Pagi harinya Freya terbangun. tampak Kevan masih tertidur lelap disebelahnya.
seluruh tubuhnya terasa sakit, terlebih rasa perih yang ia rasakan diarea sensitifnya ketika berjalan ke arah kamar Mandi untuk membersihkan diri.
Freya berusaha melupakan kejadian semalam dengan berendam air hangat dibathtub, sambil bermain-main dengan busa-busa ber-aromakan musk yang menyegarkan.
sementara Kevan tak lama kemudian terbangun dari tidurnya. dilihat sosok istri sudah tidak ada disampingnya.
" kemana kucing kecil itu ?!", gumam Kevan.
lalu ia beranjak turun dari ranjang. namun terdengar suara Kran air menyala dari dalam kamar mandinya yang tertutup.
" ternyata lagi mandi." ucapnya dalam hati lega.
diliriknya noda darah yang sudah mengering diatas seprei putih ranjangnya.
" aku telah salah menilainya. ternyata dia benar-benar menjaga dirinya dengan baik. pantas saja pria itu mengejarnya."
umpat Kevan sambil mengepalkan kedua lengannya teringat kejadian kemarin.
tak lama kemudian Freya keluar dari kamar mandi hanya mengenakan bathrobe dan rambut basah yang dililitnya dengan handuk, karena Freya mengira Kevan masih tertidur pulas akibat mabuk dan tingkahnya semalam yang brutal.
melihat pemandangan itu membuat Hasrat Kevan kembali teruji.
tapi nampaknya Freya bersikap lebih cuek kali ini.
ia berjalan ke arah meja riasnya lalu membuka lilitan handuk yang menutupi rambut basahnya dan lalu mengeringkan nya dengan hair dryer.
Kevan terus saja menatap Freya tanpa mengalihkan pandangannya kearah mana pun.
" apa tidak ada kerjaan lain selain menatap ku seperti itu, Kevan ?"
ucap Freya meliriknya dari pantulan cermin besar dihadapannya.
mendengar itu Kevan langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.
" mandilah sana ! gosok gigi yang benar, biar mulutmu tidak lagi bau alkohol. seorang dokter itu harusnya memberi contoh gaya hidup yang sehat."
mendengar itu membuat Kevan jadi meradang. dia lalu mendekati Freya. mengambil paksa hairdryernya lalu menyimpan diatas meja, kemudian mendorong tubuh Freya sampai ke dinding.
" kamu mau apa ? memperkosaku lagi? "
ucap Freya menantang.
Kevan mengangkat wajah Freya dan langsung mencium bibir Freya tanpa ampun. Freya hendak berontak namun lengannya dipegang tangan Kevan dengan posisi menempel didinding. lalu Kevan pun melepaskan ciumannya itu ketika dirasa ia mulai membutuhkan oksigen untuk bernafas.
" sekarang mulutku sudah tidak bau alkohol lagi."
ucap Kevan menyeringai.
segera disaat lengah Freya mendorong Kevan agar menjauh. dan Kevan pun berlalu untuk membersihkan dirinya dikamar mandi.
ringtone ponsel Freya pun berdering diatas nakas. segera Freya meraihnya. ternyata Raya menelponnya.
" Fre, apa hari ini kau akan mengantarku ke Bandara ?"
tanya Raya disebrang sana.
" sepertinya aku tidak bisa mengantarmu, Ray. "
lirih Freya. bagaimana mau mengantar ke bandara kalau Raya ternyata berangkat bersama Revan.
" owh, baiklah tidak apa-apa, Fre. aku sudah dengar kejadiannya dari mulut Revan."
Freya terkejut.
" Revan sudah bercerita pada mu ?"
" iya. dan dia sangat menyesal atas sikapnya kemarin yang tidak bisa mengontrol dirinya."
jelas Raya.
" oo...begitu."
" aku cuma khawatir sama kamu, Fre. apa kamu baik-baik saja ? apa Kevan memperlakukan mu dengan buruk ? "
tanya Raya.
" sudahlah, Ray. aku gak apa-apa. aku hanya sudah tidak suci lagi sekarang."
mendengar itu malah membuat Raya tertawa puas.
" congratulations..."
" shit !! kenapa ? kau meledekku, Ray? "
umpat Freya.
" no. I was very happy to hear that. semoga kamu cepat hamil ya, Fre. "
" Rayaa !!", teriak Freya kesal.
Raya disebrang sana terdengar tertawa makin renyah.
" oke. kamu hati-hati ya Ray. kabari aku bila sudah sampai. "
" oke Freya. sampai jumpa lagi ya. see you, best friend. "
" see you, my best friend."
akhirnya nya Freya menutup telponnya. sambil senyum-senyum sendiri mengingat persahabatan keduanya yang terjalin lamanya.
" kenapa senyum-senyum? apa baru dapat telpon dari sang mantan itu lagi, hah ?"
tiba-tiba Kevan sudah berada dihadapannya sambil menyugar rambutnya yang basah.
" bukan. tadi dari Raya. dia pamit mau pulang ke Indonesia."
jawab Freya datar.
" kenapa tidak mengantarnya ke bandara saja? "
tanya Kevan.
" Raya pulang bersama Revan. apa kamu akan tetap mengijinkan aku mengantarnya ke bandara ?"
ucap Freya menantang.
" tidak perlu. "
jawab Kevan jadi sensitif bila nama Revan disebut-sebut.
Freya hanya tersenyum miring lalu berjalan kearah lemari untuk berganti pakaian.
" Kevan, bisakah kau keluar sebentar ? aku mau ganti pakaian dulu."
ucap Freya masih memilih-milih pakaiannya.
" kok harus keluar ? aku sudah melihat seluruh tubuhmu kenapa harus malu ? "
jawab Kevan malah terkekeh.
Freya mendengus. akhirnya ia mengalah masuk ke kamar mandi sambil menenteng pakaian gantinya.
Kevan hanya tersenyum miring sambil menatap punggung Freya yang masuk ke kamar mandi.
" kamu memang menggemaskan dan selalu membuatku penasaran. Fre."
lirihnya kagum.