Chereads / Wasiat Iblis / Chapter 60 - Pendekar Dari Lembah Akhirat (1)

Chapter 60 - Pendekar Dari Lembah Akhirat (1)

aya meraik nafas lega, ia juga melihat ke arah Galuh, gadis cantik berkulit hitam manis ini telah berhasil membekuk ketiga anak buah Surablabak, ia lalu menoleh pada Permani, gadis belia ini meloncat turun dari kudanya, ia lalu meumungut golok Surablabak yang tergeletak di tanah, dengan penuh dendam gadis ini langsung hendak menancapkan golok itu ke perut Surablabak! Untunglah Jaya segera menahannya. "Tahan nona! Jangan kau lakukan itu!"

Permani meronta sekuat tenaganya, "Diam! Jangan halangi aku! Dia telah membunuh ayahku!"

"Aku tahu nona! Tapi kalau kau membunuhnya kau akan sama saja dengan dirinya! Kau tidak ada bedanya dengan begal ini nona! Lagipula aku yakin, ayahmu tidak ingin kau menjadi seorang pembunuh!" ucap Jaya, "Nona dengarlah! Akan jauh lebih baik kalau kita serahkan ia pada pihak yang berwenang daripada kamu mengotori tanganmu dengan darah kotor para begal ini! Nona kita serahkan ia pada hukum manusia bukan hukum binatang!" lanjut Jaya.

Jatuh lemaslah Permani mendengar ucapan Jaya tersebut, Galuh pun segera menghampiri mereka, "Nah Nona, ke manakah tujuanmu?" Tanya Jaya.

"Kami hendak pulang ke Desa Citatah!" jawab Permani.

"Kebetulan kita searah, nah biar kami yang akan mengantar Nona sampai ke tujuan, kita juga harus mengantarkan jenasah ayah Nona dan membawa mereka yang terluka ke Citatah, para begal itu kita bawa sekalian untuk diserahkan pada prajurit kerajaan sesampainya di desa Citatah" ujar Jaya.

Jaya dan Galuh pun membantu mereka yang terluka untuk duduk diatas kereta kuda, Jaya menotok mereka di tempat-tempat pendarahan yang terluka parah dan membalutnya dengan kain seadanya, sedangkan para begal yang kaku tertotok itu dimasukan ke dalam kereta, Jaya pun yang mengemudikan kereta kuda itu sementara Galuh dan Permani menunggangi kuda yang masih ada di sana. Saat itu hari telah siang hampir dzuhur, mereka pun melanjutkan perjalanan menuju ke desa Citatah. Galuh pun yang sesama wanita dan memiliki nasib yang hampir sama dengan Permani terus membesarkan hati gadis itu, Permani yang walau matanya masih terus sembab dapat sedikit terhibur juga dengan obrolan serta tingkah konyol Galuh yang agak-agak aneh itu.

Untuk menuju sampai ke desa Citatah, mereka harus melalui sebuah hutan, karena di daerah sana yang menjadi momok adalah kelompok Begal Jubah Hitam yang sudah diringkus oleh Jaya mereka pun jadi agak tenang melewati hutan ini, mereka berusaha bergerak secepatnya agar sudah keluar dari hutan itu sebelum senjahari agar bisa sampai di desa Citatah sebelum malam.

Hutan tersebut memang cukup lebat tapi bukan hutan belantara yang luas, luasnya hanya beberapa ratus meter saja dan terdapat jalan setapak yang akan membawa mereka sampai keluar hutan, tapi yang aneh mereka seolah hanya berputar-putar didalam hutan. Jaya merasa sangat yakin bahwa mereka sudah melewati pertengahan hutan itu berkali-kali, penasaran, ia pun menancapkan sebilah golok di sebuah pohon sebagai tanda, dan benar saja, setelah mereka berjalan beberapa tumbak mereka kembali lagi dimana Jaya mencapkan golok tersebut, padahal mereka hanya berjalan mengambil jalan lurus tidak berbelok-belok sekalipun!

Jaya pun memberi isyarat untuk berhenti, ia memandang kesekelilingnya, "Aneh... Ada apa ini?" tanyanya.

Galuh dan Permani pun memandang berkeliling, "Heran, biasanya tidak ada apa-apa yang aneh di hutan ini, hutan ini tidak terlalu lebat dan punya jalan setapak untuk dilewati untuk keluar dari hutan ini, hutan ini juga sudah sering dilewati manusia sebab merupakan jalan utama penghubung Kademangan Padalarang dengan Citatah... Aku sendiri sudah sangat sering lewat kesini tapi tidak pernah terjadi apa-apa!" jelas Permani.

Jaya memusatkan pikirannya, ia lalu menggukanan Ajian "Membuka Mata Sukma" untuk melihat keanehan ini, ternyata benar saja ada keanehan yang meliputi mereka! Secara ajaib dan sukar dipercaya, pohon-pohon yang berada di tengah hutan itu seolah bergerak-gerak dan mengikuti ke manapun rombongan Jaya melangkah! Pohon-pohon itu seolah terus bergeser hingga membuat rombongan Jaya tidak bisa keluar dari hutan tersebut, "Aneh, tadinya aku kira ada yang mempermainkan atau membalikan mata kita yang membuat kita tersesat disini, tapi rupanya pohon-pohon ini terus bergerak mengikuti kita dan menggiring kita agar terus sampai ke pertengahan hutan ini! Ucap Jaya.

"Apa?! Kenapa pohon-pohon ini bisa bergerak mengikuti kita?" tanya Galuh keheranan.

Saat itulah terdengarlah gelak tawa yang menggema diseluruh hutan, satu lagi keanehan yang sukar dipercaya terjadi, pohon-pohon raksasa itu bergerak seperti manusia, mereka mempunyai mata dan tangan seperti manusia! "Ya Gusti Allah apa ini?!" pekik Permani.

Jaya dan Galuh pun tak kalah kagetnya, "Manusia-manusia pohon! Ini bukan mahluk aneh, tapi manusia-manusia sesat yang mempunyai ilmu hitam dan bersekutu dengan Jin yang sengaja mencegat kita!" ujar Jaya sambil bersiap-siap.

Pohon-pohon itu langsung menyergap Jaya, Galuh, dan Permani, Jaya segera melancarkan pukulan jarak jauhnya, sepuluh rangkum angin dahsyat menderu menyerang pohon-pohon aneh ini! Blarr! Blarr! Blarr! Angin pukulan Jaya telak mengenai semua pohon itu, tapi pukulan tenaga dalam Jaya yang dahsyat itu hanya sanggup mendorong mereka kebelakang beberapa langkah saja! Penuh penasaran Jaya langsung mengirimkan pukulan-pukulan dan tendangan-tendangan jarak dekatnya dalam jurus "Menjejak Bumi Menggapai Langit", tapi pukulan-pukulan serta tendangan-tendangan Jaya tersebut membal bagaikan menyentuh karet yang sangat kenyal! "Pohon-pohon karet!" seru Jaya.

Sepuluh pohon-pohon raksasa itu terus mengelilingi dan mengepung Jaya, Galuh, serta Permani, penuh penasaran, Jaya dan Galuh pun terus menghantam pohon-pohon itu dengan pukulan-pukulan dan Tendangan-tendangan bertenaga dalam tinggi, tapi serangan-serangan mereka sungguh percuma sebab tubuh kesepuluh pohon raksasa itu seperti terbuat dari karet yang membuat semua serangan Jaya dan Galuh membal seperti karet!

Permani ketakutan setengah mati melihat serangan-serangan Jaya dan Galuh pada pohon-pohon raksasa itu tak berhasil, gadis itu terus melangkah mundur dengan tubuh bermandikan keringat dingin. Tahu-tahu sebuah pohon raksasa sudah berada dibelakangnya, pohon itu merangkul dan mengikat Permani dengan dahan-dahan serta oyot-oyotnya! Gadis ini pun menjerit-jerit ketakutan memanggil Jaya dan Galuh "Jaya! Galuh! Tolongggg!!!"

Jaya dan Galuh terkejut melihat satu pohon raksasa itu telah menangkap Permani, "Permani!" seru Jaya, ia lalu teringat ada beberapa bilah golok di kereta Juragan Surya, "Galuh, ayo kita ambil golok di kereta Juragan Surya! Kita tebas mereka!"

Galuh mengangguk, mereka berdua langsung melompat ke kereta dan mengambil dua bilah golok, mereka langsung melompat lagi menerjang pohon raksasa yang melilit tubuh Permani, Jaya dan Galuh pun mengayunkan golok mereka! Crash! Crash! Crash! Dengan tenaga dalam penuh mereka berhasil memotong dahan-dahan dan oyot-oyot yang melilit tubuh Permani, tapi alangkah kagetnya mereka ketika melihat dahan-dahan serta oyot-oyot itu langsung tumbuh lagi seperti sedia kala!

Dengan penuh rasa penasaran, mereka pun terus menebas pohon-pohon raksasa itu dengan golok mereka berdua, tapi serangan itu sungguh percuma sebab dahan-dahan serta batang pohon yang mereka tebas dapat langsung tumbuh kembali dengan sangat cepat! "Celaka! Bagaimana ini Jaya?!" keluh Galuh.

Jaya tidak dapat menjawabnya, ia hanya menatap nanar pada kesepuluh pohon raksasa itu, "Bagaimana kalau kita coba bakar mereka?" Tanya Galuh.

"Ya sebaiknya kita coba saja!" sahut Jaya, Galuh langsung mengeluarkan pukulan "Telapak Kawah Tunggul" dan Jaya mengeluarkan pukulan "Sirna Raga", kedua pukulan hawa panas berinti api itu menderu menerjang kesepuluh pohon raksasa tersebut, kesepuluh pohon raksasa itu langsung dilahap api hebat, tapi ajaibnya api yang membakar tubuh mereka langsung padam oleh air yang dihisap dari dalam tanah oleh akar-akar mereka!

"Celaka Jaya! Bagaimana ini?! Mereka tidak mempan dibakar oleh pukulan sakti kita yang terhebat!" keluh Galuh.

"Iya, kalau begini terus kita bisa kehabisan tenaga!" Jaya pun berpikir keras lalu terlintaslah satu ide "Galuh Ayo keluarkan Ajian Hitut Semarmu!"

Karuan saja wajah gadis hitam manis ini memerah, "Disaat seperti ini jangan mengolok-olokku Jaya! Jangan mengejekku!" semprotnya marah, ia merasa malu karena ajian ini harus keluar dari bagian "rahasia" perempuan.

"Siapa yang mengolok dan mengejekmu?! Galuh, kita coba serang mereka dengan pukulan beracun! Ayo cepat keluarkan Ajian Hitut Semarmu itu!" balas Jaya tak kalah sengitnya.

"Oh begitu! Bilang dari tadi kenapa?!" sahut Galu dengan wajah cemberut.

"Permani menjauhlah! Tutup hidung dan matamu rapat-rapat! Tahan nafasmu sekuatnya!" seru Galuh pada Permani.

Permani pun menjauh dan melakukan apa yang Galuh minta. Galuh langsung memusatkan pikiran dan tenaga dalamnya didorong keluar lewat bagian belakang tubuhnya, Pssstttt!!! Gas serta asap belerang berwarna putih yang sangat beracun menderu bertiup kearah pohon-pohon raksasa itu bagaikan badai yang dahsyat sebab dilakukan oleh Galuh dengan tenaga dalam penuh! Gas dan asap itu mengerubungi pohon-pohon raksasa itu, kemudian pohon-pohon raksasa itu pun bertumbangan dan berubah menjadi sepuluh tubuh manusia! Sepuluh manusia itu tewas seketika dengan wajah membiru sebab keracunan oleh belerang dari Ajian Hitut Semar Galuh warisan si Dewa Pengemis itu!

Jaya, Galuh, dan Permani terkejut bukan main melihat pohon-pohon raksasa itu berubah menjadi manusia, mereka juga menarik nafas lega melihat kesepuluh manusia yang mempunyai ilmu hitam itu tumbang semuanya! "Huff... Syukurlah kita bisa menumbangkan mereka semua!" ucap Galuh sambil menyeka keringat yang berucuran di keningnya.

"Iya, kini aku harus mengakui bahwa Ajian Hitut Semar si Dewi Pengemis yang keluar dari lobang anginnya itu sungguh dahsyat!" sahut Jaya.

Galuh langsung marah mendengar ucapan Jaya tersebut, gadis ini langsung mecakar dan mencubit tangan Jaya. "Kamu mau mengejekku lagi hah?! Kamu mau bilang kalau kentutku bau, saking baunya bisa merobohkan manusia-manusia berilmu ghaib ini?!" semprotnya dengan marah sekali bercampur malu.

"Hei! Aduh! Lepaskan! Aku berniat memujimu! Kalau tidak ada Ajian Hitut Semar itu kita mungkin sudah celaka Galuh!" jawab Jaya sambil meringis kesakitan.

Permani terdiam melihat apa yang sedang dilakukan oleh Jaya dan Galuh, entah mengapa hatinya merasa tidak nyaman dan panas melihat "keakraban" Jaya dengan Galuh tersebut, sejujurnya meskipun ia sedang dirundung duka, hatinya merasa terpikat oleh keelokan paras Jaya yang kulitnya lebih putih dari rata-rata pria di Pasundan ini, memang kulit Jaya yang langsat ini lebih mirip orang-orang dari negeri Tiongkok daripada orang-orang di tanah Pasundan.