Chereads / Diego & Irene / Chapter 43 - Chapter 43 : Interested at First Sight

Chapter 43 - Chapter 43 : Interested at First Sight

SELAMAT MEMBACA!

SEMOGA SUKA💕😊

•••

"Kau juga mencuri senjata milikku. Pistol lipstik, jam tangan kamera, earpiece dan masih banyak lagi."

Irene masih belum mengucapkan kata-katanya ketika Diego berbisik kembali. Kali ini di lehernya, membuat Irene bisa merasakan helaan napas hangat Diego disana. "Katakan, apa sekarang mencuri sudah menjadi kebiasaanmu? Setahuku kau memang pintar dalam hal ini, tapi aku tidak menyangka hatikulah yang pertama kali kau curi."

Jantung Irene memompa cepat. Oh ayolah... Kejadian tadi itu hanya rencananya untuk menyelamatkan Diego. Lagipula dia meminta alat-alat nya pada Lucas, jadi disini siapa yang salah? Dia atau Lucas? Wait... ralat! Dia hanya meminjam! Bukankah dia hanya menggunakan alat-alat itu saat genting saja? Aish, lelaki ini menyebalkan! Bisa-bisanya Diego mengatakannya pencuri! Dan apa katanya? Aha! Mencuri hatinya 'kan?

"Ya, memang. Aku mencuri hatimu, Diego. Buktinya kau masih ada disini, di depanku--memelukku meski kau mengira aku ini pencuri alat-alatmu yang mahal itu." ucap Irene, membalas tatapan Diego yang selalu berhasil membuatnya terbuai.

Diego tersenyum miring, makin mengeratkan pelukannya di pinggang Irene. Tangannya mengangkat dagu Irene, menatap manik coklat itu lebih dalam. "Bagus. Itu jawaban yang aku mau." katanya sembari mengecup hidung Irene, membuat gadis itu menahan napasnya sesaat. Diego menatapnya lekat. "Sekarang, katakan semua yang kau sembunyikan dariku."

"Aku akan jelaskan semuanya. Tapi bisakah kau lepaskan aku dulu?" ucap Irene sembari mendorong dada Diego.

"Tapi aku ingin tetap seperti ini, Bae Irene."

Bukannya lepas, dorongan Irene tadi malah membuat Diego semakin merapatkan tubuh mereka. Diego bahkan semakin berani, melihat sekarang saja si mata biru ini sudah mengecup lehernya. Irene mengerang. Oh tidak!

"Diego! Ini di rumah sakit!" erang Irene rendah, memukul pundak Diego.

"Ah, biarkan saja. Agar semua orang tahu jika kau milikku. Kau milik Diego Alvaro." Diego berkata dengan nada rendah. "Hanya aku." tekan Diego dengan kilat di matanya.

Diego memiringkan kepalanya, mencari posisi yang pas untuk menyentuh dan melumat bibir pink itu. Diego hampir memagut bibir Irene jika saja suara dering telponnya tidak menghentikannya.

Tringg!!!

"Shit!" umpat Diego, mendadak berhenti. Sialan! Siapa yang berani mengacaukan kegiatan yang paling dia sukai ini?!

Ck! Lihatlah... Dia kesal sendiri sementara Irene tampak biasa-biasa saja. Gadis itu bahkan terlihat seperti ingin menertawakannya. Aish, menyebalkan!

Tanpa melihat nama si penelepon, Diego dengan cepat mengangkatnya. "ADA APA?!" bentak Diego, marah. Dia sangat kesal, bahkan rasanya dia ingin membunuh orang yang menelpon dia saat ini.

"Ini Mommy, Diego. Kenapa kau marah sekali?" tanya Jasmine di seberang sana.

Diego sontak tertegun, tidak menyangka jika Ibunya sendiri yang menelponnya. Diego memejamkan matanya, merasa salah. "I'm sorry, Mommy. Aku tidak tahu." ucap Diego, suaranya berubah lembut.

"Apa kau sudah temukan Irene? Dimana dia?" tanya Jasmine, suaranya terdengar khawatir.

"Irene ada di sampingku, Mom." ucap Diego sembari menunduk, menatap Irene yang kini menatapnya tajam. Irene masih terperangkap, tubuh mereka masih sangat rapat. Irene menatap Diego seolah berkata 'lepaskan aku jika kau tidak ingin mati'. "Dan sekarang dia sedang memelukku, sepertinya dia rindu padaku, Mommy." kata Diego, menyeringai.

Irene sontak melotot, menggeleng keras. "Tidak Mommy! Anakmu ini yang memelukku!" teriak Irene, berharap suaranya terdengar Jasmine.

Jasmine yang mendengar itu terkekeh.

"Oh ya? Jadi sekarang kau menuduhku? Lalu siapa tadi yang memegang tanganku sangat erat sekali?" tanya Diego, tersenyum jahil.

Irene memicingkan matanya. "Diego...." ucap Irene tidak suka, tangannya pelan-pelan mencubit perut Diego.

Diego langsung meringis. "Au! Lihatlah Mom, kucingku ini barusan menyubitku! Astaga... galak sekali."

Irene menganga. Ha? Apa katanya tadi? Diego menyebutnya kucing?

"Ish! Kau ini menyebalkan!"

Mendengar erangan Irene, Jasmine tidak bisa berhenti tersenyum. Menyadari bahwa hubungan mereka sedang baik-baik saja. Itu membuatnya tenang. Mereka hanya bertengkar, seperti anak kecil. Tingkah laku dari pasangan ini memang menggelikan. "Oke... oke. Kalau begitu Mommy tutup dulu. Jaga Irene dengan baik ya nak." ucap Jasmine yang di balas anggukan Diego.

Diego baru saja memasukkan ponselnya kembali ketika Christian tiba-tiba menghampirinya.

"Tuan..." ucap Christian sembari menunduk, berdiri di belakang Diego.

"Katakan, apa masalahmu?" tanya Diego--

to the point, tidak menoleh ke arah Christian sedikitpun. Irene kesal, Diego tidak juga melepaskan dirinya. Oh Tuhan!

"Musuh yang menyamar menjadi pelayan sudah kami amankan, tuan. Sekarang dia sudah ada di ruang bawah tanah." ucap Christian. Dia mengeluarkan ponsel di balik saku jasnya. "Ini ponsel milik orang itu, Anda bisa memeriksanya sendiri." ucap Christian sembari memberikan ponsel itu pada Diego.

Irene menghembuskan napas, merasa lega. Diego membebaskannya. Bahkan sekarang lelaki itu malah fokus kepada Christian.

"Tunggu! Kau mau kemana?" Irene baru melangkah ketika Diego menyahut dari belakang. Menghela napas, Irene berbalik sembari menatap Diego kesal. "Tentu saja pulang!"

Diego tersenyum, maju selangkah dan mengelus rambut Irene lembut, membuat Irene seketika merasa baik. "Baiklah... Kau sebaiknya pulang sekarang, sudah malam. Kau duluan saja, aku akan menyusul. Ada supir yang akan mengantarmu." ucap Diego sembari menunjuk ke arah lobby menggunakan matanya.

Irene mengikuti arah pandang Diego, menatap bodyguard berambut pirang bertato yang berdiri tegak di sepanjang lorong rumah sakit. Aish! Kenapa banyak sekali? Irene geleng-geleng kepala, tidak percaya jika Diego melakukan penjagaan kepadanya seketat ini.

"Hm." jawab Irene, lalu melanjutkan langkahnya--pergi darisana.

"Ponselnya sudah kami retas, jadi tuan bisa melihat semuanya." ucap Christian, sementara Diego terus mendengarkan, dia menemukan video yang berisi rekaman dirinya dan Irene yang sedang bertengkar beberapa saat lalu. "Kurang ngajar..." Diego menggeram, matanya tiba-tiba menggelap.

"Dia mata-mata bayaran Sean Astra Leonnel, yang sekarang menjadi tahanan kita." ucap Christian, matanya terus memperhatikan tuannya yang sedang mengecek ponsel itu. "Privasi kita berhasil di bobol," ringis Christian, merasa gagal akan tugasnya. "Karena itu saya menyuruh sebagian orang-orang kita untuk meninggalkan New York dan menetap di Berlin untuk menjaga mansion Alvaro."

"Bagus. Ada lagi?"

"Jasad Marry tidak kami temukan, tuan." ucap Christian.

Diego berhenti mengecek ponsel itu, sekarang dia menatap Christian. "Apa?" Diego mengerutkan dahinya. "Itu tandanya dia masih hidup."

Christian mengangguk, merasa sependapat dengan Diego. "Marry kemungkinan sudah keluar dari mobil sebelum mobil itu meledak. Mungkin dia tidak mati. Jika dia berhasil lolos dari kebakaran itu, pasti dia masih hidup."

"Benar." tukas Diego, mengepalkan tangan. "Aku hanya membasmi pengganggu itu. Parasit yang menganggu Irene-ku."

Christian menelan ludah, merasakan aura Diego yang begitu dominan; mengagumkan sekaligus menyeramkan. "Marry akan segera kami temukan, tuan." ucapnya, seakan tahu dia harus melakukan ini tanpa Diego menyuruhnya.

"Bagaimana dengan Mi Lover dan Lily? Kau sudah kembalikan mereka?"

Christian mengangguk. "Sudah, tuan." lapornya.

Diego tersenyum puas. "Ini sebagai bentuk peringatanku." Diego menarik napas tajam. "Jika keluarga Mikhailova masih saja ingin menjodohkan putrinya denganku, aku tidak segan-segan mengirim kedua putrinya itu ke jurang neraka daripada mengembalikannya pada mereka."

Christian menelan ludah. "Kalau begitu saya permisi, tuan."

Sementara disisi lain...

"Bertahanlah, adikku... Ku mohon bertahanlah..." ucap seorang pria, menatap kedua adik perempuannya dengan mata berkaca-kaca. Dia berlari panik, ada enam suster yang ikut bersamanya mendorong kasur roda yang ditempati kedua adiknya menuju ruang UGD. "Ku mohon..." ucapnya lagi, kali ini sambil menangis; tidak kuat melihat darah yang terus mengalir di tubuh kedua adiknya itu.

"Maaf Mr. Mikhailova, anda tidak boleh masuk. Tunggulah di luar, biar kami yang menanganinya." ucap suster perempuan pada pria itu.

Pria itu menghembuskan napas kasar. "Baiklah. Tolong selamatkan mereka, sus." ucapnya.

"Pasti, tuan." suster itu tersenyum dan menutup pintu UGD.

Dengan langkah gontai, pria itu duduk di bangkunya. Wajah tampannya terlihat lelah, rambut coklatnya berantakan. Melihat kondisi kedua adiknya yang menyedihkan ketika dia baru saja pulang ke rumah, membuat hidupnya bagaikan di sambar petir. Dia sangat menyayangi kedua adik kembarnya itu, lebih dari apapun.

Pria itu adalah Raka Mikhailova, putra pertama dari Keluarga konglomerat Mikhailova. Dia adalah kakak kandung dari Mi Lover dan Lily, mereka adalah tiga bersaudara.

Raka memandang ke depan, tatapannya menerawang. Mata hijaunya berkilat menyeramkan. "Akan ku temukan mereka yang menyakiti kalian." geramnya, mengepalkan tangan. "Adik-adikku... kakak akan membalas semua yang mereka lakukan pada kalian. Mereka yang menyakiti kalian akan ku hancurkan sampai berkeping-keping. Ini janjiku..." Ini adalah sumpah dari Raka Mikhailova.

Suatu saat nanti, janji itu pasti akan terjadi. Raka sendiri yang memastikannya.

Sementara di sisi lain....

"Ah, tunggu dulu!" gumam Irene, mendadak berhenti--merasa kehilangan sesuatu. "Dimana antingku?" Irene memegang sebelah telinganya. Kosong. Satu anting berliannya hilang.

Irene langsung membalikkan tubuhnya. Dia mengedarkan pandangan, mencari-cari antingnya. Irene berjalan perlahan dengan kepala memandang ke bawah, menatap satu persatu lantai untuk mencari perhiasan mahal itu. Gawat! Jangan sampai hilang!

"Apa nona mencari anting ini?" tanya seorang pria yang berdiri di depan Irene, membuat Irene terkejut.

Irene sontak menegakkan kepalanya, menatap lurus ke depan. Dia melihat seorang pria berambut cokelat dengan jas hitamnya berdiri didepannya sembari memegang anting yang tengah ia cari. Pria itu menatap Irene dengan senyuman di wajahnya.

"Terimakasih, sir." ucap Irene sopan sembari menerima anting itu ketika pria asing ini memberikannya padanya.

"Namaku Raka." kata pria itu.

Irene terperangah. Tidak menduga jika pria itu mendadak memberitahu namanya. Irene hanya menjawabnya dengan senyuman kaku. "Baik. Terimakasih, Mr. Raka." ucap Irene.

Raka balas tersenyum, matanya menatap Irene dengan sorot tertarik. "Siapa namamu, nona?"

"Aku?" Irene tersenyum lagi, kaku sekali. "Namaku Irene." jawabnya.

"Nama yang cantik... seperti orangnya." gumam Raka, mata hijaunya sama sekali tidak meninggalkan Irene.

Mendengar pujian itu, membuat Irene hanya bisa menampilkan senyumnya--meski dia tahu ini tidak benar. Uh! Sama sekali tidak benar.

"Kalau begitu aku permisi." ucap Irene sebelum memasang kembali anting berliannya itu.

"Hati-hati, nona..." ucap Raka, yang hanya di balas anggukan dari Irene.

Irene berbalik dan berjalan menuju mobilnya, beberapa bodyguard ternyata sudah berdiri di belakangnya--mengawasinya. Irene bahkan meringis kecil ketika melihat tatapan tajam mereka yang tertuju pada Raka. Well, hal ini bukanlah hal biasa lagi. Irene mengerti.

Lalu disana, Raka tampak masih diam di tempatnya. Well, pertemuan yang menarik. Ketika Raka melihat wajah wanita itu, matanya langsung bertemu dengan sepasang bola mata berwarna coklat keemasan, tampak indah--melebihi kilaunya cahaya. Hidungnya begitu mungil, sedangkan bibirnya seperti buah ceri--menggodanya untuk mengecupnya. Astaga! Fantasi liar Raka langsung on begitu saja. Irene benar-benar luar biasa. Raka memandangi Irene dari belakang, mata hijaunya menilai tubuh Irene; dari rambutnya, pundaknya, punggungnya, pinggang rampingnya... sampai kaki jenjangnya--sempurna, semua yang ada pada wanita itu memang begitu indah--menggodanya, membuatnya tertarik. Raka tidak pernah melihat wanita secantik ini sebelumnya.

Kali ini wajah Raka di penuhi senyuman--ralat! Tepatnya sebuah seringai. Detik ini, Raka menginginkan wanita itu.

Raka menginginkan Irene.

To be continued.

JANGAN LUPA LIKE+KOMEN+VOTE YANG BANYAK BIAR INA UP NYA CEPET!

Oh, iya klo ada yg mau nanya-nanya soal kelanjutan cerita Diego & Irene, boleh kok DM Ina!

Nih, Ig gue : @nainaarc

Di follow ya wkkwkw 🤣

Go follow Instagram mereka :

@diego.alvaro01

@bae.irene01

@nainaarc (akun author tercantik HAHA)

Disana banyak spoiler gais! Pantengin aja klo gak sabar nunggu updatenya wkwk😆

See you soon!

Sayang kalian!

With♥️Ina.