Lima pengawal yang lain tanpa banyak bicara segera menyerbu dan disambuti oleh tiga laki-laki lainnya yang memakai kerudung. Setelah terlibat dalam dua jurus pertempuran maka terdesaklah kelima pengawal kereta meskipun mereka unggul dalam jumlah. Sementara itu di dalam kereta, mendengar suara ribut-ribut dan disusul dengan suara beradunya senjata dengan hati cemas Permani dan Juragan Surya singkapkan tirai jendela. Dia terkejut sekali melihat ada sesosok tubuh berkerudung melangkah mendekati kereta. dan mengulurkan tangan untuk membuka pintu kereta!
"Permani Widuri dan ayahnya Juragan Surya… kalian tak usah cemas! Apa yang terjadi di,sini hanya pertunjukan biasa saja. Silahkan turun…!" ucapnya dengan suara serak dan parau.
"Kalian siapa…?!" bentak Juragan Surya.
"Siapa kami itu tidak penting. Turunlah!" sentak si kerudung hitam.
"Rampok-rampok biadab! Kalau kalian tahu siapa aku segeralah tinggalkan tempat ini sebelum pasukan kerajaan datang menumpas kalian!" ancam Juragan Surya.
Laki-laki berkerudung tertawa bergelak "Hahaha siapa yang tidak kenal Juragan Surya, tuan tanah penjilat pemerintah Mega Mendung, pedagang curang yang melakukan segala cara demi keuntungannya sendiri!"
Dibukanya pintu kereta dan diulurkannya tangan kanan untuk menarik Permani keluar dari kereta. Kusir kereta yang sejak tadi seperti terpukau melihat pertempuran yang berkecamuk di depan matanya, ketika mengetahui bahwa Juragan Surya dan Permani hendak diperlakukan secara kasar segera mengambil cambuk kereta dan mendera punggung laki-laki berkerudung.
"Rampok laknat! Berani mengganggu Juraganku!" Dan cambuk itu mendera lagi beberapa kali. Laki-laki berkerudung memutar tubuh. Sekali dia gerakkan tangan maka berhasillah dia merampas cambuk itu. Dan kini cambuk itu dipakainya untuk melecuti muka kusir kereta. Kusir ini menjerit-jerit. Kemudian dengan kalap mencabut golok pendeknya dan menyerang si muka berkerudung. Namun hanya dengan mengelak dan sekali tendang saja maka kusir kereta itu terpelanting ke tebing kali, masuk ke dalam kali. Tubuhnya segera hanyut terbawa air, tenggelam timbul karena sebelum jatuh ke dalam kali tendangan laki-laki berkerudung telah membuatnya pingsan terlebih dulu!
Pertempuran antara lima pengawal dan tiga laki-laki berkerudung lainnya tak berjalan lama. Ketiga pengawal itu menggeletak di tanah bermandikan darah, sementara yang dua lagi terluka parah. Sementara itu di atas kereta Permani berusaha melawan dan meronta-ronta, menerjang dan meninju laki-laki yang hendak menyeretnya turun secara paksa, Juragan Surya pun berontak berusaha mencabut Keris pusakanya yang terselip di pinggangnya, tapi tangan si kerudung hitam bergerak lebih cepat mencabut goloknya yang terselip di pinggangnya, golok itu berkelebat dan Crasshhh! Juragan Surya tewas seketika itu juga dengan leher hampir putus dengan tubuhnya! "Abahhh!!!" jerit Permani, dengan sekuat tenaga gadis belia ini berusaha melawan si kerudung hitam. Namun apalah kekuatan seorang perempuan. Dalam waktu sebentar saja segera laki-laki berkerudung itu dapat membekuknya. Permani dinaikkan ke atas kuda.
"Cepat bereskan mereka semua! Lemparkan semua mayatnya ke dalam kali! Ambil semua yang berharga dari dalam kereta!" perintah laki-laki berkerudung yang sudah naik ke atas punggung kudanya. Tapi sebelum ia memacu kudanya dan ketiga anak buahnya menghabisi dua sisa pengawal Juragan Surya, tiba-tiba munculah seorang pemuda berbadan tegap berambut gondrong, berkulit putih, berpakaian serba biru dengan ikat kepala cokelat bermotif batik melingkar di kepalanya, bersama dengan seorang gadis berkulit hitam manis, berambut lurus panjang, yang juga berpakaian serba biru.
"Lagi-lagi aku melihat kebiadaban yang tak berprikemanusiaan di bumi Mega Mendung ini!" rutuk si pemuda yang tak lain adalah Jaya Laksana, keempat perampok itu terkejut bukan main melihat kedatangan mereka berdua yang nyaris tak menimbulkan suara itu.
"Siapa kalian?! Apa kalian berdua juga hendak mampus?!" bentak si kepala begal yang masih membopong Permani diatas kudanya.
"Kami adalah elmaut yang sengaja datang kemari untuk mengirim kalian ke akherat!" bentak Galuh.
"Kurang Ajar! Ringkus mereka!" ketiga orang itu langsung mengerubungi Jaya dan Galuh, Galuh langsung menyerang ketiga pengeroyoknya itu, sementara Jaya melompat langsung menerjang pemimpinnya. "Lepaskan gadis itu!" bentak Jaya.
"Enak saja kau memerintahku pemuda kunyuk! Kau tahu siapa aku?!" sahut si cadar hitam marah sekali, Jaya lalu teringat pada cerita-cerita yang ia dengar dari berbagai desa yang telah ia lalui tentang kabar komplotan perampok yang disebut Jubah Hitam karena mereka semua memang mengenakan jubah hitam, dengan pemimpinnya yang bernama Surablabak.
"Siapa yang tidak kenal dengan kelompok perampok Jubah Hitam yang dipimpin oleh Surablabak, yang suka merampok dan memperkosa gadis-gadis yang tidak bersalah di kaki gunung Masigit ini?!" jawab Jaya.
"Kalau kau sudah tahu namaku kenapa tidak segera melarikan diri dari sini hah?!" Tanya Surablabak dengan jumawa.
Jaya tertawa mengkehkeh "Hehehe... Tapi aku juga tahu kau baru berani muncul setelah gerombolan perampok Macan Seta ditumpas tiga tahun yang lalu oleh dua orang murid Kyai Pamenang dari Padepokan Sirna Raga, itu artinya kemungkinan kau adalah bekas anak buah Macan Seta yang tewas itu!"
Surablabak kaget bukan main mendengar ucapan Jaya tersebut, ia memang adalah bekas anak buah Macan Seta yang berhasil menyelamatkan diri, setelah Macan Seta tewas, ia bersama ketiga kawannya kembali melakukan perampokan di sekitar gunung Masigit, namun bedanya mereka tidak menyatroni desa-desa, mereka hanya mencegat para pedagang yang lewat di wilayah sekitar Kademangan Padalarang dan Citatah. Ia kemudian seperti pernah melihat Jaya, ia memperhatikan wajah Jaya dengan seksama, kini ingatlah ia siapa Jaya, ia adalah salah seorang pemuda murid Padepokan Sirna Raga yang menumpas gerombolan Macan Seta tiga tahun yang lalu!
"Kau! Ya aku ingat kau! Kau salah satu yang menumpas gerombolan Macan Seta!" tunjuknya.
Jaya menyeringai "Kalau sudah ingat segeralah tinggalkan gadis itu dan enyahlah dari sini!"
Surablabak sebenarnya jerih juga pada Jaya, tapi merasa kemampuannya sudah meningkat dari tiga tahun yang lalu, ia pun menjadi berani pada Jaya. "Kurang Ajar! Berani menghina Surablabak berarti maut!" Surablabak mendengus ia lalu melompat dari atas kudanya, menerjang Jaya!
Tendangan kaki kanan dan tinju kiri kanan menyerang susul menyusul ke tempat-tempat terlemah dari Jaya Laksana! Namun dengan membentak keras dan berkelebat cepat ketiga serangan lawan dapat dikelit oleh Jaya. Penasaran sekali Surablabak memburu lagi dengan satu serangan berantai. Kali ini, pada saat tangan kanan Surablabak memukul ke muka, Jaya sengaja menyongsong datangnya lengan lawan. Maka beradulah lengan dengan lengan! Surablabak terpekik. Tubuhnya terpelanting ke belakang sampai punggungnya menghantam sebuah pohon! Lengan kanannya yang beradu dengan lengan lawan kelihatan biru dan bengkak besar. Sakitnya bukan alang kepalang!
Karena tadi Jaya Laksana melayaninya seperti acuh tak acuh, Surablabak tidak menduga kalau kehebatan lawan demikian lihainya. Sesudah mengurut lengannya yang bengkak biru serta mengalirkan tenaga dalam ke bagian yang terpukul itu maka kemudian Surablabak dengan tangan kirinya menghunus sebilah golok Cibatu dari balik pinggang. Tanpa banyak bicara kepala perampok Jubah Hitam itu segera lancarkan serangan dahsyat. Surablabak memang seorang kidal dan permainan goloknya juga sudah mencapai tingkat yang matang. Apalagi dengan mempergunakan tangan kiri itu maka serangan-serangannya sukar diduga.
Namun Jaya sudah punya rencana sendiri terhadap manusia jahat ini! Dibiarkan dan dielakkannya saja untuk beberapa lamanya serangan-serangan golok Surablabak. Kepala perampok ini semakin gemas dan geram, ia tidak menyadari bahwa ilmu silat lawannya ini jauh berada diatasnya. Dipercepatnya gerakannya namun tetap saja tiada mencapai hasil yang dikehendakinya.
"Pegang senjatamu erat-erat, Surablabak," kata Jaya memberi ingat. Surablabak masih belum mengerti apa maksud ucapan lawannya itu. Bahkan dia sama sekali tidak dapat melihat dengan jelas gerakan kedua tangan Jaya. Tahu-tahu saja dirasakannya golok cibatunya terlepas dari tangan. Laki-laki ini mengeluarkan seruan tertahan.
Memandang dengan tak percaya pada tangan kirinya yang kosong! Jaya tertawa mengekeh dan melompat ke muka. Tangan kanannya terkembang seperti hendak mencengkeram muka Surablabak. Yang diserang cepat merunduk dan berusaha menyodokkan lipatan sikunya ke perut lawan. Tapi kali ini Surablabak tertipu. Tangan yang menyerang dan hendak mencengkeram itu hanya gerakan palsu belaka.
Tanpa dapat dikelit lagi oleh Surablabak maka dua ujung jari tangan kanan Jaya yang meluncur ke rusuk kirinya. Mendadak sontak detik itu juga tubuh Surablabak menjadi kaku tegang. Tangan dan kakinya tak bisa digerakkan lagi, tapi mulutnya masih sanggup bicara, telinganya masih bisa mendengar, demikian juga indera-inderanya yang lain masih tetap seperti biasa. Jaya Laksana sengaja menotok laki-laki itu demikian rupa, sesuai dengan rencananya.