Chereads / Diego & Irene / Chapter 10 - Chapter 10 : Malam Tak Terlupakan

Chapter 10 - Chapter 10 : Malam Tak Terlupakan

Irene meronta sekuat tenaga, mencoba melepaskan diri dari iblis berwujud manusia yang kini mendekapnya dengan erat. Jackson tidak membiarkannya, ia semakin erat menggenggam erat tubuh ringan itu tanpa ampun. Hingga tidak ada lagi pergerakkan dari gadis itu, Jackson melepaskan jambakan kasarnya.

Dan sekali melepaskan, tubuh kecil itu terbentur kuat hingga membentur sisi ranjang. Irene kembali meringis, Jackson tidak puas-puasnya menyiksa dirinya.

Jackson menyeringai jahat. Mendekat kembali pada gadis yang belum juga bangun dari hempasan kuatnya tadi. Jemarinya mendongakkan wajah Irene dengan sedikit kasar. Pandangan yang teramat tajam bertubrukan langsung dengan mata sayu itu, mereka saling memandang cukup lama.

"Seandainya kau tidak mengatakan hal yang membuatku marah, nasibmu tidak akan seburuk ini Irene." bisik Jackson lirih.

Ucapan Jackson terdengar serius. Dia bahkan tidak menunjukkan ekspresi kejamnya itu. Sejenak Irene bisa melihat kilatan penuh nafsu dibalik tatapan menusuk yang diberikan Jackson.

Irene terpana. Tapi beberapa saat kemudian Jackson kembali menyiksanya. Dia menekan rahang Irene dengan kuat seolah ingin menghancurkannya.

Irene kembali pasrah, matanya kembali berkaca-kaca seperti memohon pada Jackson agar melepaskan wajahnya yang terasa ngilu bukan main. Jemari lemahnya meraih tangan Jackson, menekannya agar menjauhi wajahnya.

"Sa-sakitt..." ringis Irene. Suaranya terdengar lemah.

Devil itupun menyeriangi lagi, ada kepuasan didalam hatinya ketika melihat Irene yang tidak berdaya karena perbuatannya.

Tidak ada belas kasihan yang tersirat, justru Jackson malah mendekati wajahnya dan mencium bibir Irene yang selalu saja berhasil menggoda birahinya. Tidak ada kelembutan diciuman itu, hanya ada kekasaran, tekanan, dan hawa nafsu didalamnya. Tapi Jackson tidak peduli, dia mempermainkan bibir Irene dan terus menikmatinya seakan-akan tidak ada yang terjadi pada gadis malang itu. Dia juga tidak peduli, ketika lawan mainnya meneteskan air mata karena menahan sakit.

Senyum kemenangan bak iblis menghiasi bibir merah Jackson. Pria itu melepaskan cengkraman tangannya di rahang Irene yang telah terluka -darah mengalir dari rahang Irene hingga jatuh ke lehernya. Jackson tersenyum senang, lalu menyapukan bibirnya dileher Irene, seolah-olah menghapus bekas luka itu.

Lalu diusapnya dengan lembut dagu Irene yang terus mengeluarkan darah akibat cengkraman dari kuku tangannya.

"Kau sangat cantik jika berdarah seperti ini." ucap Jackson pelan sembari menatap mata sayu milik Irene yang mulai kehilangan kesadarannya.

Jangankan wajah Irene yang berdarah seperti ini, saat wanita itu tengah marah pun Jackson selalu mengaguminya. Kecantikan diwajahnya, tubuhnya yang mungil, bibir berwarna pink, serta mata Irene yang indah hingga kulit putih nya yang mulus selalu menjadi dambaan Jackson. Seakan-akan Irene adalah fantasi terliar yang pernah Jackson bayangkan.

Dan pemandangan yang disuguhkan didepan matanya saat ini, wajah Irene yang memelas sangat menggodanya. Ia ingin mencicipinya lebih.

Mata Irene yang sempat terpejam kini perlahan membuka ketika tidak ada sentuhan diwajahnya. Dia melihat Jackson tersenyum padanya, lalu kilatan cahaya dimatanya... menggambarkan betapa dia sangat bergairah. Irene merinding takut. Tapi beberapa detik kemudian, rasa takutnya berubah. Dia justru terkejut, ketika tubuhnya yang masih lemah diangkat oleh Jackson lalu meletakkannya di atas ranjang.

Bukan Jackson namanya jika menyia-nyiakan posisi yang memudahkan keinginannya saat ini. Pria itu langsung menindih Irene dengan tidak sabaran. Irene menggeleng takut, air matanya sekali lagi menetes saat itu juga. Terlebih ketika rasa sakit dikaki dan kepalanya semakin menjadi-jadi karena luka di rahangnya. Irene berusaha keras untuk melawan rasa sakitnya.

Tubuh Irene bergetar, tapi bukan rasa takutnya itu, melainkan usapan dipahanya. Irene menahan napas sembari memperhatikan tangan nakal yang bermain di atas dipahanya.

"Ti-tidak, Jackson!" lirih Irene.

Jackson tersenyum sinis, "Jangan memerintahiku, Irene." balasnya tajam, "Karena aku akan melakukan semua yang kau larangkan padaku." bisiknya rendah.

Tangan Jackson yang bebas kini meraih bagian bawah gaun Irene.

Lalu...

Srek!

"Termasuk ini." Jackson merobek gaun Irene menjadi lebih pendek di bagian bawahnya.

Bajingan!!

Mata Irene memanas. Pakaiannya yang pendek kini bertambah pendek karena sobekan itu. Ujung kaki sampai pangkal pahanya kini terekspos bebas dihadapan pria itu, hanya menyisakan celana dalamnya. Dan kini Irene merasa malu. Dia ingin sekali melawan, tapi tubuhnya tidak berdaya. Tangannya sangat lemas untuk digerakkan.

Jackson tersenyum penuh arti melihat keterdiaman gadis itu. Ia menyukainya. Dan saat ini, kaki jenjang Irene begitu indah tanpa sehelai benang apapun.

"Kau tau? Tubuhmu yang halus saat ku sentuh membuatku ingin segera bercinta denganmu." Jackson mengusap paha Irene. Kehalusan dari kulit itu membuatnya harus menelan ludah susah payah.

"Keterlaluan, kau melecehiku!" gumam Irene pelan sambil meremas seprei hingga jemarinya memutih.

"Ha?"

Jackson mengernyit -lalu kembali menatap Irene ketika suara gadis itu terdengar. Apa katanya?

"Persetan dengan pelecehan! Yang penting kau harus diberi hukuman." balas Jackson tanpa merasa berdosa.

Irene membuang wajahnya muak. Tapi dia kembali menatap wajah tampan Jackson karena dua buah jari menjepit dagunya yang terluka. Sakit. Rasa perih itu kembali ia rasakan.

Dasar Setan! ingin sekali Irene meneriakinya didepan telinga lelaki itu.

"Semuanya takkan berhenti disini, Irene." bisiknya rendah, Jackson merundukkan kepalanya lalu mengendus leher Irene yang beraroma mawar.

Seketika Jackson memejamkan matanya, menikmati harumnya tubuh Irene.

Irene meremang, bulu halus yang tumbuh di rahang Jackson menyentuh bagian kulitnya yang sensitif.

"Jangan lakukan itu padaku, Jackson. Kau akan menyesal." peringat Irene dengan pelan dan tatapan takut.

Jackson bergeming. Dia mulai menguasai tubuh Irene. Dan seketika itu harapan Irene untuk terbebas semakin menipis. Pertahanan Irene berhenti ketika tidak ada lagi tenaga ditubuhnya. Irene hanya bisa pasrah ketika Jackson mencumbunya. Menyambar pinggulnya dengan kasar. Lalu menyatukan tubuh mereka tanpa kelembutan yang Irene rasakan. Ini menyakitkan...

"Akan ku buat kau tidak bisa melupakannya seumur hidupmu. Hanya ada aku." gumam Jackson disela-sela hujamannya.

Malam itu... adalah malam yang dipenuhi oleh air mata. Tangis kesakitan. Kepasrahan. Ketidakberdayaan. Dan hawa nafsu. Sekaligus menjadi malam yang tidak akan pernah Irene lupakan.

*****

Tubuh ringkih yang berada dibalik selimut itu tengah tertidur dengan menyisakan air mata di sudut matanya. Malam itu... malam yang menyisakan rasa sakit di ulu hati Irene. Mata Irene terpejam namun menitikkan air mata. Kesedihan yang mendalam membuat Irene menjadi seperti ini.

Lelaki bertubuh kekar disampingnya masih belum melepaskan pelukannya ditubuh Irene. Kedua insan itu masih terlelap. Satunya puas dan satunya lagi menderita.

Tapi setelah beberapa menit kemudian terdengar suara dobrakan pintu membuat Jackson kaget bukan kepalang.

BRAK!

Jackson buru-buru bangun dan duduk di atas ranjang. Matanya membulat sempurna ketika melihat siapa orang yang berani menghancurkan pintu mahalnya.

"Di-diego?"

Diego berdiri tepat didepan matanya. Tatapan matanya menyala penuh amarah. Seperti iblis yang siap membunuh musuhnya. Wajah tampannya mengeras mengerikan. Diego menggeram dengan tangan yang mengepal keras hingga buku jarinya memutih.

"Sialan kau, Jackson! SIALAN KAU!!"

To be continued.