Chereads / Diego & Irene / Chapter 12 - Chapter 12 : Bunuh Dia!

Chapter 12 - Chapter 12 : Bunuh Dia!

"Aku menyaksikan Jackson menyeret Irene dengan menarik rambutnya. Wanita itu benar-benar kesakitan, tuan muda."

Ah, tapi sayangnya perkataan Martin yang terngiang dikepala Diego berhasil membuat dia membatalkan keinginannya untuk berhenti bermain.

"Akhh!" Jackson memekik karena serangan tiba-tiba dari Diego. Ia meronta dan berusaha melepaskan diri namun tangan pria itu jauh lebih kuat darinya. Udara di paru-parunya kian menipis. Aliran darah yang terhenti sementara karena cengkraman dilehernya begitu kuat.

"Haruskah ku patahkan lehermu ini?" Diego tersenyum jahat.

Jackson menggeleng cepat. Wajahnya memerah padam dengan urat-urat dikepalanya yang menonjol.

"Akh.. a... aku-" suara Jackson kian melemah seiring lehernya yang terasa mau putus.

"Aku tidak bisa mendengar suaramu, Jackson." Diego mendesis seraya menekan semakin keras leher Jackson hingga suara patah terdengar jelas.

Diego melepaskan cengkeramannya lalu jeritan keras Jackson memenuhi ruangan. Lelaki itu mengatupkan bibirnya, memandang hina pada Jackson yang saat ini telentang tak berdaya sambil memegangi lehernya yang barusan dia patahkan.

"Kau pantas mati, Jackson." Diego maju selangkah. Lalu berhenti sejenak untuk mengambil sesuatu dibalik saku celananya. Sebuah pistol.

Tubuh Jackson mematung.

Diego menempelkan pistol itu ke pelipis Jackson lalu menunduk. Dia berbisik kejam, "Apa ada pesan terakhir?" dia mengulas senyum.

Jantung Jackson berdegup kencang. Melirik pistol yang tak lama lagi akan mencabut nyawanya lalu menatap horor pada Diego yang begitu tenang. Dia menelan ludah.

"Keparat!" maki Jackson, "Hanya karena aku meniduri salah satu jalangku, kau mau membunuhku? Kegilaan macam apa ini?!"

"Cih!" Diego muak, berurusan dengan orang bego ternyata merepotkan. "Kau sebut dia jalang, tapi ternyata dia korban penculikan."

"Aku membelinya!"

"Hanya itu pesanmu?" Diego membuang muka, lalu menarik pelatuk. Tersenyum miring. "Semoga betah di neraka."

DORR!

Seketika darah merembes keluar deras dikepala Jackson yang berlubang. Matanya melotot dengan mulut yang terbuka.

Irene terkejut -langsung menutup mata, tapi mendengar seseorang memanggilnya membuat ia membuka matanya kembali.

"Irene..." panggil Diego sambil berjalan menghampiri Irene secara perlahan, lalu duduk disamping gadis itu. Ketika dia hendak menyentuh lengannya, Irene tiba-tiba meronta dan memukulnya.

"Tidak! Jangan sentuh aku! Hikss!!" Irene menangis dengan tubuhnya yang gemetar. Dia buru-buru merapatkan tubuhnya ke dinding kasur sambil memeluk dadanya. Dia takut saat lelaki itu mendekatinya, apalagi tadi dia melihat dengan mata kepalanya sendiri Diego membunuh Jackson tanpa balas kasihan. Diego benar-benar menakutkan.

"Tenanglah, Irene." Diego menangkan Irene yang masih meronta ketika dia berusaha menyentuh lengannya. Sambil menahan pukulan di dadanya, Diego mengangkat tubuh Irene lalu membawanya ke pangkuan.

"Hiks.. ka-kau pembunuh!" lirih Irene dengan tangis tergugunya. Dia mendorong dadanya begitu Diego mendekatkan wajahnya.

"Sstt.. tenanglah, sayang. Aku tidak akan menyakitimu." Diego memeluk tubuh Irene yang gemetar, mengusap hangat punggungnya, lalu menciumi puncak kepalanya dengan lamat untuk mengurangi rasa takutnya.

Suara dan perlakuan hangat Diego membuat Irene tidak lagi melawannya. Gadis itu menangis keras sambil memeluk leher Diego.

"HIKS!" Pelukan hangat dari Diego membuat Irene menumpahkan segala rasa sakitnya.

Diego tau. Ini pertama kalinya dia melakukan siaran langsung didepan seorang gadis. Biasanya, saat melenyapkan seseorang, dia akan mencari tempat yang gelap dan tertutup. Dan sekarang, Diego mengerti alasan ketakutan Irene.

"Kau jangan takut, ada aku yang akan selalu di sisimu." bisik Diego serak. Dia mengelus rambut Irene lalu mencium pundak gadis itu.

Irene melepaskan pelukannya. Tangannya terangkat lalu membelai wajah Diego. Mata Diego terpejam. "Tapi... bagaimana jika-"

Cup

"Ihh, Diego!" pekik Irene tidak terima -matanya melototi Diego. Lelaki itu mencium bibirnya dengan cepat. Sekilas.

Diego menyunggingkan senyum. "Kau menyukainya?"

"Tidak! Sama sekali tidak!" Irene membuang wajahnya yang memerah seperti tomat.

Tapi, tarikan di dagunya membuat Irene kembali beradu tatap dengan pemilik mata biru itu. Mata mereka saling menumbuk.

"Kau mau tetap seperti ini? Bertelanjang didepan ku? Hm?" Tanya Diego sambil menatap Irene polos.

Napas Irene mendadak berhenti. Buru-buru dia melihat kebawah. Meringis. Tubuhnya masih tidak memakai apa-apa.

"Ish, menyebalkan!" rutuk Irene sambil menarik selimutnya.

Tawa Diego langsung meledak. Dia tertawa renyah hingga matanya berair.

Irene terpana. Melihat Diego yang tertawa lepas seperti ini. Lelaki ini datang seperti iblis, lalu berubah menjadi malaikat tampan yang tertawa lepas tanpa beban walau ada satu mayat yang terkapar tak berdaya dibawahnya. Irene melirik Jackson ngeri begitu menyadari bau anyir yang telah memenuhi ruangan.

"Ck, menyusahkan sekali." Diego berhenti tertawa lalu berganti dengan tatapan sinis nya. Dia tidak sengaja melihat wajah lelaki bajingan itu. Dia mendelik, "Ayo kita pergi."

Lalu tanpa pikir panjang dia menyelipkan tangannya dipunggung Irene dan mengangkatnya.

"Akhh!" Irene memekik. Cukup terkejut karena tiba-tiba Diego menggendongnya. Refleks, Irene memeluk leher Diego sambil terus mencengkram kuat selimut tebalnya. Menjaga-jaga agar tidak lolos dari tubuhnya.

Diego tersenyum tipis. Wajah Irene yang begitu gugup saat ini benar-benar membuatnya gemas.

"Jangan khawatir. Aku akan memberimu waktu untuk mandi." ucap Diego sambil memandang lurus ke depan.

Irene mengangguk.

"Lalu setelah itu kita akan pergi sejauh mungkin."

****

"Kau mau membawaku kemana?" Irene berhenti. Mendongak menatap Diego yang menggenggam tangannya. Setelah mandi dan berganti pakaian, lelaki itu tak pernah pergi meninggalkannya seorang diri.

Diego menengok, menatap Irene datar. Lalu melepaskan tangannya, "Kalau kau tidak mau ikut juga tidak apa."

"Eh?!" Irene terpengarah. Dia menggeleng cepat, "Tidak! A-aku ikut!" gadis itu memeluk lengan Diego dengan erat. Mengabaikan tatapan tajam dari beberapa anak buah Jackson yang berjalan melewatinya.

Diego melanjutkan langkahnya. Begitu tenang dengan sorot matanya yang dingin. Dia tidak merasa terganggu walau Irene menempel pada tubuhnya, gadis itu menyembunyikan wajahnya karena takut.

"Tu-tunggu dulu!" pinta Irene. Langkah Diego terhenti, laki-laki itu mengernyit. Menatap Irene bingung. "Kenapa?"

"Apa mereka semua tidak tau kalau kau telah membunuh Jackson?" ucap Irene pelan setelah memeriksa ke sekelilingnya.

"Aku tidak peduli." ucap Diego tenang seolah dia belum melakukan apa-apa. Tapi jika membunuh lawan disarangnya sendiri, bukankah itu bahaya? Irene takut jika Diego sampai dikeroyok lalu mati mengenaskan. Dengan begitu, harapannya untuk bebas hanya akan menjadi angan-angan saja. Irene meringis sendiri.

"Kau takut jika kita mati disini?" tanya Diego dengan pandangan menelisik. Suaranya yang tajam dan tegas membuat Irene terintimidasi.

Irene menahan nafas. Buru-buru menggelengkan kepala karena wajah Diego benar-benar menyeramkan.

"Ti-tidak." sangkalnya cepat. Dia meraih lengan Diego lagi, lalu memeluknya erat. Irene mendongak, menatap Diego dengan wajah memelasnya. "Ayo kita pergi!"

"Hm."

Diego dan Irene hendak keluar dari Club ini, namun baru beberapa langkah tiba-tiba saja ada seseorang yang menghalangi jalannya.

"Bae Irene. Mau kemana kau?!" Seorang pria bertubuh besar berdiri tepat dihadapan Irene.

Diego mengangkat satu alisnya. Menatap sinis pria itu, lalu menarik Irene kebelakang tubuhnya. "Dia akan ikut denganku. Siapa kau?" Tanya Diego dengan tegas.

Pria berwajah oriental itu bersidekap dada. Berdecih pelan sambil menatap remeh pada Diego, lelaki itu membuang muka. "Kau jangan jadi pahlawan kesiangan, Mr. Alvaro."

"Lalu?" tanya Diego malas, dia begitu tenang namun berbanding terbalik dengan tatapan matanya yang menggelap.

"Aku ada urusan dengan gadis dibelakang mu itu." ucapnya sambil menunjuk Irene dengan dagunya.

Sedangkan Irene sendiri, dia menyembulkan kepalanya seperti seseorang yang sedang mengintip. Diego melirik kebelakang, melihat wajah Irene yang terlihat tidak nyaman dengan kehadiran orang itu.

"Waktuku hampir habis, jadi jangan halangi jalanku." ucap Diego dingin. Dia kembali melangkah, meninggalkan lelaki asing didepannya. Baru kali ini dia melihat pria itu disini, dan apa katanya tadi? Dia ada urusan dengan gadisnya? Heh, Irene begitu penakut untuk punya urusan dengan orang sepertinya.

Lelaki itu mencebik tidak suka, dia menatap Irene lewat ekor matanya. Baru sekali dia melihatnya, ternyata benar kata orang-orang. Wanita itu memang cantik, pantas saja kakaknya Jackson tergila-gila dengannya.

"Aku ingin bicara dengan Irene. Sebentar saja." teriak laki-laki itu.

Namun Diego malah mempercepat jalannya.

"Aku adiknya Jackson! Namaku Josh!"

Deg.

Jantung Irene berdebar. Pria itu mengatakan bahwa dia adiknya Jackson? Irene menelan ludah. Dia langsung berbalik dan menatap Josh tidak percaya.

"A-adik... jackson?" gumamnya pelan.

Irene menengok menatap Diego.

"Diego, bagaimana ini? Aku takut..." Irene meremas pergelangan tangan Diego.

"Kalau dia menyentuhmu. Aku akan membunuhnya." ucap Diego datar. Memandang lurus pada Josh.

To be continued.

Jangan lupa like dan komen ya beb😉