Setelah dari ruangan Kevan, Freya pun bergegas menuju meja kerjanya. dihidupkannya tombol Power pada CPU komputernya. dan ia pun mulai memencet-mencet setiap alphabet yang ada dipapan keyboard menyalin tulisan yang ada diberkas itu.
" tadi si ganteng itu ngapain kamu, Fre? "
bisik Emily berbisik sambil menggeser kursi kerjanya yang beroda itu mendekati Freya.
" hush !! jangan bicara sembarangan, Emily !"
balas Freya melotot ke arah kawannya itu.
" so, please tell me now what you were talking about."
pelas Emily penasaran.
" nanti siang tuan Kevan mengajakku ke Proyek di Sligo. " jawab Freya masih serius menatap komputer nya.
" What? are you kidding me? "
bola mata Emily terbelalak.
" no. " balas Freya.
" Sligo itu tempat paling romantis. apa kamu pernah berkunjung ke sana ?"
Freya hanya menggeleng.
" andai saja aku yang diajak tuan Kevan ke Sligo. ooohh sempurna sudah. tempat yang indah ditemani pria tampan setampan tuan Kevan. "
ucapnya sambil menarik kembali kursinya menjauh menjauh menuju meja kerjanya.
Freya hanya tersenyum melihat tingkah Emily yang hampir mirip dengan karakter nya Raya Aziza, sahabatnya itu.
Ah, Freya jadi ingat Raya. apa kabarnya dia di Bali sana ya ?
Freya langsung mengambil ponsel nya hendak menghubungi Raya. tapi setelah dipencet nomernya ternyata nomernya sedang tidak aktif. lalu Freya pun menaruh kembali ponselnya ke atas meja.
***
Setelah jam makan siang, akhirnya Freya dan Kevan berangkat menuju Sligo menggunakan mobil Pribadi Kevan tanpa seorang Sopir.
" gak sama sopir? "
tanya Freya kaget setelah tersadar hanya mereka berdua yang berada didalam mobil.
" aku tidak biasa pakai sopir. kesannya seperti pria yang tak berdaya saja."
jawabnya datar.
selama diperjalanan mereka jarang sekali bicara. Freya sibuk dengan memainkan ponselnya dan Kevan tetap fokus dibalik kemudinya.
" tuan James pernah bilang, katanya dulu kamu pernah bersekolah di St. Primary School. benarkah itu? "
tanya Kevan memulai pembicaraan lagi.
" iya, dulu pernah bersekolah disana selama lima tahun sampai akhirnya pindah ke Indonesia. "
" kalau begitu kita satu almamater."
" Oya ? jadi tuan Kevan bersekolah disana juga? kok saya belum pernah melihat tuan dulu ya. "
hahaha...Kevan malah tertawa.
" selisih umur kita tidak beda jauh kan? aku jalan dua puluh empat tahun. tuan Kevan ? "
" dua lima. "
jawabnya singkat.
" tuh kan, seharusnya dulu kita saling mengenal. atau setidaknya familiar."
ucap Freya sambil berusaha mengingat-ingat.
" sudahlah... jangan terlalu dipikirkan. itu kan hanya masa lalu. "
jawab Kevan.
" iya, tuan."
" jangan panggil saya Tuan !! "
ucap Kevan dengan nada tegas.
" lantas? "
" panggil saja nama. bukan kah kita hampir seumuran ? "
" bukan kah anda sendiri yang tadi bilang kalo posisi saya berada jauh dibawah posisi anda. dan saya menghormati anda sebagai atasan saya. "
jawab Freya mengena.
" makanya anda jangan membantah apa kata atasan. saya bilang panggil saya nama ya nama. "
Freya hanya mencibir. rasanya sudah malas debat sama CEO yang satu ini. apapun selalu salah dan hanya dia yang boleh benar.
setelah memakan waktu tempuh kurang lebih 3 jam akhirnya tiba juga di kota tujuan.
Sligo, kota yang terletak di barat laut Irlandia ini bisa membius setiap pendatang baru termasuk Freya
dengan berbagai pemandangan alamnya dan tata kota yang begitu sejuk dipandang. Ya, kota tempat masa kecil para personel boyband Westlife ini memang sungguh menggoda.
hari mulai sore akhirnya Freya dan Kevan memutuskan beristirahat dulu dihotel. dan mereka memesan dua kamar.
" tuan Kevan, eh Kevan. ponsel ku lowbat. bolehkah aku meminjam ponselmu untuk mengabari mama bahwa aku akan menginap disini ?!"
" tenang saja, tadi aku dilobby sudah menghubungi tuan James di Paris, juga nyonya Shofi bahwa kamu sedang bersamaku di Sligo. sekarang pergilah ke kamarmu dan istirahatlah. "
Freya mengangguk tenang. syukurlah kalau begitu.
" nanti malam jam 7 saya tunggu dilobby hotel. kita akan makan." ucap Kevan lagi.
" oke."
Freya pun lalu beranjak pergi ke kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Kevan.