal manis seperti ini, bahkan yang ia hadapi selalu saja hidup dan mati.

"Nona, apa yang Anda pikirkan?" tanya Trace yang saat ini sedang menyisir surai hitam milik Ivy.

"Hanya hal kecil yang selalu aku impikan," jawab Ivy sambil memainkan jemarinya, ia membiarkan Trace menyisir rambutnya karena hanya dengan itu Trace bisa memanjakan dirinya.

"Apa Anda terluka saat saya tidak ada?"

"Berhentilah berbicara formal padaku," jawab Ivy dingin, Trace hanya menghembuskan napas pelan.

"Baiklah, jadi jawab pertanyaanku," jawab Trace mengalah pada akhirnya.

"Kau tahu, mereka memberikanku bunga mawar sangat banyak."

"Apa kau menyukainya?"

"Tentu saja." Ivy menarik tangan Trace dan kini Trace berada di sampingnya, Ivy menatap dalam iris cokelat milik Trace.

"Ayah sangat menyayangimu, kau sangat beruntung bisa bercanda dan tertawa bersamanya."

"Ivy, kau tahu apa yang terjadi sebenarnya. Mengapa kau selalu saja menutupi kebenarannya?" Trace menggenggam kedua tangan Ivy.

Manik mereka saling bertemu, memancarkan kepedihan di kedua belah pihak. Dimana emosi Ivy selalu tidak stabil menyangkut tentang ayah kandungnya. Perasaan terluka dan pedih tergambar jelas di manik hitam milik Ivy. Kelam, manik hitam itu bagaikan kegelapan yang menyedot cahaya di sekitarnya.

Bagai tidak memiliki kehidupan meskipun manik itu memiliki cahaya kehidupan. Ada yang berbeda dengan Ivy dan Trace menyadarinya.

"Apa yang kau sembunyikan dariku?" sergah Trace, Ivy memalingkan wajahnya dan mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Aku baik-baik saja," jawab Ivy kembali menyeruput teh miliknya.

"Aku tahu kau berbohong padaku, dari yang aku lihat apa kau sering bercinta dengan mereka?" telak, Ivy tersedak teh yang diminumnya.

"Trace!"

"Aku mengetahuinya, jadi jangan berbohong padaku," jawab Trace yang langsung saja membersihkan wajah Ivy dengan sapu tangan miliknya.

"Apa kau marah?" tanya Ivy sambil menundukkan kepalanya.

"Tentu saja!" Trace bangkit lalu menatap tajam Ivy.

"Tapi kau tahu aku tidak bisa menyeretmu dan memasukimu seperti yang mereka lakukan padamu." Ivy mengangkat kepalanya, ditatapnya wajah Trace yang mengeras.

"Apa maksudmu?"

"Aku akan menempatkanmu di sebuah tahta, bukan seperti mereka yang menempatkanmu di bawah untuk menjadi pelayan pemuas nafsu semata." Ivy mengerutkan keningnya mendapatkan jawaban yang tidak terduga dari seorang Trace.

"Trace, apa kau ...." Ivy menghentikan kalimatnya, Trace mengangkat sebelah alisnya bingung mengapa Ivy menghentikan bicaranya.

"Mungkin aku salah menduga." Ivy menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

Ivy yakin apa yang diyakini olehnya adalah salah bahwa Trace menyukainya. Karena Trace selalu saja berbicara formal terhadapnya dan menganggapnya seperti adiknya sendiri. Ivy tidak ingin menduga-duga terlebih dahulu, baginya perasaan suka itu terlalu sensitif dan dapat melukai dirinya sendiri.

"Jangan memungkiri hatimu sendiri, Ivy," ucap Trace yang langsung berlalu meninggalkan Ivy begitu saja.

Trace menyadarinya, sebelum semuanya berakhir sampai kapanpun ia tidak dapat mendapatkan Ivy. Tetapi, jika semua teka-teki dan rahasia besar yang ada di keluarga Valkyrie dan Verleon terkuak, ia dapat dengan mudah mendapatkan Ivy.

Trace melihat kedatangan Verleon bersaudara yang baru saja memasuki mansion. Trace menunduk memberi hormat pada kedua lelaki yang sialnya tampan. Grim berdehem saat melihat Trace baru saja turun dari lantai dua.

"Apa Ivy di kamarnya?" tanya Grim.

"Ya, saat ini Nona Ivy sedang menikmati sore hari di balkon kediamannya. Jika Anda ingin berkunjung tunggulah nanti malam, saya takut Anda terkena lemparan cangkir dari tangan indahnya," jawab Trace sambil memperingat.

"Baiklah, aku setuju denganmu. Saat ini singa betina itu pasti sudah menyiapkan hukuman pada kami," jawab Grim yang langsung berlalu begitu saja.

"Apa wajah Ivy terlihat menyeramkan saat ini?" tanya Spade setelah kepergian Grim.

"Sepertinya tidak, wajahnya terlihat ceria dan berbunga-bunga saat ini," jawab Trace terlihat sedang berpikir.

"Baiklah, itu lebih berbahaya daripada saat ia sedang berwajah seram karena menahan amarahnya," jawab Spade yang terlihat pucat dan langsung saja berlalu meninggalkan Trace.

"Sebenarnya mereka itu kenapa?" gumam Trace sambil menuju pintu keluar.

***

Keesokan harinya Ivy terbangun karena terganggu dengan sesuatu yang menindih tubuhnya, Ivy membuka selimut di tubuhnya dan masih berpakaian baju tidur miliknya, tetapi yang mengganggu pemandangannya adalah sebuah tangan yang melingkari perutnya.

"ZERFIST!!!" teriak Ivy membuat lelaki tampan itu menggeliat dalam tidur nyenyaknya.

"Zerfist, kau tidak ingin aku mematahkan kaki dan tanganmu juga, bukan?" desis Ivy di telinga Zerfist.

Zerfist tersenyum, mendengar teriakan Ivy yang begitu merdu di telinganya membuatnya semakin ingin menenggelamkan wajahnya di bantal. Ivy memutar bola matanya kesal, Dilihatnya tubuh Zerfist yang hanya memakai celana panjang saat ini. Tubuh sixpack-nya yang memanjakan mata membuat Ivy ingin sekali merobek isi perut Zerfist.

"Bangunlah, aku tidak ingin kau membuat mood-ku rusak pagi ini." Kini Ivy melembutkan cara bicaranya dan membuat Zerfist membulatkan matanya lebar-lebar.

"Apa aku salah dengar?" gumam Zerfist membuat Ivy semakin dibuatnya kesal.

"ZERFIST!!!" Ivy kembali berteriak.

Zerfist hanya tertawa kecil lalu bangkit dan mengambil ciuman selamat pagi dari Ivy, Ivy membulatkan matanya meski hanya sebentar Zerfist mengulum bibirnya tetapi bibir ranum Ivy terlihat semakin menggoda. Tanpa berkata-kata seperti biasanya Zerfist bangkit mengambil pakaiannya dan berjalan keluar kamar Ivy.

Ivy menggelengkan kepalanya lemah, kelakuan Zerfist selalu membuatnya ingin melempar kursi ataupun benda tajam yang dapat merusak wajah tampan lelaki itu. Pintu kembali terbuka dan memperlihatkan Zerfist yang datang kembali berjalan cepat ke arah adiknya lalu mengecup kening Ivy.

"Morning, Sweetheart," bisiknya lembut lalu pergi begitu saja meninggalkan Ivy yang masih terdiam di atas ranjang.

"Jadi, kapan aku bisa merusak wajah yang sialannya terlalu tampan untuk dilewatkan itu?" gerutu Ivy, ia langsung saja bergegas pergi membersihkan tubuhnya.

Setelah sarapan pagi bersama dengan tambahan satu orang yaitu Trace, kini Ivy harus dijaga ketat oleh Trace. Ke mana pun Ivy pergi Trace akan selalu mengikuti langkah sang Nona.

"Ivy, siapa bodyguard barumu itu?" tanya Chelsie yang saat ini mereka sedang berada di kantin sedangkan Trace berdiri cukup jauh agar ivy tidak terlalu terkekang olehnya.

"Ahh, bagaimana aku mengatakannya ya? Lelaki itu bernama Trace Valkyrie," jawab Ivy sambil tersenyum jahil ke arah Chelsie, gadis berambut pirang itu terdiam mencerna perkataan Ivy.

"Hai, Ivy," sapa beberapa orang yang melewati mejanya.

"Hai," jawab Ivy dengan senyum ramahnya.

"Valkyrie? Oh my ... kau juga dari keluarga yang sama dengannya? Apa hubungan kalian berdua?" pekik Chelsie terlihat antusias.

"Dia seperti kakak angkatku," jawab Ivy kembali tersenyum jahil pada gadis pirang itu.

"Mengapa ia tidak masuk keluarga Verleon?" tanya Chelsie yang merasa ganjil.

"Karena Trace tidak ingin masuk ke keluarga Verleon," jawab Ivy santai dan mendapat anggukan mengerti dari Chelsie.

Bohong, tentu saja. Ivy tidak mempercayai siapa pun termasuk Rosaline ibunya sendiri, bahkan Trace akan ia kelabui jika melakukan sesuatu yang mencurigakan. Trace memiliki misi tersendiri dalam menjabat tangan kanan Ivy, karena itu Ivy tidak dapat mempercayai Trace. Dari mana Ivy mengetahuinya? Sangat mudah mengetahui hal sekecil itu saat Trace tinggal bersama dengannya.

"Sayang sekali, tapi bolehkan jika aku memilikinya?" Ivy menatap malas sahabatnya itu.

"Kau hanya akan mendapat masalah jika bersamanya, hidupmu tidak akan tenang karena bunyi selongsong peluru akan menghiasi hari-harimu," jawab Ivy menakut-nakuti gadis pirang itu.

"Kau bercanda? Memangnya saat ini zaman perang yang harus selalu bersiaga karena ada para penjajah?" jawab Chelsie sambil memutar bola matanya jengah.

"Kau itu hidup di tahun berapa hingga membawa penjajah? Dasar gadis bodoh," jawab Ivy sedikit kesal karena kebodohan temannya.

"Aku kan hanya orang biasa yang tidak memiliki musuh bersenjata seperti para orang kaya, Ivy."

"Dan kau saat ini berteman dengan siapa?"

"Gadis kaya yang sialannya juga cantik dan baik hati dan kurang ajarnya menyita para lelaki tampan di kampus ini," jawab Chelsie lancar dan merutuki kebodohannya.

"Aku lupa kau orang kaya yang penuh musuh bersenjata," lanjutnya sambil mengetuk-ngetuk kepalan dengan jari telunjuknya.

"Akhirnya kau sadar," jawab Ivy sambil terkekeh.

Suara pekikan gadis-gadis terdengar saat kedua pangeran tampan di kampus itu memasuki wilayah kantin. Ivy dan Chelsie yang sudah mengetahui siapa yang datang bersikap acuh dan kembali membicarakan hal lain. Tidak hanya dua pangeran itu, sejak awal Trace menginjakkan kakinya di kampus ia menjadi sorotan para gadis-gadis yang haus akan pemandangan indah.

Grim dan Spade si Verleon bersaudara, yang tentunya pasti dikenal seluruh penjuru kampus. Kedua lelaki itu memesan makanan lalu duduk di hadapan Ivy dan Chelsie. Seperti biasa mereka berempat akan makan bersama, Chelsie tidak seperti para gadis di kampusnya yang berteriak histeris saat melihat Grim dan Spade, atau para wanita yang merayu adik kakak itu. Karena Grim dan Spade bukanlah tipe lelaki yang diinginkan Chelsie, sesimpel itu dan kakak beradik itu nyaman dengan kehadiran Chelsie.

"Hai, Adikku sayang dan teman cantiknya Ivy," sapa Grim yang seperti biasa akan mengecup kening Ivy tetapi dihalangi oleh Spade.

Spade langsung menarik tubuh Grim untuk duduk di sebelahnya.

"Hai, Kakak bajingan yang sialnya terlalu tampan untuk dilewatkan," jawab Ivy sarkas seperti biasa, meski perkataannya tajam, itu hanya ditunjukan pada kedua kakaknya itu.

"Maaf kemarin kami memiliki rapat penting bersama Zerfist, jadi aku tidak dapat ke kampus," ucap Spade sambil menopang dagu menatap adiknya.

"Lain kali beritahu aku, semua penggemarmu menanyakan keberadaanmu padaku dan itu membuatku muak." Spade mengangguk sambil tersenyum manis mendapat jawaban dingin dari adik tercintanya.

"Ivy, kau selalu saja berkata kejam pada kami, apa salah kami padamu?" Grim bertanya dengan wajah memelasnya.

"Akan kuberitahu," jawab Ivy sambil menyeringai, "pertama, kau adalah lelaki bajingan yang memakai para gadis di kampus maupun luar kampus. Kedua, karena kalian menyebalkan selalu membuatku darah tinggi. Dan ketiga, sialnya kalian terlalu tampan untuk kurusak wajah kalian. Kalian paham?"

Grim dan Spade mengangguk cepat dan kembali tersenyum manis, "Kau dengar apa kata terakhirnya, Spade?" tanya Grim.

"Ivy akhirnya mengakui kita tampan," jawab Spade dan mereka berdua mengangguk bersamaan.

"Aku semakin mencintainya," gumam Grim sambil menatap mesum ke arah Ivy.

"Aku pun begitu," sambil Spade.

"Mereka berdua gila," ucap Chelsie menatap jijik pada kedua lelaki di depannya.

"Memang mereka gila," timpal Ivy.

Trace yang sejak awal mendengar dan memperhatikan tatapan Verleon bersaudara itu pada Ivy hanya bisa mengepalkan kedua tangannya.

"Aku akan membalas mereka berkali-kali lipat nanti."