"Kau berani lari rupanya. Aku bahkan belum menikmati tubuhmu, sayang." Bisik Diego ditelinga Irene. Begitu kejam hingga berhasil membuat Irene ketakutan.
"TIDAK!" Jerit Irene. Ia memukul tangan Diego diperutnya berkali-kali.
Diego menyeret tubuh Irene dan membawanya ke ranjang yang berada dibelakang nya. Ia jatuhkan tubuh Irene hingga telentang. Lalu ia naik dan dengan sekali gerakan berhasil menarik kaki Irene dan menindih tubuh mungil itu dengan kedua tangannya sebagai tumpuan.
Tubuh besar Diego mengunci rapat tubuh atas Irene. Diego melepaskan dasi yang melilit di lehernya kemudian mengikat kedua tangan Irene di kedua sudut ranjang.
Tidak lupa, Diego meraih pintu lalu menguncinya. Kunci itu ia masukan kedalam saku celananya.
Ia pun berbalik dan kembali mendekati Irene yang saat ini tengah berbaring lemah dengan kedua tangannya yang diikat.
"Tidak! Apa yang mau kau lakukan?!" Irene menggeleng takut kepada Diego yang dengan santainya menindih kembali tubuhnya.
"Bercinta dengan mu, baby." Irene melongo. Pria itu benar-benar tidak waras. Mana ada orang yang baru pertama kali bertemu langsung bermain nakal di atas ranjang? Ini gila.
"Kau sudah gila! Lebih baik kau cari wanita lain saja! Aku tidak bekerja disini! Asal kau tau, aku ini korban penculikan!"
Irene mengambil nafas terengah-engah. Akhirnya ia bisa mengatakan hal itu. Bagaimana mungkin ia sulit untuk berkata ketika didepan pria asing itu.
Diego menatap Irene lekat. Diego menyeringai, membuat Irene meremang melihat seringai yang terlihat mengerikan diwajah pria asing itu.
"Aku ini tidak gila. Aku hanya tidak menyia-nyiakan gadis sepertimu. Menolak disentuh dan membuatku bergairah hanya dengan wangimu. Kau harus terima apapun yang aku lakukan padamu!" Diego mendekatkan wajahnya hingga begitu dekat dengan wajah Irene.
"Apa kau tidak dengar hah?! Aku diculik! DiCULIK!" Irene mengatupkan bibirnya dengan marah. Dan itu malah membuat bibir nya semakin memerah. Diego yang melihatnya tidak tahan.
"Persetan dengan semua itu! Kau hanya perlu terlentang dan mengangkang dibawah ku! Aku yang mimpin!"
"Nggak! Aku nggak mau!" Dengan genangan air dimatanya, ia berusaha sekeras mungkin melawan Diego.
Bukan Diego namanya jika apa yang ia inginkan tidak didapat.
"Nikmatilah sayang." Bisik Diego sambil mencumbui leher jenjang milik Irene dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Irene.
"Ahhh...." Irene melenguh dan mendesah tanpa sadar saat bibir hangat Diego menempel dikulit nya yang lembut. Menyesapnya dan berkali-kali memberikan gigitan kecil di lehernya.
Sesaat ketika kesadarannya kembali, membuat ia harus menolak. Tapi itu sangat sulit baginya. Diantara keputusan asa-an nya, Irene menggigit bibirnya kuat-kuat menahan air matanya yang mengancam untuk tumpah.
Irene tidak kuat.
"Hiks.. hiks..." Tangis Irene pecah.
Diego mengabaikan tangisan Irene dengan melepas satu persatu kancing seragam Irene. Bra warna putih masih menutupi kedua payudaranya yang ranum.
Diego membuka pengait bra milik Irene lalu membuangnya asal ke lantai. Kemudian ia menarik rok Irene dan langsung melepaskan kain terakhir itu dari tubuh Irene. Kini tidak ada lagi yang menutupi keindahan tubuh Irene.
"Cantik sekali." Puji Diego.
Diego meneguk ludahnya kasar. Mulutnya terasa kering saat matanya menatap pemandangan paling indah di depannya. Tubuh irene yang tidak ditutup sehelai benang pun membuat ia gila. Tubuh itu nyaris sempurna. Payudara Irene yang tidak terlalu besar--walau tidak lebih besar dari jalang-jalangnya--yang sudah ia jamah beberapa saat lalu. Terlebih dengan bibir kewanitaan Irene yang mulus tanpa sehelai bulu pun.
"Hiks... jangaannh..!" Irene merasakan air matanya semakin deras mengalir saat Diego meremas payudaranya.
Kedua tangannya yang diikat. Membuat Irene tidak bisa melawan. Ia hanya menangis dan terus menangis saat tangan kasar Diego menjamah seluruh tubuhnya.
Tangan Diego pun menjauh dari mainannya. Kini tangannya beralih meraih kepala Irene. Mengusapnya lembut pipi Irene yang basah dengan ibu jarinya.
"Mphhh..." Irene tersentak saat Diego mencium bibirnya. Memaksa bibirnya agar terbuka. Menerobos masuk kedalam lalu menyusuri rongga mulutnya.
Menyatukan bibir mereka dan melilitkan lidahnya. Diego menyukai bibir Irene yang merah dan yang pastinya, manis.
"Ahh... jangannhh...!" Irene memejamkan matanya erat saat bibir Diego turun ke dadanya. Memainkan bukit kembarnya dengan gigitan dan hisapan di putingnya yang membuat Irene merasa sakit.
"Hiks.. sa-sakiitt...!" Irene kembali menangis dan saat itu juga Diego berhenti lalu ia mendongak. Menatap kecantikan wajah Irene dan mengecup kedua mata Irene yang terpejam.
"Kau tidak akan merasa sakit jika kau menikmatinya, sayang."
"Siapa namamu?" Tanya Diego disela-sela remasan nya.
"Ahhh... I-irenee.. ahh.." Diego tersenyum mendengar desahan polos dari Irene.
Satu tangan nya merambat turunĀ dan meraba perut rata Irene dengan lembut. Tangan Diego semakin turun hingga ke pangkal pahanya. Membuka kedua kaki Irene keatas dan mengusap bibir vagina nya yang mungil dan rapat.
"Akhh.. jangannhh...!" Irene menggigit bibir bawahnya saat kewanitaan nya dijamah oleh Diego.
Irene menjerit dengan panik saat Diego menggesek bibir vaginanya dengan gerakan pelan, Irene tau jika Diego berniat menyiksanya.
"Ahh... stoophh...!"
"Aku tidak bisa berhenti menyentuhmu, Irene." Ucap Diego seraya melepas ikatan ditangan Irene.
Tangan nya yang terbebas, buru-buru Irene memukul bahu Diego dengan kencang.
"Diam." Perintah Diego dengan lembut. Namun Irene terus saja memberontak.
"Aku bilang diam, Irene!" Nada suaranya meninggi hingga memenuhi seluruh kamar mewah bernuansa coklat tua itu.
Irene tersentak karena bentakan kasar Diego kepadanya. Ia mengigit ujung jarinya dengan gemetar.
"Panggil aku Diego, Irene." Perintah Diego dengan tajam.
Irene menatap Diego diantara wajahnya yang bersimbah air mata, "Diego.. ku mohon jangan..."
"Ti-tidak Diego!" Irene memohon penuh iba namun Diego mengabaikan nya.
Irene tidak siap.
Diego membuka resleting celananya yang terasa sesak. Juniornya telah menegang dan meminta dipuaskan.
"Malam ini kau akan menjadi milikku Irene. Hanya milikku." Bisiknya begitu purau disamping telinga Irene. Gadis itu bisa merasakan benda kenyal dan basah menempel dipipinya. Bersamaan dengan itu, perlahan Diego memasukan penisnya kedalam inti Irene.
"Ahhhhh... sakiiiittt...!"
Irene menjerit dengan keras sambil meremas seprei. Rasanya sangat sakit saat Diego memaksakan kejantanannya memasuki miliknya.
"Argh! Damn! Milikmu sangat sempit!" Erang Diego sambil terus berusaha mendorong penisnya lebih dalam ke dalam lubang kenikmatan milik Irene.
Sangat sempit, juniornya terasa dijepit dengan rapat. Membuat Diego bersusah payah agar bisa menerobos masuk dan akhirnya, suara rintihan penuh kesakitan milik Irene keluar.
"Ssaakiit... Diego...! aahhhhhh.....!" Irene menangis sejadi-jadinya menahan rasa sakit saat merasakan selaput dara nya berhasil dirobek oleh Diego. Darah virginnya keluar membasahi seprei.
Mata kemilauan Diego menatap heran melihat cairan merah itu, "Kau masih perawan?"
Irene mengangguk sebagai respon dari pertanyaan Diego.
"Sial!" Diego mengumpat. Jika saja ia tau dari awal maka ia akan menahan nafsunya untuk menyetubuhi Irene. Selama ini ia belum pernah bercinta dengan seorang perawan. Ia hanya akan melampiaskan hasratnya pada wanita-wanita yang berpengalaman dengan seks. Namun sekarang, ia telah memerawani anak orang.
Diego tidak mau ambil pusing.
"Peluk leherku, Irene!" Perintah Diego seraya mengangkat tangan Irene agar memeluk lehernya.
"Aaaaaaahhhhh.... Diego.... aaakkhhhh!" Irene merintih kesakitan saat Diego bergerak semakin liar. Merasa penuh dan sesak didalam miss-v nya.
Tanpa sadar Irene memeluk erat leher Diego.
"Yeah, sayang?" Diego terus memompa tubuh Irene. Menggerakkan tubuhnya dengan cepat, melihat wajah Irene yang terpejam penuh kenikmatan membuat ia semakin bernafsu untuk memasukkan penisnya semakin dalam ke vagina Irene.
"Aaaaaahhhhh.....!" Irene berteriak. Teriakan yang menandakan bahwa juniornya telah menyentuh titik sensitifnya. Tubuhnya mengejang lalu kembali melemas.
Pertama kalinya Irene merasakan kenikmatan ditubuhnya. "Aahhh... Irene gak kuuaathh..!"
Kini Irene tidak bisa menahan lagi aliran deras hangat yang keluar dari miliknya. Irene orgasme disaat Diego masih kuat untuk menghujam nya.
"Argh! Bagaimana kau bisa senikmat ini?!" Diego menggeram penuh nikmat.
Diego merasakan kedutan di penisnya yang menandakan bahwa ia akan mencapai klimaksnya.
Irene hanya bisa pasrah menerima tusukan bertubi-tubi oleh Diego didalam miliknya. Hingga satu jam kemudian... akhirnya Diego mencapai puncak klimaksnya.
"You are mine, Irene." Desah Diego lalu di akhiri dengan menyemburkan spermanya di dalam vagina Irene hingga membasahi seprei.
Irene merasakan semburan hangat di kewanitaan nya. Matanya yang berkaca-kaca perlahan mulai mengabur lalu.. tubuhnya tidak sadarkan diri.
To be continued.