"Jika kamu bertemu dengan Wook nantinya, tolong berlari sejauh mungkin. Kamu tidak boleh terlibat apapun dengan dia. Termasuk jatuh cinta padanya. Sungguh, bayarannya terlalu mahal jika kamu tidak mematuhi pesanku ini." Kata Ah-Ri sambil memegang kedua lengan Anna.
Mendengar perkataan Ah-Ri, Anna semakin bingung dan tidak mengerti sedikit pun dengan sikap perempuan yang awalnya terlihat tenang dan kalem itu.
"Memangnya siapa Wook?" Tanya Anna.
"Jangan sebut namanya lagi menggunakan mulutmu itu. Ia bisa mendengar mu walaupun kamu berada di tempat yang jauh darinya. Sekarang, katakan siapa kamu gadis manis!" Jawab Ah-Ri setelah ia kembali merasa lebih tenang.
"Aku adalah tuan putri dari kerajaan Daeksu yang tidak bisa kembali ke istananya setelah pamanku melakukan pengkhianatan. Kedua orang tuaku dia penggal di depan mataku sendiri. Untuk bisa balas dendam, aku harus bersembunyi di wilayah Gyongje yang tidak mengenalku. Aku akan mengumpulkan kekuatan untuk mengambil kembali istanaku." Jawab Anna dengan tatapan tajam.
'Seperti yang aku duga, dua kerajaan itu adakah Gyongje dan Daeksu. Haruskah aku menolong dia balas dendam atau mencegah semuanya agar hal buruk tidak terjadi?' Batin Ah-Ri.
"Maafkan saya karena tidak mengenal anda tuan putri!" Ah-Ri langsung memberikan penghormatan pada Anna.
Seketika itu Anna yang sudah lama tidak mendapatkan penghormatan seperti ini merasa canggung dan tidak enak.
"Nyonya, tolong jangan begini! Mari kita kembali seperti sebelumnya. Dan tolong, jangan biarkan identitas ku terbongkar!" Kata Anna sembari membantu Ah-Ri untuk berdiri.
Ah-Ri pun segera berdiri dan memperbaiki dandanannya.
"Apakah aku bisa menjadi anak Nyonya saja?" Tanya Anna lagi dengan ekspresi memohon.
"Suatu kehormatan bagi saya!" Jawab Ah-Ri dengan sopan.
"Kalau begitu, malam ini anda bisa memperkenalkan aku pada yang lain. Bukankah tadi anda ingin membawaku ke ruang rapat?" Kata Anna sambil tersenyum.
Ah-Ri terdiam sesaat saat melihat senyum yang begitu indah dan manis itu. Dia saja sebagai perempuan yang sudah tidak muda lagi bisa merasa terpesona pada tuan putri Anna. Bagaimana dengan laki-laki? Pantas saja Raja Sujin kabarnya sangat menyimpan rapi anak perempuannya di istana. Ternyata, dia memang sangat cantik.' Batin Ah-Ri.
"Baiklah, kita akan bertemu mereka malam ini. Kebetulan tempat ini tidak kedatangan begitu banyak tamu. Para lelaki hidung belang itu biasanya pergi sebelum jam dua belas malam. Tapi, bagaimana aku harus memanggil anda tuan putri?"
Ah-Ri merasa perlu untuk mengetahui nama Anna agar ia bisa memanggilnya dengan benar.
"Namaku Anna Lee. Nyonya bisa memanggilku Lyn karena itu adalah panggilan kecilku. Hanya Ibu dan ayahku yang tahu panggilan itu." Jawab Anna.
"Baiklah Putri Lyn, mulai malam ini anda akan menjadi anakku." Kata Ah-Ri sambil tersenyum senang karena suatu kebanggaan baginya bisa menjadi ibu pura-pura dari seorang tuan putri.
"Panggil saja aku Lyn! Biar lebih alami. Bukan begitu Ibu?"
"Iya. Aku akan memanggil mu Lyn."
"Oh iya, aku akan membantu Nyonya dengan melakukan banyak pekerjaan dengan pegawai nyonya yang lain. Jadi, tolong jangan bedakan aku. Kecuali, menjadi Gisaeng, aku tidak mungkin bisa melakukannya." Kata Anna sambil menekankan kata tidak mungkin untuk menjadi seorang Gisaeng.
"Tentu saja, aku tidak mungkin membiarkan tuan putri melalukan pekerjaan seperti itu. Untuk sementara, tuan putri akan aku kenalkan dengan beberapa pengawal disini. Bagaimana?" Sahut Ah-Ri sambil tersenyum.
"Baiklah. Aku sudah siap!" Jawab Anna.
Setelah itu, mereka berdua segera keluar dari kamar Ah-Ri. Anna tidak bisa menyembunyikan identitasnya saat menggunakan hanbok, nalurinya sebagai seorang putri yang bertahun-tahun didik dalam segala hal, membuat nya sangat ketara.
Jalannya yang pelan, sorot matanya yang menenangkan, dan ia mampu bersinar ditengah kegelapan adalah hal yang terlalu mencolok.
Anna berfikir akan lebih aman tetao menjadi seorang lelaki, karena dengan begitu tidak akan ada orang yang bisa mengganggu atau menebak identitas aslinya.
Beberapa saat kemudian. Mereka berdua sampai di ruangan itu. Beberapa pegawai yang sudah menunggu sedari tadi terkejut saat melihat perempuan yang berdiri di samping Nyonya Ah-Ri.