Chereads / Diego & Irene / Chapter 5 - Chapter 5 : My Heart is Dead

Chapter 5 - Chapter 5 : My Heart is Dead

Pagi telah tiba. Sinar matahari menyambut kesadaran Irene dari tidurnya. Gadis itu mengerjapkan matanya berkali-kali ketika menyesuaikannya cahaya yang masuk melalui retina nya. Ia memegangi kepalanya yang tiba-tiba saja terasa pening.

Saat Irene menggerakkan tubuhnya, tiba-tiba saja rasa sakit menjalar di area kewanitaannya.

"Akh..." Irene menahan rasa sakit yang berasal dari pangkal pahanya. Ia menekan kuat-kuat bagian bawah perutnya.

Irene terkejut. Tubuhnya yang telanjang masih saja dipeluk mesra oleh seorang pria tampan yang tidur disampingnya. Sebuah tangan kekar melingkar di pinggang dan juga punggungnya.

Pria itu telah mengambil keperawanan nya. Harta berharga yang selama ini ia jaga dan tiba-tiba saja direnggut paksa oleh pria yang ia ketahui bernama Diego.

*Irene kotor!! *-Batin Irene menyesal.

Mata Irene memanas saat mengingat dirinya yang diperkosa oleh Diego yang biadab, kasar dan pemaksa.

Memaksa dirinya untuk menuruti nafsu binatang Diego.

Irene merasa jijik pada dirinya sendiri. Merasa bahwa ia sudah tidak berharga lagi, hatinya benar-benar hancur dengan luka yang teramat dalam.

Ia tidak bisa mengeluarkan kata hati kecilnya saat ini, pada siapa ia akan bicara? Ibu? Adiknya? Tidak, bahkan mereka tidak mencari keberadaan nya.

Irene tersenyum meratabi nasibnya. Bukan senyum kebahagiaan, namun senyuman yang membuat orang yang melihatnya, bisa merasakan kepedihan gadis itu.

"Jangan menangis, Irene."

Irene menengok ketika suara berat pria itu memanggilnya. Matanya yang berkaca-kaca menatap Diego dengan sayu.

"Pergi!" Lirih Irene yang sukses membuat Diego melepaskan pelukannya. Pria itupun bangun lalu duduk di ranjang.

Diego memusatkan perhatian pada gadis yang menurutnya cukup terluka... tunggu! Ia hanya bercinta tiga ronde dengan gadis ini, tapi kenapa? Kenapa Irene sangat sedih? Seharusnya gadis itu senang saat tugasnya yang sebagai jalang mendapat nilai plus-plus dari Diego.

"Baru kali ini aku melihat wanita menangis diclub setelah bercinta denganku. Seharusnya kau senang, aku yang pertama bagimu."

Diego mengatakan pertama karena setahu nya gadis itu masih perawan.

"Harus berapa kali aku mengatakan padamu jika aku bukan jalang!?" Suara lirih nan cukup tinggi itu membuat Diego mengerutkan keningnya.

Diego tidak mengerti. Semalam ia hanya datang ke club kesukaannya lalu memesan sebuah kamar VIP dan tidak lupa juga, memanggil seorang wanita untuk menemaninya tadi malam. Dan Irene, gadis itulah yang mengisi kamar sewa nya dan berakhir dengan aksi bercinta yang ia rasakan sangat berbeda.

"Lalu kenapa kau bisa disini hah?!" Sarkas Diego dengan nada kasar. Tidak peduli dengan reaksi Irene yang langsung takut akibat bentakan nya.

Irene ikut duduk sambil menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang nya. Ia meringsut mundur menjauhi Diego.

"A-aku diculik dan setelah sadar... aku, aku sudah berada ditempat ini... hiks." Irene menangis sambil memeluk lututnya dibalik selimut.

Emosi Diego yang tadi hampir naik tiba-tiba saja menguap. Hati kecilnya mengatakan jika ia telah berbuat hal salah pada Irene, namun otak dan ego nya sebagai pria lebih mendominasi nya, seakan menutup hatinya itu.

Diego pun bangkit. Ia berjalan mendekati sofa lalu memakai kemeja dan jas nya hingga menutupi dada eight-pack nya yang seputih susu.

Diego merapikan pakaian nya tanpa sedikitpun bicara pada Irene.

Kemudian ia pun mengambil sesuatu dibalik jas kerjanya, sebuah obat berukuran kecil dan melemparkan nya kepada Irene yang saat ini masih menangis.

"Minum obat nya!" Titah Diego dengan suaranya yang kembali dingin.

Irene pun mengangkat kepalanya lalu menatap obat yang berada didepannya.

"Kau ingin membunuhku? Bunuh saja aku dengan tangan mu. Benda kecil ini tidak berpengaruh untukku." Irene menatap nanar obat yang diberikan Diego.

Diego menghentikan tangannya yang baru saja memegang kenop pintu, "Aku tidak membunuhmu. Cukup patuhi perintah ku jika kau tidak ingin hamil."

BLAM!

Diego pun keluar sambil menutup pintu nya dengan keras atau lebih tepatnya membanting hingga Irene berjengit kaget.

"Hiks.. hiks..." Irene menangis dengan suara tergugu. Matanya yang sembab terus menerus mengeluarkan air mata.

"Irene gak mau hamil... " Isak Irene sambil memukul-mukul perut rata nya dengan kencang dan suaranya itu dapat terdengar oleh seseorang yang barusan lewat didepan kamar nya.

Orang itu pun masuk.

"Tidak ada gunanya kau memukul perutmu, Irene."

Suara itu berhasil membuat Irene terdiam. Seorang wanita berpakaian seksi mendekati Irene dengan langkah yang begitu angkuh.

"Ini obat kontrasepsi. Tuan besar memintaku untuk memastikan agar kau meminum obat itu. Cepat minum!" Maria mengambil obat itu lalu ia dekatkan ke wajah Irene.

Irene pun mengambil nya dengan tangan yang gemetar dan dengan cepat ia meminum obat itu hanya sekali tandas.

"Sudah." Irene menunjukan gelas bening kosong yang berada ditangannya pada Maria.

Wanita itu mengangguk sambil menatap tubuh Irene yang saat ini penuh dengan...

Irene yang merasa tidak nyaman ditatap seperti itu, Ia pun bangkit sambil menahan selimut untuk menutupi tubuh polosnya.

"Aku bangga padamu, Irene. Kau mendapat giliran untuk menemani Tuan besar. Bahkan kami semua mengantri untuk itu dan aku belum pernah merasakan bercinta dengan pria tampan dan kaya raya itu. Ternyata kau bukan gadis polos saat ini. Kenyataan nya.. kau adalah seorang jalang, Irene." Maria terkekeh.

Irene hanya diam tidak menjawab perkataan Maria yang terkesan mengejek.

"Kissmark yang bagus, Irene." Maria menyelipkan helaian rambut Irene hingga tanda merah dileher putih nya terlihat.

"Keluarlah Maria. Aku mau mandi." Pinta Irene seraya menjauhkan tangan Maria dari lehernya.

"Ck, sombong sekali kau jalang kecil." Rutuk Maria dengan pandangan tidak suka. Apa ia tidak tau jika Irene tengah mengusir nya secara halus? Benar-benar...!

"Bos menunggu mu dibawah jalang kecil." Mata sipitnya masih menatap Irene dengan sinis.

Irene melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan Maria yang terus mengejeknya dengan sebutan jalang. Hatinya sudah mati dan rasa marah itu hilang entah kemana, sehingga panggilan menjijikkan itu tidak berpengaruh baginya lagi. Ia tidak peduli orang-orang bilang bahwa ia seorang jalang. Toh, emang kenyataan nya seperti itu.

Dasar Diego sialan!-Batin Irene saat bayangan wajah tampan bak iblis pria itu melintas di otaknya.

Ia bersumpah akan melenyapkan Diego. Pasti...

Dua jam kemudian...

Irene tengah duduk didalam sebuah ruangan pribadi yang ditempati oleh bos diclub ini. Bernuansa hitam pekat yang berada dilantai dasar Rex Club.

Lalu, seorang pria berperawakan tinggi dan berbadan cungkring mendekati Irene dengan amplop coklat ditangannya.

Jackson Gerald, pemilik Club itu menyunggingkan senyum yang memperlihatkan betapa senang nya ia saat ini.

"Kau hebat, Irene!" Jackson duduk di kursi kebesarannya menghadap Irene yang saat ini tengah menundukkan kepalanya.

Irene meremas kursinya dengan erat.

"Kau tau, Tuan besar bilang bahwa kau memuaskannya tadi malam." Senyum sumringah terukir dibibir Jackson.

Irene semakin mengeratkan remasannya saat mendengar kata Tuan besar, ia yakin jika orang yang dimaksud Jackson adalah Pria yang menidurinya semalam.

"Dia membayarku sebanyak satu setengah juta Dollar dalam semalam. Wow bravo!" Jackson menatap amplop itu dengan berbinar-binar.

"Ini karena kau bekerja dengan bagus, Irene. Upahmu 40%!" Jackson menyodorkan beberapa lembar uang dollar pada Irene.

Irene melirik uang itu sekilas, tanpa berniat untuk mengambil uang didepannya.

"Aku bukan pekerja disini, dan aku bukan budak jalang mu. Tuan Jackson yang terhormat!" Irene mendongak, menatap tajam kepada Jackson lewat manik coklatnya yang berkilat.

"Aku tidak sudi bekerja ditempat menjijikan ini!!"

Jackson cukup terkejut. Kata-kata yang keluar dari mulut gadis cantik didepannya ini memang pedas.

Kedua alis hitam nya menyatu dengan rahangnya yang mengeras , "Kau tidak bisa lepas darisini, Irene!"

Irene tersenyum kecut, "In your dream."

"Kau sudah menjadi bagian dari Club milikku. Dan aku tidak akan menyia-nyiakan dirimu yang bisa membuatku mendapat banyak uang. Ini timbal balik, kau bekerja untukku dan aku akan menjamin kehidupanmu. Kau akan hidup mewah dengan uangku."

Jackson tidak ingin objek penghasil uang nya lepas begitu saja.

Tanpa pikir panjang, Irene langsung menolak permintaan Jackson dengan cepat.

"Aku tidak minat! Permisi." Irene tiba-tiba saja bangkit dan melangkahkan kakinya menuju pintu keluar.

"Hey! Mau kemana kau Irene?!" Jackson ikut berdiri dan berteriak memanggil Irene yang sudah pergi meninggalkannya.

Jackson menatap punggung gadis Itu yang perlahan hilang menjauhinya. Rambut hitam panjang nya tampak berkilauan dan melambai mengimbangi langkah kecilnya.

"Awas kau Irene."

To be continued.