Chereads / Aku Sahabatmu, Bukan Kekasihmu / Chapter 4 - Bolehkah aku merasa percaya diri?

Chapter 4 - Bolehkah aku merasa percaya diri?

Perlahan aku mendekat ke arahnya. Seperti dalam drama, tiba-tiba angin berembus ke arah kami. Kebetulan kantin sekolah harus melewati ruang terbuka, tidak di dalam gedung menyatu dengan ruangan lainnya.

"Kau tidak masuk?" Aku bertanya basa-basi.

Lagipula tak ada lagi topik yang muncul di pikiranku selain itu. Tidak mungkin 'kan aku langsung bertanya dia marah padaku atau tidak hanya karena kejadian Gaara tadi. Memang aku siapa nya sampai harus dia bersikap begitu. Huft, sadar Sakura.

"Menunggumu," ujarnya yang tetap dengan wajah datar. "Jadi itu sebabnya," ucapnya yang membuatku bingung.

"Apa?"

"Kamu lama karena asik berduaan dengan lelaki itu?"

"Siapa? Maksudmu Gaara? Aku tak berduaan dengannya."

"Jadi saling berpelukan di tengah keramaian itu bukan termasuk berduaan?"

"Siapa yang berpelukan?" Kenapa dia? Apanya yang berpelukan? Tadi Gaara mencekikku perasaan.

"Sudahlah lupakan." Dia langsung melengos dari hadapanku lalu berjalan masuk.

Aku hanya melongo melihat tingkahnya. Mungkinkah ...?

---

Sorenya, bel pulang sudah berbunyi. Aku langsung membereskan peralatan sekolah sesaat Guru Asuma-Guru Sejarah- sudah keluar kelas.

"Sakura, kau langsung pulang?" tanya Ino masih sibuk mengemasi barang-barang nya.

"Iya, begitulah." Aku hanya mengangkat bahu.

"Ayo kita ke kafe dulu," ajak Tenten menyela.

"Cafe mana?"

"Bagaimana kalau cafe yang di seberang jalan," usul Hinata ikut-ikutan, "kudengar hari ini di sana ada diskon," lanjutnya.

"Wah, keren tuh, ayo pergi."

Ino langsung semangat dengan wajah sumringah dan mata berbinar. Tenten dan Hinata langsung tersenyum lebar menyetujui. Terserah lah, lagipula aku butuh santai 'kan. Aku segera menyusul mereka, berjalan mengikuti di belakang.

Sesaat setelah kami keluar pintu kelas, tiba-tiba saja ada tangan yang merangkul bahuku. Ternyata itu Gaara, lagi--lagi dia.

"Apa yang kau lakukan? Lepas!" Aku langsung berusaha menghentak tangannya, tapi ia menahan.

Sentakanku membuat mereka bertiga melihat ke arahku.

"Ayo pulang bersama," ajaknya dengan cengiran.

"Tidak boleh!" sela Ino "Sakura akan pergi bersama kami," jelasnya.

"Pergi ke mana?" tanyanya terdengar ingin tahu.

"Bukan urusanmu!" ujar Tenten. "Lagipula Ketua, kenapa kau selalu mengganggu Sakura? Kenapa tak ganggu fansmu saja," usulnya dengan penuh penekanan.

"Kalian tidak tahu? Sakura itu fansku juga," ungkspnya sok tahu.

"Jangan mengkhayal, lepas!" Aku menyentak tangannya keras agar terlepas dari bahuku yang kini melingkar di leher, meski tak berhasil.

"Aish, diam!" sentaknya.

"Hei, jangan sakiti Sakura!" ucap Hinata terdengar marah, meski wajahnya masih kelihatan imut.

"Tenang Putri, aku ini Malaikat," ujarnya yang sama sekali tak ada hubungannya.

"Apa hubungannya? Dasar tak jelas."

"Sudahlah, cepat lepaskan Sakura."

Kami berempat langsung berusaha melepaskan tangan Gaara yang kini melingkar di leher. Tak tahu 'kah dia bahwa aku tercekik?

"Kalian berani main keroyokan? Apa kalian lupa aku ini lelaki? Aku bisa saja menyerang kalian sekaligus!"

"Bicara apa sih kamu?"

"Hei, lepaskan Sakura!"

Aish, dasar menyebalkan. Ingin rasanya aku menggigitnya sampai dagingnya terlepas dari tulang. Andaikan itu bisa terwujud.

Tak tahu mereka jika kini orang-orang melihat ke arah kami? Meski hanya sekilas, tapi aku tahu mereka menatap sinis ke arahku. Perlu kalian tahu, Gaara itu salah satu Pangeran di sekolah, bukan dalam arti sebenernya, itu hanya sebutan. Seperti Sasuke, Gaara itu banyak fansnya. Kenapa sih, orang-orang yang menyebalkan sellau banyak fans?

Masih melihat kerumunan di sekeliling kami, tak sengaja aku melihat Sasuke. Dia hanya diam di sana berdiri sambil menatap ke arahku. Kenapa? Kenapa dia melihatku dengan tatapan begitu? Seolah, ia merasa kehilangan. Mungkinkah ...?