Chereads / Diego & Irene / Chapter 13 - Chapter 13 : Makan Malam

Chapter 13 - Chapter 13 : Makan Malam

"Diego? Ta-tangan mu?" Irene memandang nanar tangan Diego yang berlumuran darah. Lelaki itu baru saja masuk ke mobil lalu duduk di bangku kemudi.

Tapi.. tunggu dulu!

Kenapa ada pisau ditangannya?

Irene memejamkan matanya sejenak. Membukanya kembali lalu menatap Diego. "Kau... menghabisi Josh?"

"Tentu saja, aku harus membunuhnya." gumam Diego santai sembari menatap Irene. "Itu yang kau mau 'kan, Irene?" tanya Diego serak, lalu mendekatkan tubuhnya pada Irene.

Irene mengerutkan hidungnya kesal. "Aku hanya takut!" erangnya sembari menonjok dada Diego.

"Seharusnya kau beri peringatan padanya, bukan membunuhnya!"

Diego menaikkan satu aslinya, wajahnya yang tampan terlihat tidak terima. "Jadi, kau menyalahkan ku?"

"Tentu saja, itu salah mu!" kesal Irene sambil memukul dada Diego lagi.

Diego berdecak lalu menangkap tangan Irene yang memukulnya, membuat gadis itu berhenti. "Kau jangan gila, hentikan!"

"Tidak! Kau menye-"

Diego terkekeh. Irene memelototinya kemudian langsung memukulnya. Dia mencebik kesal. "Kebiasaan!" gerutu Irene lalu mengelap bibirnya yang dicium Diego.

Irene membuang wajahnya dan menatap jendela melihat pemandangan luar, mengabaikan pria disampingnya yang kini tengah membersihkan pisau dengan tisu.

Setelah noda darah itu hilang, Diego memasukkan pisaunya kedalam jaket. Dia memasang sabuk pengaman lalu mulai mengendarai mobilnya meninggalkan Klub. Sekilas, dia melirik pada Irene. "Kencanlah dengan ku."

"Eh?" Irene terkejut. Dia menoleh lalu mendelik pada pria yang duduk disamping nya. "Gak ma-u!"

"Kenapa gak mau?"

"Kamu bau."

"Hah? Padahal aku wangi."

"Kamu itu bau darah! Aku gak suka!" Irene membalikkan badannya menghadap jendela.

"Yaudah. Aku balikin kamu ke klub lagi." gumam Diego santai.

Sontak, Irene melebarkan kedua matanya. "Jangan!"

"Baiklah." Diego menahan tawanya. "Kalau begitu, ayo kita kencan." ucap Diego dengan nada suara beratnya. Dia tersenyum lebar, tampak geli dengan perubahan wajah Irene yang panik.

"Umh, oke." terima Irene akhirnya. Dia langsung menghempaskan kepalanya ke jok depan, menghembuskan napas kasar sambil menenggelamkan wajahnya. Tidak mau melihat Diego yang tersenyum miring.

Ck, menyebalkan! benak Irene kesal. Dasar Diego. Sekalinya bicara langsung mengancam. Rasanya, ingin sekali dia mencakar wajah Diego yang angkuh itu.

"Mau makan apa?" Tanya Diego tiba-tiba. Masih tersenyum.

Irene menengok. Tapi dia langsung buang muka lagi begitu melihat wajah Diego yang masih sama. Dia... menyebalkan!

"Nasi goreng." jawab Irene asal.

"What? Na-si go-reng? Apa maksudmu?" Tanya Diego lagi.

Irene menepuk dahinya. Aih, Irene lupa! Saat ini dia tinggal di New York, bukan Indonesia! Kenapa dia bicara bahasa itu pada Diego?

"Mm... fried rice. Aku mau itu."

Diego mencubit pipi Irene. "Oke."

Merasa jijik, Irene mengelap pipinya dengan usapan kasar. Terang-terangan! Persetan dengan Diego.

Sementara lelaki itu malah tertawa. Dia geleng-geleng kepala sambil menatap Irene geli. "Dasar manis."

***

Caffe Dante. Manhattan, New York - USA | Pukul 07:30 PM

"Fried rice, New York Cheesecake and two Americano coffee." Seorang pelayan berusia belasan tahun tersenyum, menaruh pesanan Diego dan Irene di atas meja.

Irene balas tersenyum. "Terimakasih." jawabnya. Sedangkan Diego hanya menatap pelayan itu datar dengan bibir yang tersenyum tipis. Irene mengira pelayan itu akan segera pergi. Tapi ternyata pelayan itu masih berdiri disamping Irene -memegang nampannya, menatapnya ragu.

"Apakah anda orang baru disini?"

Irene menoleh. "Huh?"

"Ah, Iya... wajahmu sangat berbeda dengan orang-orang disini nona." ucap pelayan itu sopan, dia memerhatikan wajah Irene dengan lekat. "Kau pasti orang Asia." lanjutnya ramah.

Irene tersenyum lagi. "Iya, aku memang dari Asia." jawabnya.

"Ah, aku iri sekali..." gumam pelayan itu dengan pelan, dia masih disana -belum beranjak pergi apalagi melepaskan matanya dari Irene. "Wajahmu cantik sekali, seperti artis Korea saja."

Alis Irene berkerut. "Artis?"

"Maaf, sepertinya aku terlalu banyak bicara." Ralat pelayan itu cepat, dia tersenyum kikuk. "Kalau begitu, aku permisi nona... tuan..." pamitnya, tersenyum lalu berjalan cepat dan menghilang setelah memasuki bilik.

Irene menatap kepergian pelayan itu dengan sorot guyon. Aneh sekali. Masa pelayan itu mengatainya mirip artis korea? Memangnya ada apa dengan wajahnya ini? Uh... Apa jangan-jangan wajahnya memang sangat mirip dengan arti Korea itu? Irene geleng-geleng kepala. Memikirkannya membuat Irene tersenyum sendiri.

Diego berdehem. Irene langsung menoleh, menatapnya bingung -senyumnya pudar. Mata mereka saling menumbuk.

"Kau mengabaikan ku." ucap Diego dengan nada suara beratnya. Dia meraih gelas kopi lalu meminumnya.

Irene mengernyit. Mengedikkan bahu lalu meraih nasi goreng yang terlihat lezat -tidak peduli dengan Diego.

Irene menikmati makanannya dengan khidmat. Diego memerhatikannya, bibirnya mengulas senyum tipis. Tapi tak lama dari itu, tiba-tiba Diego mengambil sesuap nasi goreng lalu dia masukkan kedalam mulutnya.

Irene melotot. "Itu jatahku!" protesnya tidak terima. Matanya menyorot Diego tidak suka dengan pipi yang menyembul dipenuhi nasi.

Diego nyengir. "Tapi aku yang bayar. Terserah dong." katanya membela diri.

Irene mengunyah nasinya dengan cepat, sementara matanya menatap Diego. Gadis itu tidak bicara, tapi wajahnya tampak sekali tengah menahan kesal.

Diego menopang dagu sambil menatap lurus gadis didepannya. Dia yang melihatnya jadi gemas sendiri. Lantas dia mencubit pipi Irene.

"Awh!" ringis Irene. Dia langsung menepis tangan Diego. "Sakit tau!"

Diego nyengir lagi. "Irene marah-marah aja ih, heran." omelnya.

"Salah kamu sendiri, suruh siapa bikin aku kesel."

"Kan bercanda."

"Diam."

"Tuhkan, kamu marah lagi. Kan cuma-"

"DIAM!" bentak Irene akhirnya. Diego tampak terkejut, dia mengedipkan matanya beberapa kali -tidak menyangka reaksi Irene akan seperti ini.

Irene melanjutkan makannya. Dia melirik Diego lewat ekor mata. Geli, dia berusaha untuk tidak tersenyum melihat wajah Diego yang berubah pucat.

"Cheesecake nya gak dimakan?" sahut Irene tiba-tiba. Dia menggeser piring nasi goreng yang sudah dia habiskan, kosong, tak tersisa.

Diego menatapnya lagi, kali ini wajahnya sudah biasa seperti semula. Datar. "Kalau kau mau, ambil saja." ucapnya dingin.

Bibir Irene mengukir senyuman lebar. Dia terlihat antusias. Tanpa ragu dia langsung mengambil cheesecake milik Diego dan memakannya.

Diego hanya diam. Sesekali matanya menatap ke arah lain, melihat ke sekeliling.

"Ngomong-ngomong Irene." ujar Diego. Irene langsung mendongak menatapnya. Diego balas menyorot Irene, dia tersenyum miring. "Bagaimana setelah ini kita pergi ke tempat lain." ucapnya.

Irene menelan kuenya. Keningnya berkerut bingung. "Kemana?" tanyanya lagi lalu kembali memasukan kue kedalam mulutnya. Lumayan, rasanya ternyata enak juga.

"Tempat dimana kita bisa bersenang-senang." Diego mengelus dagunya -sok berpikir. "Like... a club?"

Uhuk! Uhuk!

Irene tersedak. Matanya berair. Buru-buru Irene meminum kopinya.

"Kau sudah gila?" sambar Irene. Suaranya naik satu oktaf.

Diego malah terkekeh sambil geleng-geleng kepala. "Kan, aku ganteng. Bagaimana bisa kau mengataiku gila?" Dia tertawa.

Irene mendengus. Diego ternyata lebih menyebalkan daripada perkiraannya. Tapi yasudah, selama dia masih ingat bahwa lelaki 'absurd' didepannya ini adalah penolongnya, dia akan menahan tangannya untuk tidak segera menggampar wajah Diego.

"Kalau tidak mau di klub... lebih baik kita-"

"Lebih baik kita mencari tempat tinggal untukku. Udah malem. Aku ngantuk!" potong Irene cepat. Diego menggerutu. "Oke?" tanya Irene -meminta jawaban.

Diego berpikir sejenak lalu mengangguk. "Oke, tapi kita gak usah nyari tempat."

"Ha?" Irene membeo. "Terus aku tinggal dimana?" tanyanya lagi.

Diego menangkup pipinya. Dia tersenyum samar. "Selamanya. Kamu tinggal di rumahku."

To be continued.

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN YAA

Dukung aku dengan cara ini, Oke?😉