Chereads / In A Broken Heart To Find You / Chapter 11 - CHAPTER 11

Chapter 11 - CHAPTER 11

Sore itu, Pesawat yang ditumpangi oleh Revan dari Banjarmasin baru saja tiba. tanpa buang-buang waktu Revan meluncur menuju kediaman Freya diantar sopir pribadi yang menjemputnya dibandara tadi. tapi sayangnya jalanan saat itu terlalu padat hingga menyebabkan kemacetan yang panjang.

Setelah kurang lebih 1,5 jam barulah sampai ditujuan. Revan segera turun, setelah sampai didepan rumah bergaya minimalis itu. langkahnya yang gontai langsung mengetuk pintu kayu jati dengan tidak sabarnya.

" eh, mas Revan ? "

ucap bi asih setelah pintu rumah itu terbuka.

" Freya nya ada, Bi ??"

" kan sudah berangkat, mas."

Revan langsung mengepalkan tangannya. garisan diwajahnya tersirat rasa kecewa.

" jam berapa mereka berangkat, bi ? "

" tadi dari rumah jam 12, soalnya ke Jakarta dulu, mas."

mendengar itu tubuh Revan mendadak oleng. lalu tangannya meraba kursi yang ada disebelahnya. dijatuhkannya tubuh itu dikursi jati teras rumah.

tatapannya berubah nanar. matanya memerah karena menahan sesuatu yang dalam hitungan detik bisa turun perlahan. tapi sebelum cairan bening itu keluar, Revan segera mengusap nya dengan punggung tangannya.

" oiya, mas. non Freya sempat menitipkan surat buat mas Revan. "

mendengar itu Revan langsung berdiri.

" mana bi ? "

"sebentar ya, bibi ambil dulu dikamar si non. "

bibi hendak pergi namun disergah langsung oleh Revan.

" bolehkah aku sendiri yang mengambil nya, bi ? "

" tapi, mas... "

" percayalah, bi. aku hanya ingin berada dikamar Freya sebentar saja. bibi bisa menemaniku kalau mau. "

akhirnya bi Asih pun meng-iya kan lalu mengantarnya ke kamar Freya dilantai atas.

" mari, mas. "

bi asih membukakan kamar Freya. dan Revan perlahan melangkah masuk.

" bibi tunggu diluar aja, mas."

ucap bi asih dan Revan hanya membalas dengan anggukan.

Revan duduk diatas ranjang Freya yang didominasi warna putih. sesekali tangannya membelai bantal yang tertata rapi.

" I Miss u ", lirihnya.

pandangannya kembali ke laci nakas yang sedikit terbuka. mungkin Freya terakhir kali tidak menutupnya dengan benar. Ditariknya laci nakas itu, dan Revan tampak menohok melihat benda itu tergeletak didalam.

kalung berlian yang ia berikan dari uang jerih payahnya sendiri. ini bukan persoalan materi, tetapi masalah hati. karena untuk bertama kalinya Revan memberikan hadiah perhiasan kepada seorang wanita dan itu sebagai tanda keseriusannya dalam menjalin hubungan.

lalu diciuminya liontin kalung itu beberapa kali. tak lama kemudian disimpannya lagi benda itu kedalam laci nakas.

" kamu benar-benar meninggalkanku, Fre. semua salahku. aku benar-benar bodoh karena telah menyakiti hatimu. "

ucap Revan dalam hati menyalahkan diri sendiri.

kini pandangannya beralih pada sebuah amplop yang bertengger dimeja rias. segera Revan meraihnya lalu membacanya.

*dear you, Revan.

aku telah memaafkan mu.

tapi hubungan ini tidak bisa ku lanjutkan.

aku memutuskan mu secara sepihak.

maaf.

aku bisa atasi bila orangtua mu tak menyukaiku.

tapi ini masalahnya kepercayaan dan kesetiaan

yang tidak bisa ku gadaikan.

lupakan aku.

dan aku juga akan berusaha melupakanmu.

jangan rindukan aku.

karena itu akan memberatkan ku.

semoga kamu bahagia*

Revan perlahan melipat kembali kertas itu. hatinya luluh lantah setelah membaca surat terakhir dari Freya.

betapa bodohnya dia, membiarkan gadis pujaan hatinya pergi dengan terluka akibat prilakunya. prilaku yang tidak pernah bisa mengontrol diri.

Seorang Revan yang selalu melampiaskan masalah dan emosinya dengan mabuk-mabukan dan cinta satu malamnya itu. menjijikan sekali.

memang penyesalan tidak pernah datang diawal.

" mas Revan, sudah selesai ?"

tiba-tiba bi Asih membuyarkan semuanya.

" sudah malam, mas. saya mau pulang. "

" oh, iya bi."

Revan pun beranjak keluar dari kamar Freya. lalu bi Asih segera menutup dan mengunci kamar itu.

" Rumah ini jadinya kosong dong bi...?

tanya Revan berjalan menuruni anak tangga beriringan dengan bi Asih.

" tidak mas, rencananya dua Minggu lagi saudara sepupu nyonya Shofi mau tinggal disini bersama keluarganya. "

" Oya ? "

" iya mas, katanya sih kebetulan kerjanya dipindah tugaskan ke Bandung. jadi daripada beli rumah lagi mending menempati rumah ini saja. "

Revan hanya mengangguk. tak lama kemudian Revan pun pamit pulang.

dengan langkah yang begitu berat ia pun berusaha untuk merelakan kepergian Freya.