Chereads / Flower Of Evil (Indonesia) / Chapter 29 - Bab 29

Chapter 29 - Bab 29

"Argg ... " Ah-Ri tersentak kaget saat cahaya hitam muncul dari asap dupa itu.

Ah-Ri memuntahkan darah karena pukulan itu tepat mengenai dadanya.

Tidak lama kemudian, terdengar suara seorang perempuan yang sangat nyaring.

'Hey ... Jangan pernah kamu mencoba mengubah garis takdir mereka. Karena nyawamu akan menjadi taruhannya.'

"Siapa kamu ... " Teriak Ah-Ri sambil menatap ke segala penjuru ruangan itu.

Akan tetapi, kepulan asap hitam itu sudah menghilang. Seketika itu Ah-Ri duduk dengan tegak kembali sambil menyeka darah dari mulutnya.

'Kenapa aku tidak bisa melihat lebih jauh lagi? Wook dan Tuan putri adalah dua orang yang garis takdir mereka tidak terlalu jelas untuk aku lihat. Namun yang pasti, mereka tidak boleh bertemu.' Batin Ah-Ri.

Setelah itu, Ah-Ri segera keluar lalu berjalan menuju kamarnya dengan lemas karena pukulan tadi masih terasa di dadanya.

Keesokan Paginya.

Pagi itu, Anna keluar dari kamarnya. Ia berkeliling di sekitar tempat peristirahatan ketua Gisaeng itu.

"Tempat ini sangat bagus. Di musim salju seperti ini membuatku teringat akan ibu ratu dan Eun." Ucap Anna.

"Aku harap kamu betah tinggal di sini, kalau perlu kamu tetap menjadi anakku." Kata Ah-Ri yang tiba-tiba sudah berada di sampingnya.

"Oh astaga ... Anda mengejutkanku." Sahut Anna sambil memegang dadanya karena ia benar-bebar terkejut.

Ah-Ri tersenyum sambil meminta maaf, setelah itu ia mengajak Anna untuk duduk di kursi yang tidak jauh dari mereka berdiri.

"Tuan putri, apakah anda yakin mau memasuki Istana? " Tanya Ah-Ri setelah mereka berdua duduk.

Mendengar pertanyaan Ah-Ri, ekspresi Anna berubah serius. Ia menatap kearah langit sambil berkata, "Aku sudah bertekad, oleh karena itu aku tidak akan mundur."

"Tapi, jika anda memasuki Istana, itu akan berbahaya bagi anda. Bagaimana kalau salah satu pangeran di Istana menyukai anda dan anda akhirnya menjadi istrinya? "

Anna tersenyum pahit, dia menganggap apa yang Ah-Ri katakan itu sangat konyol, selain dia ingin balas dendam, dia juga tidak pernah bermimpi bahkan tidak ingin menjalin hubungan dengan orang yang berasal dari kerajaan Gyongje.

"Itu tidak akan terjadi, karena saat aku memasuki Istana, aku akan berubah menjadi laki-laki." Jawab Anna.

Ah-Ri mengangguk, ia tersenyum pahit karena ia sudah kehilangan kata-kata untuk menahan Anna agar tidak memasuki Istana.

"Kalau begitu, aku tidak akan membiarkan anda sendirian. Jadi, aku akan mengawal anda hingga berhasil tinggal di Istana." Kata Ah-Ri yang tidak punya pilihan selain melindungi Anna bagaimana pun caranya jika ia tidak bisa mencegah semuanya.

Anna tersenyum bahagia, ia bersyukur bisa bertemu Ah-Ri. Ia bisa melihat ketulusan di mata Ah-Ri sehingga ia tidak ragu sedikitpun pada niatnya.

'Akah mungkin gadis selembut dan secantik tuan putri Anna Lee, bisa menghancurkan suatu kerajaan? Dia tidak cocok untuk itu. Aku mungkin tidak bisa mencegah takdir, tapi aku akan berusaha untuk mencegah hal buruk terjadi.'Batin Ah-Ri.

"Selamat pagi nyonya Ah-Ri." Tepat saat itu, salah satu Gisaeng asuhan Ah-Ri datang dengan terenggah-enggah.

"Ada apa denganmu? Apa kamu berlari kesini?" Tanya Ah-Ri dengan khawatir.

Gadis muda iti langsung menceritakan semua nya. Seketika itu Ah-Ri terkejut karena kejadian seperti ini pernah terjadi yang akhirnya membuat Gisaeng nya meninggal.

Merasa penasaran Anna langsung bertanya setelah melihat Ah-Ri kembali duduk di tempatnya.

"Ada apa?"

"Salah satu Gisaeng kami diperlakukan tidak baik oleh tamu yang semalam menginap bersamanya. Sekarang, dia diseret ke Istana untuk menerima hukuman karena dituduh balik telah melakukan penyerangan." Jawab Ah-Ri sambil mengepalkan tinjunya.

"Apa yang harus kita lakukan Nyonya?" Tanya gadis bernama Gee En itu.

"Kirim seseorang ke rumah Jendral Hui. Katakan padanya tentang kejadian ini. Karena hanya dia yang bisa membantu kita." Jawab Ah-Ri.

Jenderal Hui adalah Jenderal yang di juluki iblis karena ia sangat hebat dalam bertarung. Ia bisa membunuh musuhnya sambil menutup mata.

Oleh karena itu, ia menjadi Jendral yang paling disegani di kerajaan Gyongje. Selain itu, ia juga orang kepercayaan perdana menteri.

"Saya akan menemaninya untuk menemui Jendral Hui." Kata Anna.

Ah-Ri terdiam saat mendengar apa yang dikatakan Anna.