Sudah hampir satu jam Kevan menunggu Freya di Lobby hotel. Namun belum terlihat juga tanda-tanda kedatangan gadis itu. Kevan mencoba menelponnya tapi tidak aktif.
Ah, ia baru ingat tadi ponsel Freya lowbat dan mungkin saat ini ponselnya tengah di charge. Lalu ia mencoba minta tolong petugas receptionist untuk menelponnya melalui saluran intercom. Lagi-lagi tidak diangkatnya.
" apa dia sudah tidur ? sial !! padahal malam ini ada yang mau ku tanyakan."
Umpat Kevan sedikit kesal.
Ternyata sejak Kevan bertemu dengan Freya dipesta pertunangan itu, dia sangat mengenali mata birunya yang telah lama menghilang. Si mata bintang yang didalam matanya terlihat binar-binar cantik laksana pijaran bintang. Dan dengan Wajahnya yang sedikit oriental terlihat jelas bahwa gadis itu ada keturunan wajah asia nya.
Kevan meyakini gadis itu adalah gadis yang pertama kali membuatnya untuk terus memikirkannya. Entahlah, mungkin sebagian banyak orang mengatakan itu adalah cinta monyet masa kecil yang konyol. Tapi bagi Kevan, gadis itu adalah cinta pertamanya yang memiliki ruang tersendiri dihatinya.
* flashback on
Mungkin tepatnya kejadian itu sekitar dua belas tahun yang lalu, Kevan diam-diam selalu memperhatikan seorang gadis yang selalu sendirian. Tidak banyak memiliki teman dan selalu menghabiskan waktu istirahat sekolahnya membaca buku diperpustakaan.
Hari itu dari kejauhan Kevan melihat gadis itu sedang asik duduk ditepian kolam taman belakang sekolah sambil membaca buku. Sampai tiba-tiba ada sekelompok anak perempuan mendekati gadis itu membentuk barisan berdiri melingkar. Dan dengan cepat, salah satu dari mereka mengambil paksa buku yang tengah dibacanya. Gadis itu pun mendongak lalu berdiri.
"" hey !! kembalikan milikku !"", teriaknya sambil meronta-ronta.
Namun mereka tak henti tertawa meledeknya sambil melempar bukunya secara estafet.
" ambilah kalau bisa, bodoh !"
Kata salah satu dari mereka sambil mengangkat bukunya tinggi-tinggi.
Gadis itu pun berusaha mengambil bukunya dengan berjinjit-jinjit. Tapi apalah daya, tinggi badannya masih jauh dibawah mereka. Sepertinya mereka memang kakak kelasnya, karena terlihat dari fisiknya yang lebih tinggi dan besar dari gadis malang itu.
Sampai akhirnya Buku itu tiba-tiba dilempar jauh ketengah kolam. Lalu segerombolan anak-anak nakal itu pergi dengan penuh tawa puas.
Melihat bukunya sudah mengambang ditengah kolam, gadis itu tanpa ragu menceburkan tubuhnya yang masih lengkap dengan tas ransel dipunggungnya. Semakin ke tengah ternyata kolam itu semakin dalam. Tiba-tiba gadis itu terpeleset dan terjatuh. Ternyata gadis itu tidak pandai berenang hingga terlihat oleh Kevan hanya tinggal tangannya melambai-lambai mengisyaratkan minta tolong. seluruh tubuhnya sudah tidak terlihat.
Suasana dibelakang sekolah itu sudah terlihat sepi karena jam sekolah memang telah usai. Dan Kevan memang sedang mengawasi gadis itu penasaran. Melihat itu Kevan pun berlari lalu membuang tas ranselnya langsung terjun kearah tengah kolam untuk menolongnya lalu membawanya ketepian kolam.
Gadis itu Nampak kedinginan dan batuk-batuk dengan nafas yang terengah-rengah. Sekujur tubuhnya basah kuyup termasuk tas ransel yang masih menempel dipunggungnya.
"" dasar gadis ceroboh."
Lirihnya sambil berlalu pergi meninggalkan gadis itu sendirian karena dirinya juga telah basah kuyup. Dan memang saat itu sopir pribadinya kevan telah menemuinya untuk menjemputnya pulang.
" semoga dia baik-baik saja dan segera pulang."
Gumam Kevan saat memasuki mobil jemputannya.
* flashbach off
dan ingatan nya kembali buyar stelah suara ponsel miliknya berbunyi. Mr.James is
calling
" apa kalian baik-baik saja ? kenapa ponsel Freya tidak bisa dihubungi ?"
" ponsel Freya kehabisan batre. tapi ia baik-baik saja sedang beristirahat dikamar hotelnya."
" oke, aku titipkan Freya padamu. karena aku yakin kau pria yang baik, Kevan."
" jangan khawatir tuan James, aku akan menjaganya untukmu."
" terimakasih. sampai jumpa."
setelah mengakhiri panggilannya, Kevan akhirnya memutuskan untuk kembali kekamar hotelnya, karena rasa laparnya kini sudah hilang dengan tidak datangnya freya malam itu.
" gadis itu, selalu saja membuatku penasaran."
Lirihnya seraya tersenyum miring lalu memejamkan mata melepas rada lelahnya seharian ini.