Hari pertama Freya mulai bekerja diperusahaan James. Ada rasa kurang percaya diri saat ia menginjakan kaki pertama kalinya digedung berlantai lima belas itu. Beberapa pasang mata tengah memandangnya dengan tatapan asing namun ramah. Mereka menyunggingkan senyumnya setiap kali berpapasan.
Ah, mungkin mereka tau bahwa Freya, putri dari pemilik perusahaan ini.
Sebagai pemula James sengaja menempatkan Freya dibagian staff administrasi keuangan. Karena ia ingin melihat dulu kemampuan putrinya sebelum menempatkannya diposisi yang lebih tinggi.
Ruangan kerjanya cukup luas yang dihuni oleh beberapa orang termasuk Freya. Masing-masing staff memiliki meja kerja dengan berbagai perlengkapan kantor diatasnya seperti computer, alat tulis, kertas dan berkas-berkas.
" Hi, kamu Freya ya ? aku Emily."
Seorang wanita cantik berambut blonde itu mendekatinya sambil tersenyum.
"Hi, senang berkenalan dengan mu. Emily."
Balas Freya tersenyum.
Tiba-tiba senyum dari keduanya memudar ketika Larry datang dengan membawa setumpuk berkas-berkas dan menjatuhkan dimeja kerja Freya.
" Sudah selesai berbincangnya, nona-nona ?!"
Sindir larry melirik tajam pada gadis berambut blonde itu yang sontak saja membuatnya melangkah mundur sambil membungkukan tubuhnya lalu balik kanan menuju meja kerjanya.
" Kamu pelajari berkas-berkas ini lalu saya tunggu laporannya usai jam makan siang nanti."
Ucap Larry lalu pergi begitu saja meninggalkan Freya yang masih melongo melihat setumpuk berkas laporan itu. Freya hanya mengernyitkan dahinya sambil mengangkat bahunya.
" Terserahlah. Kalau itu membuat aunty senang."
Gumam freya lalu menjatuhkan pantatnya dikursi dan mulai membuka isi dari berkas-berkas ini. matanya melotot ketika melihat berkas laporan keuangan harian, bulanan, taunan.
Oh God !! inikah yang namanya bekerja ? awalnya terlihat seperti lebih menyenangkan, tapi nyatanya lebih rumit daripada menyusun sidang skripsi. baru hari pertama Freya bekerja namun Aunty Larry telah berhasil membuatnya stres dimana Freya harus menghadapi keadaan dimana dirinya menghadapi tugas atau pekerjaan yang tidak bisa atau belum bisa dijangkau oleh kemampuannya. Jika kemampuan seseorang baru sampai angka 5 (lima) tetapi menghadapi pekerjaan yang menuntut kemampuan dengan angka 9 (sembilan), maka sangat mungkin sekali orang itu akan terkena stres kerja.
" ayoo, semangat, Freya !!", lirihnya menyemangati diri sendiri.
Tak terasa jam makan siang pun tiba, perut Freya sudah keroncongan dari tadi sejak berkutat mempelajari angka-angka didalam berkasnya itu. Sungguh membosankan.
" Diujung jalan sebrang sini ada restoran yang sangat enak. Apa kau mau ikut bersamaku, kita makan disana !"
Ajak Emily sambil tersenyum.
Tak butuh waktu lama untuk berfikir freya pun mengiya kan. berhubung cacing cacing diperutnya sudah kelaparan.
***
Wow ternyata benar, restoran bernama 'Bloom' dengan aneka makanan khas irlandia yang sangat menggugah selera.
Karena kecintaannya dengan rasa pedas, Freya memesan makanan yang tidak terlalu mengenyangkan namun bisa membuat moodnya lebih bagus. Spice Bag. kudapan popular diDublin, berisi campuran kentang goreng dan ayam goreng tepung yang dibalut saus manis pedas.
Sedang Emily si rambut blonde itu memesan hidangan Bangers and Mash. Berupa sosis yang disajikan diatas kentang tumbuk lalu disiram dengan saus dan diberi toping bawang goreng dan kacang polong.
"Bagaimana ? enak tidak makan disini ?"
Tanya Emily sambil mengunyah makanannya.
" It's really delicious."
Balas Freya dengan semangat.
Mereka pun kembali menikmatinya makan siangnya sambil berbincang ringan diselingi dengan tertawa kecil. Membuat mereka semakin akrab diawal perkenalan nya.
" Maaf, aku ke toilet dulu ya."
Tiba-tiba perutnya freya merasa mules. Apa sehebat itu reaksi dari rasa pedas yang barusan dilahapnya ? dengan berjalan cepat ia pun bergegas kearah toilet.
A few minutes later.
Freya keluar dari toiletnya dengan raut muka yang lega. Ia pun bergegas menuju Emily yang tengah menunggunya di meja.
" Sorry, make you wait too long, Emily."
"Its okay." Balasnya.
Tidak lama kemudian mereka memutuskan segera kembali ke kantor karena jam makan siang sudah hampir habis.
***
Freya dan Emily sudah kembali ke ruangan kerja. dengan gesitnya layaknya mainan remote control yang batrenya baru diisi full.
Freya teringat pesan Larry yang meminta laporan seusai jam makan siang tadi. ia pun segera bergegas ke ruangan Larry yang masih berada satu lantai dengannya.
" Nona Freya, dipanggil ke ruangan Mr. James, segera !!"
Kata pria berambut ikal bernama Thomas, rekan kerja seruangannya yang baru saja menutup gagang telfon sambungan intercom.
" saya mau ke ruangan Mrs. Larry dulu sebentar."
" tidak perlu. sepertinya mrs. Larry juga ada diruang Presdir."
jawab Thomas meyakinkan.
Freya pun membulatkan matanya,
" Okay. thanks, tuan Thomas."
Freya langsung balik badan menuju ruangan James dilantai lima. Ketika berjalan menuju lift, tiba-tiba kakinya tersandung karpet lantai yang ujung lipatannya ternganga.
Untungnya Freya tidak sampai jatuh mencium lantai karena seseorang menahannya dari arah depan sehingga posisinya seperti berpelukan.
" Hei, hati-hati nona."
Ucap pria itu sambil mendorong pelan tubuh freya dari dekapannya.
Freya pun mendongak keatas melihat wajah pemilik suara baritone yang sepertinya pernah didengar.
" Kamu lagi ?"
Freya terkejut ternyata dia adalah pria semalam yang menumpahkan sup panas ke pergelangan tangannya itu.
" lagi lagi, dasar gadis ceroboh."
gumam pria itu sambil buru buru masuk lift karena pintu lift sudah terbuka.
Melihat itu Freya pun buru-buru langsung ikut masuk ke lift. Mereka saling diam karena didalam lift tidak hanya mereka berdua.
ketika pintu lift terbuka dilantai lima, Freya dan pria itu keluar bersamaan.
" Kenapa mengikutiku ?"
Tanya Pria itu tersadar lalu berbalik badan menatap sinis dan membuat freya gelagapan karena baru sadar pria yang dihadapannya kini jauh lebih ganteng dari revan. Memiliki postur tubuh yang tinggi proposional, bermata hazel, berahang tegas, dan berbibir seksi itu. Ah, membuat Freya jadi kalang kabut. sepertinya antara mulut dan otaknya menjadi tidak sinkron.
" Hhmm. anu. eh, maaf aku mau ke toilet disana."
Jawab Freya sambil jarinya menunjuk ke arah papan petunjuk bertulisan TOILET diujung koridor. Freya pun melangkah cepat kearah koridor tersebut meninggalkan sosok pria bak titisan dewa itu.
" Shit !! kenapa aku yang jadi salah tingkah ?" umpatnya dalam hati.
Freya menghentikan langkahnya dan membalikan badannya. syukurlah, ternyata pria itu sudah pergi. Akhirnya Freya pun kembali kearah ruangan pribadinya James, Presdir di perusahaan ini.
tanpa mengetuk atau permisi, Freya dengan begitu saja masuk kedalam pintu kaca itu.
" pa, pa..."
mulutnya terhenti ketika didapatinya beberapa orang diruangan. " sial !! bodoh sekali tidak mengetuk pintu lebih dulu." gumamnya dalam hati.
semua mata tertuju pada Freya. diruangan itu sudah ada James, Larry, Jeany (sekertaris James), Brandon (bagian teknik) dan Pria itu ??
mata Freya langsung melotot ketika melihat sosok Pria yang berkali-kali membawa kesialan padanya.
" lain kali ketuk pintu dulu kalau mau masuk."
ucap Larry dengan nada datar seperti biasanya.
" i am sorry. "
jawab Freya sambil menggigit bibirnya.
" duduklah, fre."
ucap James kemudian.
perlahan Freya pun duduk dikursi sebelah Larry.
" kamu sudah kenal kan dengan orang-orang disini selain papa dan Larry?"
tanya James menatap hangat pada Freya yang berada dihadapannya.
" iya pa. aku sudah mengenal Jeany dan tuan Brandon tadi pagi. "
" kalo Tuan Kevan ?"
tanya James sambil matanya melirik ke arah Pria itu.
Freya pun melirik dengan sudut matanya sekilas.
" Oh tuan Kevan namanya." gumamnya dalam hati.
" ini tuan Kevan O'Neil. dia pemegang saham setengahnya diperusahaan ini."
Freya langsung mendongak kaget mendengar pernyataan James.
" Lho, bukannya perusahaan ini seratus persen punya kakek ?", tanya Freya penasaran.
" itu dulu. sebelum perusahaan kita mengalami krisis finansial."
ucap Larry datar.
" iya, Fre. tuan Kevan membantu papa untuk membeli separuh saham kakek agar perusahaan ini bisa terus ada. dan lihatlah, perusahaan ini jadi lebih maju dari sebelumnya."
Freya tak bergeming. pikirannya masih perlu waktu untuk mencerna semuanya. bagaimana bisa James menjual separuh sahamnya pada pria sombong itu.
" tuan Kevan, perkenalkan ini putri tunggal saya. Freya Finnian Geralt."
Pria itu hanya meliriknya sekilas sambil mengangguk kearah James.
Freya mendengus. tuh kan sombong. mentang-mentang posisinya diperusahaan ini sama dengan papa James.
" oke, sekarang kita akan membahas masalah progres pembangunan apartemen didaerah Sligo. sudah sampai dimana tuan Brandon? tolong jelaskan!"
Freya hanya menyimak semua pembicaraan James dan orang-orang terkaitnya itu. berusaha mencerna setiap bahasan yang diutarakan masing-masing personil.
Yup, memang semuanya butuh proses. semangat Freya... kamu pasti bisa.