Chereads / Diego & Irene / Chapter 7 - Chapter 7 : Mainan Diego

Chapter 7 - Chapter 7 : Mainan Diego

Irene terkejut saat menyadari sosok pria tampan yang berdiri didepannya. Dia adalah..

"Di-diego..?"

"Bertemu denganmu lagi, cantik." Suara serak itu berhasil berhasil membuat otot-otot pada tubuh Irene menegang

Diego berjalan selangkah mendekatinya.

"J-jangan sentuh!" Irene memekik dengan suara cicit ketakutan.

Dengan berani, Diego menarik tubuhnya lalu memeluk erat pinggangnya. Tidak ada jarak diantara mereka.

"Sepertinya kau sedang menyambut kedatanganku, Irene." Bisik Diego sembari mendekatkan wajahnya, menatap kedua mata Irene yang indah.

Ialu Irene mendorong tubuh Diego dan berjalan mundur menjauhi pria itu yang saat ini tengah mengumbar seringai sinis diwajahnya.

Irene mundur dan mengambil ancang-ancang untuk kabur. Ia pun berbalik dan mulai menggerakkan kakinya untuk berlari.

Namun baru selangkah, Diego kembali menahan pergelangan tangan Irene. Menahan tangan ramping Irene yang bergetar, "Mau kabur kemana kau?"

"Tidak! Le-lepas!" Irene kembali dilanda rasa takut yang besar. Tubuhnya bergetar dan bulu kuduknya meremang.

Irene takut jika kejadian mengerikan malam itu akan terulang lagi.

Irene berusaha meminta bantuan namun tidak ada seorangpun yang ditemukannya.

"Tubuhmu sangat harum, Irene." Bisiknya begitu dekat ditelinga Irene. Menahan tangan gadis itu dengan membawanya kebelakang pinggang nya.

Irene memeluk Diego dengan paksaan.

Irene semakin ketakutan ketika saat-saat dimana ia berada didekat pria itu, begitu dekat hingga detakan jantung Diego yang terdengar jelas. Dada mereka saling menempel lalu dipadukan dengan nafas mint milik Diego yang menguasai Indra penciumannya.

"Aku tidak akan melepaskan mu, sekarang ikut aku, Irene." Diego menghentikan aksinya lalu berlanjut dengan menarik tangan gadis itu untuk mengikutinya.

"Jangan! Kumohon jangan bawa aku ketempat itu lagi.. kumohon jangan..." Irene segera berhenti dan membuat Diego menoleh padanya, ia menatap pria itu dengan manik mata yang berlinang.

Tak ayal melihat Irene yang ketakutan, membuat Diego mengusung senyum nya, memamerkan smriknya, "Tapi aku menginginkan mu malam ini, ayo kita masuk."

Irene menggelengkan kepalanya berkali-kali sebagai bentuk penolakan dan rasa takutnya, ia menangis dengan tergugu, "Hiks.. Ka-kau.. benar-benar.. hiks... kejam...!"

"Percuma kau bicara, itu tidak akan berpengaruh." Ketus Diego lalu dengan segera ia membawa Irene hingga gadis itu tidak dapat menolak.

Irene terus menerus meronta, berteriak minta tolong, memukul, menendang dan menggigit tangan yang mencengkeram erat pergelangan nya, namun usaha tidak berhasil.

Irene yang malang...

Diego menghentikan langkahnya saat kakinya menginjak lantai dasar dari Club itu, tepatnya didepan kasir. Ia memerintahkan pelayan untuk menyiapkan kamar khusus untuk ia dengan gadis-nya.

"Siapkan kamar VVIP dalam satu menit." Ucapnya dengan nada suara yang tegas dan dingin. Sementara tangannya masih setia menyeret Irene dibelakangnya.

"Baik tuan." Patuh sang pelayan sambil menekukkan lehernya takut.

"Hikss... hiks.." Irene terus menangis dan lama kelamaan tangisan itu semakin kencang.

Diego diam dengan wajah datarnya. Tidak perduli dengan tangisan Irene yang begitu nyaring.

"HIKS!"

"LEPASKAN AKU! APA KAU TULI HAH!" Irene berteriak penuh amarah, namun mengesankan rasa takut saat mendengarnya.

Diego tersinggung dengan ucapan Irene barusan. Apalagi dengan suara keras gadis itu membuat mereka menjadi pusat perhatian para pengunjung dengan rasa ingin tahu diwajah mereka. Ia berbalik, lalu menunduk menatap wajah Irene yang memerah. Ia memandang Irene tajam,

"Kau.. bisakah kau diam?!" Sentak Diego sambil memperkuat cengkraman ditangannya. Mata birunya menatapnya penuh peringatan.

Irene meringis, "S-sakit Diego..."

"Kalau begitu turuti perintahku." Tanpa adanya perasaan, Diego mengatakannya dengan dalam, dingin, hingga gadis itu menunduk ketakutan.

"I-iya." Irene mengangguk pelan dan menatap tangannya yang tak kunjung dilepas oleh Diego.

Setelah diberikan kunci, Diego segera membawa mainannya itu ke kamar. Namun baru beberapa langkah, ia berhenti saat seseorang memanggil namanya.

"Tunggu, Deigo!" Panggil Sean tiba-tiba.

Irene menoleh dan melihat Sean dengan beberapa pria lain dibelakangnya tengah tersenyum puas kearahnya. Melihat itu, membuat ketakutan nya bertambah.

Berbeda dengan pria disamping Irene. Diego tampak tenang memperhatikan mereka, masih dengan wajah datarnya.

"Serahkan gadis itu padaku." Sean mengatakannya pada Diego sembari menjulurkan tangannya yang terbuka.

"Kupikir kau tidak mau berurusan dengan ku, Mr. Sean." Gumam Diego pelan, tapi pandanganya seakan mematikan.

Sean mendadak takut mendapati tatapan mata Diego.

"Carilah wanita lain." Ucapan Deigo kali ini bagaikan sinyal bahaya bagi Sean. Sean terperanjat, menelan ludahnya susah payah. Tentunya akibat suara milik Diego yang begitu dalam, rendah, dan tajam. Hingga membuat Irene beserta pria-pria itu bergidik ngeri mendengarnya.

"Baiklah kalau begitu, silahkan." Bravo, hanya dengan sekali berucap, Sean langsung pergi sambil mendesah pelan.

Sean mengenal pria itu, Diego Alvaro. Ribuan pria pun mengetahui sosok akan Diego, dia lelaki berkharisma namun memiliki aura mengerikan disaat yang sama. Siapapun yang berani menentangnya, akan berakhir di alam kematian.

Irene menatap punggung Sean dengan terpana, akhirnya ia bisa terbebas dari makhluk bernama Sean itu.

"Bagaimana, Irene?" Suara yang begitu dekat membuat Irene menoleh.

"A-apa maksudmu?" tanya Irene tidak mengerti.

"Kau berhutang budi kepadaku karena aku membebaskanmu dari kejaran Sean si brengsek itu." Jelasnya dengan penuh penekanan disetiap kata.

"Sebagai gantinya, kau harus melayani ku." Lanjutnya lagi. Pria itu menunjukan seyum miringnya pada Irene, smirk yang menakutkan.

Nafas Irene tercekat kuat. Ia terdiam dengan wajah yang pucat pasi. Ini sama saja dengan masuk kedalam lubang yang sama.

Sungguh. Begitu malang nasibmu irene...

Setelah itu, Diego membawa Irene melewati lorong yang gelap. Begitu panjang hingga Irene merasa kelelahan, apalagi dengan tarikan ditangannya yang begitu memaksa.

Dan benar saja, Diego berhenti didepan sebuah pintu berwarna putih dengan name tag berlapis emas diatas pintu tersebut, 'VVIP ROOM'

"Masuk!" Diego mendorong Irene masuk kedalam ruangan besar itu.

Deigo melemparkan tubuh Irene ke atas ranjang dengan kasar. Lalu mengunci pintu dan menaruh kuncinya didalam saku.

Irene menangis tersedu-sedu sambil mengusap pergelangan tangannya yang telah memerah dan meniupnya berkali-kali karena rasa nyeri.

Diego menatap Irene yang hanya duduk diam di tempatnya.

Cantik -Gumamnya pelan, senyum kecil menghiasai wajah tampan Diego. Matanya yang tajam begitu lekat memandang kecantikan gadis itu. Dengan gaun hitam rendah miliknya, Irene begitu seksi. Pahanya yang mulus seputih susu, sangat menggoda Diego untuk segera menyentuhnya. Belum lagi dengan dada Irene yang membesar dari sebelumnya seakan memberikan nilai plus untuk Irene malam ini.

Diego terpaku melihat gadis cantik didepannya. Sesaat sebelum kesadarannya kembali, Diego segera melakukannya rencananya.

Meracik minuman.

Ia menyiapkan sebuah gelas berisi jus khusus untuk Irene

"Minum!" Gelas itu diberikan Deigo tepat didepan wajahnya.

"Nggak mau..!" Irene menggeleng sambil menjauhkan gelas itu.

Diego menghembuskan nafas berat, habislah kesabarannya, "Cepat minum!"

Namun Irene tetap tidak bergeming.

"Cepat. Minum." Diego berkata dengan bariton suara yang begitu dalam dan tekanan disetiap suku katanya. Matanya menghunus tajam tepat dimanik mata Irene.

Irene buru-buru memalingkan wajahnya karena takut. Deigo terlihat sangat marah dan kali ini ia dapat melihatnya.

Lalu dengan sedih, Irene menurut dan meminum jus buatan Diego.

Habis. Entah kehausan atau lapar, Irene langsung meminumnya hingga tak tersisa.

Diego tersenyum penuh kemenangan, ada arti lain dimatanya saat menatap Irene.

Irene tiba-tiba menegang dan merasakan panas disekujur tubuhnya.

Diego bergumam pelan, "Sebentar lagi kau akan jadi milikku, Irene."

Irene tidak tahu bahwa Diego sedikit menaruh mainannya kedalam minuman gadis itu.

Obat perangsang.

To be continued.