Pagi itu.
"Freya Finnian Geralt !!"
teriak seseorang dengan nyaringnya masuk ke kamar freya sambil menarik selimut dan didapatinya freya yang masih meringkuk didalamnya.
"hudang...hudang whoyy!"
tegasnya lagi.
'hudang'' dalam bahasa sunda artinya bangun.
" Shit !!"
umpat Freya sembari menarik kembali selimutnya menutupi tubuhnya.
"bukannya ada janji sama dosen jam sembilan ?"
Seketika bola mata freya terbelalak mendengar ucapan itu lantas dilemparnya selimut itu tepat ke muka arah suara tadi.
Yap. Suara itu milik Raya Aziza sahabat Freya dari SMP yang sekaligus tetangga karena rumahnya Cuma terhalang 3 rumah dari rumah Freya. Mereka selalu bersama mulai duduk di bangku SMP, SMA, kuliah pun ditempat yang sama dan jurusan yang sama pula. Keduanya saling membutuhkan satu sama lain karena mereka sama sama anak tunggal yang kesepian.
" Mama Kok gak bangunin sih?"
gerutu freya kesal menarik bathrobe yang menggantung disisi pintu kamar mandinya.
" yee...makanya jadi anak gadis tuh harus rajin bangun pagi biar jodohnya gak kejauhan."
ujar Raya."
" hubungannya apa coba? garing !"
sanggah Freya dibalik kamar mandinya.
Raya tidak menggubris. Sesaat terdengar suara kran air mengalir pertanda freya telah memulai ritualnya.
Sambil menunggu princess menjalani ritual mandinya, Raya duduk disisi ranjang freya dengan bola mata beredar seolah mencari sesuatu. Sampai akhirnya ada yang membuatnya menarik perhatian dan medekatinya.
" ah, ternyata dia masih menyimpannya."
gumamnya mengambil benda warna hitam menyerupai karet gelang yang dibagian tengahnya terdapat tulisan ''MARK''
Terdengar suara handle pintu diputar dan raya terkejut lalu buru-buru dikembalikannya benda itu ketempat semula.
Dilihatnya freya mengenakan bathrobe dengan rambut dililit handuk keatas.
" buruan nona, udah jam berapa nih?"
omel Raya sambil mengetuk ngetuk kaca jam tangan yang melilit ditangan kanannya.
" iya bawel."
***
Didepan ruang sidang tampak ada beberapa mahasiswa tengah berbincang. Freya dan Raya mendekatinya karena penasaran karena dengan sayup sayup mendengar nama Revan disebut dari kejauhan.
siapa sih yang tidak kenal Revan, cowok paling tenar dikampus ini.
" heboh bener. memang yang lagi sidang didalam siapa nih?"
tanya Raya menepuk bahu salah satu mahasiswa yang bergerombol disana.
" oh itu lho, Revan anak IF.15"
Jawabnya
seketika bola mata Freya terbelalak.
" What?!! Kok bisa sih."
gumam Freya yang ternyata terdengar oleh telinga Raya.
"kenapa emang?"
Raya menyikut bahu Freya.
Namun Freya tidak menggubrisnya, dia malah pergi menjauh meninggalkan Raya. rasanya Freya sudah tidak tertarik lagi menyimak orang yang disidang diruangan itu.
" ada yang gak beres nih anak"
Gumam Raya menggelengkan kepalanya.
kini hati Freya tak karuan. pikirannya tiba-tiba melayang mencari sebuah jawaban apabila pria bernama Revan menagih janjinya.
*Flashback On*
Revan terkenal dengan julukan badboy kampus. Anak konglomerat se-Bandung yang memiliki wajah tampan berbadan six pack, wanita mana yang tidak tertarik.
Dia dikenal sebagai playboy yang sering gonta ganti pacar. Mungkin hampir semua mahasiswi yang terbilang cantik pernah dikencaninya. Terkecuali Freya. Bagi Revan gadis itu sangat sulit didekati.
Berbagai cara dan mantra telah dilakukannya tapi tidak membuat Freya jatuh hati pada revan bahkan berbicara dengannya saja seperti berbicara pada tembok. Hening dan hemat.
Ratusan kali permohonan cintanya ditolak Freya tapi tidak membuat Revan selangkah saja untuk mundur. Sampai akhirnya Freya sudah bosan selalu diganggunya dan terpaksa mengajukan persyaratan agar revan berhenti mengganggunya.
" oke, only one condition if you can graduate before me."
Tegas Freya menyeringai.
"hah, mana mungkin dia bisa lulus sidang secepat itu, pengajuan judul skripsi aja ditolak mulu. Haha.."
batin Freya mengolok.
" satu lagi, don't disturb me!!"
ucap Freya lagi menegaskan.
"oke deal."
jawab Revan sambil mengulurkan tangannya. dan terpaksa Freya menyambut tangan Revan.
Sejak persyaratan itu Revan tidak pernah menampakan batang hidungnya dihadapan Freya. Dan Freya mengira Revan telah menyerah begitu saja karena persyaratan yang menurutnya berat untuk revan. Bagaimana tidak, dulu Revan terkenal jarang masuk kelas, tugas dari dosen pun seringkali diabaikannya. Dan banyak matakuliah yang diulangnya karena mendapat nilai D. untung saja tidak di drop out.
*Flashback Off*
***
Freya tengah duduk dikursi beton taman kampus. Pandangannya berputar melihat sekitar. Memang kampus suasananya agak lengang karena mungkin hari mulai sore. Cuma ada beberapa mahasiswa yang masih duduk-duduk dirumput sistesis taman sekedar mengobrol atau berdiskusi. Ada juga yang asik membaca buku novel sambil senyum-senyum sendiri. Hadoooh konyol.
"hai, cantik."
Seseorang berdiri dibelakang Freya.
Ia pun langsung menoleh kebelakang sekilas lalu kembali dengan pandangan semu didepannya.
Pria tampan, berahang tegas dan memiliki anting ditelinga disebelah kiri itu pun langsung duduk disampingnya tanpa permisi.
Freya melirik sekilas.
"gimana, lulus kah?"
tanya Freya datar dan ketus.
Terlihat Revan menyunggingkan senyumannya penuh kemenangan.
" aku kemari menagih janjimu."
ucapnya.
Freya terdiam. Dia teringat janji itu lagi.…
" Bagaimana Nona Geralt, bisakah menepati janji anda pada seseorang?"
ucap Revan mebuyarkan lamunan Freya seketika.
"damn!!"
umpat freya dalam hati kesal.
"kenapa bisa menyalip sidangku sih ? ternyata aku salah telah menyepelekannya."
Freya menghela napasnya kasar.
"Hellow... berasa ngomong sama patung nih, ada wujud tapi gak bisa ngomong."
Ucap Revan kesal merasa dikacangin.
Sesaat hening tak ada jawaban sampai akhirnya,
" fine, I am yours now. Puas??"
jawab Freya terlihat frustasi.
" WOW"
Tak disangka Revan melompat lompat kegirangan sambil teriak,
"yes yes... akhirnya gue dan dia jadiaaan..."
Sontak seluruh penghuni taman kampus melirik dan menertawakannya. tangan Freya reflek membungkam mulut Revan dengan kedua lengannya.
"shut up!!"
Wajah mereka saling berhadapan dengan jarak hanya sejengkal dan membuat jantung Freya berdetak kencang. mungkin ini kali pertama ia berdiri dihadapan cogan seperti Revan yang terkenal beken karena kebadungannya itu.
perlahan Freya pun melangkah mundur agar suara degup jantungnya tidak sampai terdengar oleh pria itu. bisa-bisa dia ke ge-er an tuh.
"udah sore nih. aku antar pulang ya, Fre!"
ajak Revan kemudian.
" oh, no thanks. tadi ke kampus aku bawa mobil. lagian mau pulang bareng Raya."
balas Freya sambil beranjak pergi.
Tiba tiba Revan menarik tangan Freya hingga tubuh keduanya saling beradu dan sesuatu mendarat dipipi kanan Freya.
" Oke hati-hati dijalan, sayang."
Wajah Freya langsung merah merona. Ada perasaan malu, marah dan senang menjadi satu. Bagaimana tidak, dicium pipi oleh seorang revan yang gantengnya kebangetan pastilah sebagai wanita normal bakal melayang. Dan itu tidak bisa dipungkiri oleh wanita manapun meskipun dalam hatinya belum tumbuh bunga-bunga cinta.
Freya sibuk membereskan perasaannya yang campur aduk oleh kecupan yang tiba-tiba mendarat begitu saja. ia segera membalikan badan lalu cepat-cepat pergi. sementara Revan hanya memandangi tubuh Freya dari belakang hingga sosoknya berlalu dan tak terlihat lagi.
Selama diperjalanan terdengar Freya berbicara pada dirinya sendiri.
""gila nih. ini bener bener gila. sekarang aku kekasih nya pria itu ? oh, no."
umpatnya kesal. "
" seharusnya aku jangan mengajukan syarat enteng seperti itu."
Freya memukul-mukul kepalanya sambil tetap fokus dibalik stir kemudinya.
" gak yakin dia bisa selesai skripsi secepat itu. bisa aja dia membelinya secara banyak banget para joki diluaran sana yang membanderol harga miring. Ada uang, apapun bisa dibeli termasuk ijasah abal abal."
tuduhnya makin menjadi pada pria bernama Revan itu.
sesampainya di rumah Freya langsung menuju dapur. nampak bi Asih sedang mencuci piring.
"Lho, bi Asih belum pulang?"
ibu paruh baya itu pun menoleh sambil tersenyum.
"belum, Non. nanggung ini belum beres."
Freya membuka minuman kaleng dari kulkas untuk melepas dahaganya.
" mama belum pulang, bi?"
tanya Freya lagi kemudian.
" iya, biasanya nyonya jam segini sudah pulang. tapi bibi kurang tau juga, Non."
Freya hanya manggut-manggut.
" kalau gitu bi Asih pulang dulu ya, non. itu makanannya sudah bibi hangatkan dimeja makan."
Pamit bi Asih.
" Iya bi. terima kasih."
balas Freya.
tak lama berselang, Shofi datang.
" dari mana, ma ? sore amat tumben."
sapa Freya.
" biasa ada rapat guru mengenai ujian semester Minggu depan."
jawab Shofi terlihat sangat lelah.
" mama mandi dulu ya, Fre. habis itu kita makan."
" oke, ma. aku juga baru datang nih. mau mandi, gerah."
Freya lantas pergi ke kamarnya hendak membersihkan diri.