Putri Yun terdiam, ia tahu betul betapa kejam dan liciknya perdana menteri Ayahnya itu. Oleh karena itu ia sangat membencinya terlebih anak perempuannya sudah mengambil cinta suaminya.
Ketegangan seperti ini bukanlah solusi, oleh karena itu, putri Yun tidak mengatakan apapun.
"Apakah tuan putri tidak apa-apa?" Tanya Anna kembali setelah melihat tuan putri yang malang itu terdiam.
"Tidak apa-apa. Aku akan istirahat sekarang. Kamu bisa pergi!" Setelah mengatakan itu, putri Yun berbalik menuju kamarnya.
Perdana menteri itu sudah membuat semangat nya menciut untuk melakukan perlawanan kembali.
'Sepertinya perdana menteri kerajaan Gyongje sangat jahat sehingga tuan putri Yun tidak bisa mengatakan apapun.'
Setelah membatin, Anna pun keluar dari rumah panglima Kang. Sebelum itu, ia melihat dengan marah kearah Sun Hee dan Panglima Kang yang sedang ngobrol berdua sambil tersenyum tanpa memperdulikan perasaan Putri Yun.
Tapi, ia tidak bisa ikut campur lagi karena tujuan sebenarnya bukanlah ini.
Anna kembali melanjutkan perjalanan nya sebelum malam tiba. Dia harus segera menemukan rumah Ah-Ri.
Setelah berkeliling sesar beberapa kali. Anna duduk di sebuah kedai makan yang tidak begitu rame.
"Anak muda, apa kamu mau minum atau makan?" Tanya seorang perempuan paruh baya yang sudah berdiri di sampingnya.
"Saya ingin minum." Jawab Anna.
"Tunggu sebentar!" Bibi itu pun segera mengambilkan minuman untuk Anna.
Sesaat kemudian.
"Sepertinya kamu orang batu di desa ini. Apakah aku benar?" Kata Bibi pemilik kedai itu.
"Iya. Aku orang dari desa sebarang. Aku kesini untuk mencari seorang wanita." Jawab Anna setelah menghabiskan minumannya.
"Kalau boleh aku tahu, siapa perempuan yang kamu cari?" Tanya bibi itu sambil menyelidik.
"Nyonya Ah-Ri. Saya harus menemukannya karena saya ada keperluan dengannya. " Jawab Anna dengan suara yang lemah.
Mendengar nama yang sangat populer itu, Bibi pemilik kedai itu terdiam. Ia awalnya tidak mau memberitahu Anna seperti yang lain. Tapi, dia merasa kasihan sehingga ia memutuskan untuk memberitahunya.
"Dia adalah pemilik rumah Gisaeng atau pelacuran yang sangat terkenal di kota ini."
Anna terkejut mendengar penjelasan bibi itu.
'Bagaimana bisa Guru Baek terlibat dengan seorang Gisaeng? Apakah dia adalah lelaki yang suka tidur dengan banyak perempuan?'Batin Anna.
"Bisakah bibi memberitahu saya dimana rumah Gisaeng itu?"
"Tidak jauh dari pusat kota. Kamu tinggal ikuti jalan ke kiri, setelah itu lurus saja sampai kamu temukan gerbang memasuki kota. Setelah itu, kamu belok ke kanan dan lurus lagi. Jangan berhenti sebelum kamu menemukan gerbang besar dengan cahaya lampu yang banyak dan terang. Itulah rumah Gisaeng itu."Kata bibi itu.
"Terimakasih!" Tanpa menunggu lebih lama lagi, Anna pun berlari mengikuti petunjuk arah yang sudah ia dapatkan.
Beberapa menit kemudian.
Anna sudah sampai di depan gerbang besar itu. I sampai saat malam tiba. Nafasnya mulai tidak beraturan karena lari dengan sengat kencang.
"Selamat datang tuan muda!" Sambut pelayan yang baru saja membukakan pintu untuknya.
"Saya ingin bertemu dengan Nyonya Ah-Ri. Apakah bisa?" Tanya Anna secara langsung tanpa basa basi.
Pelayan itu mengamati Anna dari bawah hingga atas. Seketika itu, ia curiga kalau Anna bukanlah anak lelaki yang jahat. Oleh karena itu ia tidak mungkin ada ditempat ini jika bukan karena memiliki tujuan.
"Katakan padanya kalau aku utusan dari Guru Baek." Kata Anna lagi ketika ia melihat keraguan dari wajah pelayan itu.
"Ini bukan tempat sarangan. Oleh karena itu jangan macam-macam. Sekarang, saya akan menyampaikan pesan mu."
"Baiklah, aku tunggu!"
Setelah itu, sang pelayan segera berlari menuju kamar Nyonya Ah-Ri. Ia menceritakan semua yang Anna katakan. Seketika itu, Nyonya Ah-Ri memerintahkan pelayannya untuk membawa pemuda itu ke hadapannya.
"Selamat malam Nyonya!" Kata Anna dengan sopan setelah ia berada di ruangan Nyonya Ah-Ri.
Anna masih bisa melihat raut wajah Nyonya Ah-Ri dengan sanggul yang indah dan bibir yang merah merona walaupun terhalang tirai tipis.
"Duduklah anak muda! " Kata Nyonya Ah-Ri dengan ramah.
Anna pun langsung duduk bersila di depan Ah-Ri.
"Katakan pesan apa yang kamu bawa dari Guru Baek?" Tanya Ah-Ri tanpa basa basi karena ia selalu penasaran jika itu menyangkut Guru Baek.