Hari itu pun tiba. hari pernikahan Freya dengan Kevan yang terbilang cukup mendadak itu.
Freya dengan cantiknya bak putri kerajaan memakai gaun pengantin putih model off-the-shoulder dengan aksen high slit yang bertabur bebatuan diamond di pinggirnya.
Gaun pamer bahu tersebut mengingatkan kita dengan royal wedding pangeran Inggris beberapa tahun lalu. Apalagi keduanya dirancang oleh desainer yang sama. namun bedanya yang ini dirancang dengan sangat expres hanya kurang lebih empat belas hari pembuatannya. gaun yang menonjolkan bagian bahu indah memang memiliki desain minimalis dengan twist dramatis.
sedangkan Kevan, memakai setelan jas satu dengan warna yang seluruhnya putih mulai dari kemeja, rompi, dasi hingga bawahannya membawa kesan sakral yang kental. dengan ditambah detail saputangan saku berwarna gold. membuat ketampanannya semakin sempurna bak titisan dewa Yunani.
Setelah menjalani prosesi pernikahan yang sangat sakral, keduanya berjalan bergandengan menuju keluar gedung. Sang pengantin akan melempar bunga buket kepada tamu undangan dengan posisi membelakanginya.
" Freya, lemparkan ke arahku !!" teriak Raya.
" come on, throw the bouquet flowers at me !!"
balas teriakan Emily yang menggandeng kekasihnya itu.
Lalu dengan beberapa hitungan, Freya dan Kevan melemparnya sangat jauh dan menjadi rebutan para tamu undangan.
Siapa yang mendapatkan bunga buket tersebut, konon katanya akan mendapat jodoh dalam waktu dekat loh. Dan yang sudah memiliki pasangan, dipercaya akan segera melangsungkan pernikahan seperti yang diidamkan. tapi sepertinya itu hanyalah mitos belaka, karena sesungguhnya jodoh itu sudah ada yang menentukan.
dan ternyata buket bunga sudah berada ditangan seseorang yang berdiri paling belakang.
" Revan ?"
Freya mengucek matanya hanya memastikan bahwa pandangannya salah.
tapi sosok Pria bersetelan jas serba hitam itu benar benar Revan.
" thank you for your bouquet. "
teriak Revan pada pasangan pengantin itu.
semua mata tamu undangan kini tertuju pada pria yang memegang buket.
" hey, Revan. kok kamu bisa disini ?"
Raya menghampiri lalu menyapanya.
" dia mengundangku." jawabnya datar.
" dia ? siapa? Freya ? tidak...tidak.. tidak mungkin Freya mengundangmu."
ucap Raya menggeleng-gelengkan kepalanya heran.
" Kevan yang mengundangku."
" What ??", Raya melotot tak percaya.
" entah lah, kemarin lusa tiba-tiba ia mengirim undangan itu via email."
Raya hanya terdiam sambil berfikir.
apa maksud Kevan mengundang Revan ? dan dari mana Kevan tau tentang Revan kalau selama ini Freya tidak pernah menceritakan masa lalunya ?
entahlah. mungkin dia menyewa detektif untuk menyelidikinya.
sementara itu, pasangan pengantin diarah sana sedang sibuk menjamu para tamu undangannya. Kevan mengenalkan istrinya pada beberapa dokter yang bekerja dirumah sakitnya.
" Fre, kenalkan ini dokter Daniel. dia sahabatku dari semasa kuliah dulu."
" hi, Freya. akhirnya kita bisa bertemu langsung, setelah Kevan banyak cerita tentangmu." sapa Pria tampan berkaca mata itu.
Freya hanya tersenyum membalasnya. pandangannya masih tertuju pada Revan yang sedang bersama Raya dipojok sana. ternyata diam-diam Kevan memperhatikan pandangan Freya yang terlihat galau itu.
" apa kau mau menemuinya ? mari ku temani."
ucap Kevan sambil meraih pinggang Freya mengajaknya berjalan menemui Revan dan Raya.
" Hi, Revan. terimakasih anda telah datang jauh-jauh untuk menyaksikan pernikahan kami. "
ucap Kevan terlihat ramah dan berjabat tangan dengan Revan.
" sama-sama. selamat ya, Fre. semoga kalian bahagia. "
tangan Revan beralih menyambut tangan Freya.
Freya hanya tersenyum getir.
" badboy ku. dia datang ke acara pernikahan ku."
lirihnya dalam hati.
kini tampak mereka sangat canggung. hanya diam dengan pandangan mata mereka yang beredar masing-masing memandangi para tamu lainnya.
" Kamu Revan ya? "
tiba-tiba Shofi datang mencairkan suasana.
" iya Tante, apa kabar ?"
mereka bersalaman. lalu James pun datang menyusul Shofi.
" Revan ?"
sapa James.
" iya Om. "
melihat pemandangan itu membuat Kevan merasa sungguh tidak nyaman. rasanya ingin segera berakhir saja pesta ini agar semua para tamu undangan pergi.
" ma, pa... kami kesana dulu ya. " ucap Kevan.
" ya. silahkan Kevan. kalian pergilah. temui tamu undangan yang lainnya." jawab James.
Kevan merangkul Freya dengan erat. lalu membawa pergi jauh-jauh jadi sang mantannya itu.
dan Revan melirik tajam tangan Kevan yang merangkul pinggang Freya seperti tatapan tidak ikhlas. melihat itu Raya langsung menyikut perut Revan. Aww !!
" lupakan dia, Rev."
bisik Raya pada Revan.
Akhirnya pesta pernikahan itu pun selesai. Kevan dan Freya sepakat untuk langsung tinggal di apartemen milik Kevan untuk sementara waktu karena rumah baru mereka sedang tahap finishing.
" bener kamu gak nginap dulu dirumah, Fre?"
tanya Shofi sedikit sedih.
" Kevan meminta ku langsung tinggal di apartemennya, ma. Freya bisa apa coba ?"
ucap Freya sambil bergelayut manja.
" cieehh... istri Sholehah. nurut bener apa kata suami. "
ledek Freya tertawa.
" sialan kamu, Ray. awas kamu ya kalau buat kamarku berantakan selama aku gak ada."
umpat Freya. dan Raya hanya terkekeh.
" iya. iya. sekarang akulah yang jadi anaknya om James dan Tante Shofi. sudah pergilah sana !"
semuanya tertawa, termasuk Larry yang sebelumnya jarang tertawa kini ikut hanyut bersama kebahagiaan keluarga nya itu.
" tapi besok aku pasti kerumah kok, ma."
" iya lah. kamu kan janji ngajak aku jalan-jalan sebelum besok lusa balik ke indo."
ucap Raya.
" tinggallah beberapa hari lagi disini, Ray. kapan lagi kamu main main kemari."
kata James.
" maaf Om, Tante. tapi Raya tidak bisa lebih lama lagi. banyak kerjaan yang menumpuk."
ucap Raya sambil nyengir. Shofi tersenyum sambil mengusap-usap punggung Raya.
" Mama Shofi, Papa James, kami pamit ke apartemen sekarang ya."
ucap Kevan kemudian.
James dan Shofi pun mengangguk. mereka menyadari kiri putrinya sudah bukan tanggung jawabnya lagi. sejak itu Freya menjadi tanggungjawab suaminya.
.
.
.