Chereads / Diego & Irene / Chapter 16 - Chapter 16 : Izinkan Aku Menghapus Bekasnya, Can I?

Chapter 16 - Chapter 16 : Izinkan Aku Menghapus Bekasnya, Can I?

"It's alright, baby. I'm here." bisik Diego sembari mengeratkan pelukannya pada Irene.

Irene sendiri langsung menurut. Dia menenggelamkan kepalanya di dada Diego yang membuat Diego menyadari jika tubuh Irene masih menggigil.

"No! Stop crying Irene... please." bisik Diego sekali lagi. Dia mengelus punggung Irene dan mencium pelipisnya dengan sayang. Mencoba menenangkannya. Terlebih ketika Diego menyadari Irene terus saja mengeluarkan keringat dinginnya.

God.... Benak Diego benar-benar serasa seperti diremas melihat ini.

"Diego... aku sangat takut... dia-" Irene terisak dan suara isakan lirih dari bibir merahnya cukup menyakitkan ditelinga Diego. Oh shit! gadis ini benar-benar ketakutan. Jackson benar-benar keparat! Dasar bajingan laknat!

Diego berkali-kali merutuki lelaki itu dengan makian-makian pedas, walau si keparat itu sudah mati tapi tangan Diego masih belum puas menyiksanya, tidak ada yang lebih dia inginkan selain memberikan siksaan paling berat yang belum pernah dirasakan siapapun di dunia ini. Namun dibandingkan itu semua, hal yang paling dia harapkan adalah... dia ingin melihat Irene tertawa bahagia. Dia benci melihat air mata yang sejauh ini selalu keluar dari sudut matanya.

"Tenanglah, Irene... kau harus tidur, lupakan semuanya. Aku berjanji, mulai saat ini semuanya akan baik-baik saja. Aku tidak akan pernah membiarkan siapapun menyakitimu lagi. Tidak akan pernah." janji Diego.

Mata Diego sendiri sudah berkilat menyeramkan, sementara pikirannya dipenuhi banyak hal. Termasuk merebut klub milik keluarga Jacskon. Arwah kematian Jacksom pasti tidak akan tenang di alam sana. Dan itu masih belum cukup untuk balas dendam Diego.

"Dia menciumku... dia-"

"Ssttt... Lupakan semuanya, Irene. Kau akan baik-baik saja. Aku disini." bisik Diego sembari mengelus punggung Irene lagi, berusaha membuat gadis itu nyaman.

Tapi justru tangisan Irene makin keras dan menjadi-jadi. Gadis itu menggeleng dalam pelukannya.

"Aku benar-benar jijik. Aku sudah berkali-kali memukulnya, tapi aku gagal. Aku tidak bisa-Aku-"

Diego memejamkan matanya dengan kuat. Dia benar-benar ingin meledak. Tapi Diego tahu dia harus tenang, karena Irene membutuhkannya. Maka dari itu dia semakin memeluk Irene dengan erat.

"Aku kotor, Diego... Kau pasti jijik padaku. Kau akan membenciku...."

"Ssttt... Kau tidak kotor. Kenapa aku harus membencimu? Itu bukan salahmu." bisikan Diego membuat getaran di tubuh Irene tidak sehebat tadi.

"Aku takut padanya, Digeo.... Aku benar-benar jijik, tubuh ini... tubuh ini... membuatku jijik..." gumam Irene.

Kini Irene kembali menangis yang membuat Diego tidak mampu berkata-kata lagi.

Diego tahu, dia sangat mengetahui seberapa besar takutnya Irene. Tubuh yang gemetar dan menggigil ini tidak menipu. Ketakutannya... kebenciannya... rasa frustasinya... dan apa yang terjadi sekarang, Diego merasa dia ikut merasakan itu semua.

"Aku membencinya, Diego...."

Aku juga, bahkan rasa benciku jauh-jauh lebih besar mengetahui dia melakukan ini padamu, Irene. Batin Diego dalam hati.

Wajah Diego menjadi gelap, tatapan dari matanya birunya begitu tajam. Sementara mulutnya masih terkunci rapat. Mungkin karena kemarahan Diego yang membuncah membuat dia tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Dia terus mengelus punggung Irene sembari berusaha menenangkan dirinya sendiri.

"Dia melakukan itu padaku, Diego.... dia menciumku dimana-mana, kau pasti akan jijik melihat-"

Kecupan Diego dikeningnya membuat kalimat Irene terhenti. Tapi kemudian tangisnya pecah ketika dia mengucapkan kalimatnya lagi. "Aku kotor, Diego. Kau pasti membenciku...."

Diego mulai geram.

Si bajingan itu benar-benar keparat! Diego kembali menggertakkan giginya.

"Tidak ada yang boleh menyentuhmu, Irene. Tidak boleh." bisik Diego dengan suara yang menyerupai geraman dan ancaman.

"Diego...." lirih Irene yang membenamkan kepalanya dalam-dalam di dada Diego. Menyembunyikan isak tangisnya dipelukan pria itu, namun dia tidak bisa, ini terlalu menyakitkan...

"Dia menciumku, Diego! Dia-"

"Katakan padaku, dimana dia mencium mu, Irene?" geram Diego sembari menatap Irene lekat. Tangannya sudah tidak memeluk Irene lagi, tapi jemarinya bergerak memegang wajahnya.

Mata biru Diego lantas menatap Irene lekat, membuat Irene tidak bisa melakukan hal lain selain menatap Diego dengan mata coklatnya yang bersimbah air mata.

"Apa dia mencium mu disini?" tanya Diego sembari membelai bibir Irene dengan ibu jarinya.

Irene menutup matanya. Dia lalu mengangguk cepat tanpa memedulikan air matanya yang terus jatuh membasahi pipi. Tapi beberapa detik kemudian Irene langsung membuka matanya. Oh Tuhan.... Dia benar-benar terkejut mendapati bibir Diego yang sudah mendarat dibibirnya.

Diego mengecup ujung bibirnya, sebelum bergerak melumatnya dengan pelan.

"Apa dia mencium mu disini?" Kali ini Diego mendaratkan bibirnya di leher Irene.

Pertanyaan Diego membuat Irene kembali memejamkan mata dan mengangguk mengiyakan. Yang menciumnya adalah Diego, bukan Jackson. Dia tidak boleh takut! Hanya Diego yang dia inginkan.

"Izinkan aku menghapus bekasnya, can I?" bisik Diego tepat didekat telinganya.

To be continued.