" hey, nona. apa kau mau menginap diruangan ini ?"
ucap Emily sambil menenteng tasnya hendak pulang.
" duluan saja, Emily. sebentar lagi aku pulang."
jawabku, berharap Emily cepat pulang sebelum Kevan datang lagi menjemputnya.
" baiklah, aku akan menunggumu."
" no, no , Emily. sebaiknya pulanglah. hari mulai gelap."
kata Freya lagi meyakinkan Emily.
" tapi tidak apa-apa kan bila kutinggal sendiri ?"
tanya Emily sedikit tidak enak pada Freya.
" its okay, Emily. sebentar lagi sopirku datang menjemput. pulanglah. "
" oke. see you, Freya."
" see you, Emily."
jawab Freya bernafas lega. akhirnya semua penghuni dikantor ini sudah tidak ada. paling cuma security didepan.
Freya pun mulai membereskan peralatan kerjanya. lalu berjalan ke arah Lobby kantor. matanya beredar mencari sosok vampire berwajah tampan itu. ah, jadi inget Edward Cullen di twilight. tapi bedanya yang ini manusia seutuhnya yang menyerupai vampire. mendekati mangsanya lalu mengancamnya, dan setelah menikah nanti mungkin akan menghisapnya tak ada sisa.
tiba-tiba seseorang merangkul pundak Freya. dan menggiringnya keluar gedung kantor itu.
security yang ada didepan pintu itu tersenyum sambil membungkukkan badannya. Freya melihatnya jadi malu dan tidak enak hati. apalagi kalo di lobby itu masih banyak orang. sudah dipastikan banyak bisik-bisik tetangga dari arah kanan kiri.
" Kevan, bisa turunkan tanganmu itu? "
ucap Freya semakin risih.
" lho, kenapa ? cepat atau lambat mereka akan tau tentang hubungan kita. apalagi kita akan segera menikah."
jawab Kevan enteng.
mendengar itu Freya jadi malas debat dengan dia. rasanya percuma. akhirnya Freya hanya diam membisu sambil melihat jalan dan kendaraan didepannya dibalik kaca mobil Kevan yang sedang melaju.
" mau mampir makan dulu ?", tanya Kevan.
" tidak. aku mau makan dirumah saja. "
" oke."
akhirnya tibalah dikediaman rumah James. Freya dan Kevan pun masuk disambut hangat Shofi.
" tuan dokter, apa kabarnya ? "
" baik nyonya Shofi. bagaimana dengan kabar anda ?"
" saya baik-baik saja."
Kevan terlihat sangat ramah dan sopan ketika berbincang dengan mama Shofi. tapi pada Freya, terkadang sikapnya lembut dan terkadang sangat kasar.
" aku lapar nih ma. aku mau makan ya. "
ucap Freya sambil beranjak menuju meja makan.
" tidak mandi dulu, Fre ? ", tanya Shofi.
" nggak ah, nanti saja sekalian. "
jawab Freya.
Shofi hanya menggeleng gelengkan kepalanya.
" tuan dokter ikut makan sekalian ya bareng Freya. ayolah..."
ajak Shofi menarik Kevan untuk duduk disamping Freya.
" nanny, tolong siapkan piring satu lagi untuk tuan dokter !!"
pinta Shofi meminta tolong pelayan rumahnya.
akhirnya mereka bertiga melahap tuntas makan malam bersamanya. dan diakhiri dengan dessert puding buah yang bikin seger.
" terima kasih untuk makan malamnya, nyonya Shofi." ucap Kevan.
" sama-sama tuan dokter. "
" jangan panggil saya tuan dokter. panggil Kevan aja, nyonya Shofi. karena sebentar lagi saya akan menikahi putri anda."
uhuk..uhuk !! tiba-tiba Freya tersedak pudingnya.
bola mata Shofi membulat, memandang bergantian ke arah Freya dan Kevan dihadapannya.
" tunggu !! maksudnya apa ya?"
tanya Shofi penasaran.
Freya menyikut lengan Kevan sambil melirik ke arah Kevan.
" maksudnya, kami ingin segera menikah." ucap Kevan.
" ciih. kami ? elu kali yang ngebet nikah ", umpat Freya dalam hati kesal.
Shofi terlihat kaget namun lama-kelamaan bibirnya tersenyum lebar.
" kok Freya tidak pernah cerita kalo kalian punya hubungan ?"
mendengar pertanyaan itu, Kevan terlihat gelagapan kebingungan. hah, rasain lu, Kev.
" ehm, iya, mungkin malu. nyonya Shofi."
Shofi pun tertawa mendengarnya.
" berarti sekarang kamu juga jangan panggil nyonya. tapi mama Shofi."
ucap Shofi melanjutkan tawanya.
Kevan mengangguk tanda setuju. sedangkan Freya tak bergeming dari tadi.
" apa papa James sudah tau tentang hubungan kalian ?", tanya Shofi penuh semangat.
" sudah, ma. " jawab Kevan.
Freya langsung bereaksi kaget.
" kapan kamu ngomong sama papa ?"
" kemaren malam. dan ia setuju bahwa dua Minggu lagi kita akan menikah."
jawab Kevan enteng sambil merangkul pinggang Freya yang melotot tak percaya.
" wow. surprise. berarti dua Minggu kedepan kita akan disibukan dengan pernikahanmu, Fre."
ucap Shofi terlihat senang dari binar-binar matanya.
lalu Shofi beranjak meninggalkan keduanya hendak menelpon James karena rasanya sudah tidak tahan untuk berbagi kebahagiaannya bersama suami tercintanya.
Freya hanya menunduk dengan menggigit bibir bawahnya.
tiba-tiba tangan Kevan menyentuh dagu Freya dan mengangkat wajahnya hingga mendongak ke arah wajah Kevan.
" kau, bisa membatalkannya bila kau mau. tapi keluargamu lah yang akan menanggung akibatnya. "
ucap Kevan menatap tajam pada mata birunya.
Freya menghempaskan tangan Kevan dari wajahnya.
" sebegitu terobsesinya kamu ingin menikahi ku ?
jangan khawatir Kevan, aku tidak akan membatalkannya. "
Kevan menyeringai, " bagus lah. "
tak lama kemudian Shofi datang lagi dan Kevan langsung berpamitan pulang.
" dasar serigala berbulu domba !"
umpat Freya sambil beranjak manaiki anak tangga menuju kamarnya.