Hari itu pun tiba. Hari dimana dirinya akan bertemu dengan keluarga besarnya Revan.
Freya tengah mengacak ngacak isi lemari pakaiannya. Dibolak balik setiap dress yang bergantung berjejer rapi dengan mimic wajah yang cemberut.
"sial!! Gak ada dress yang oke."
Freya menggerutu kesal.
" hai Nona Freya, are you okay ?"
Tanya Raya yang tidak diketahui sudah nongol dikamar Freya.
Memang begitulah Raya selalu datang dan pergi begitu saja. Shofi dan James sudah menganggap Raya keluarga jadi akses keluar masuk rumah ini sudah bebas untuknya. Begitu juga dengan Freya ketika mengunjungi kediaman Raya.
"kamu nyari baju apa sih, fre? Emang mo kemana ? ribet amat."
Tanya Raya ikutan bingung.
" you know ? ini pertama kalinya orangtua Revan mengundangku makan malam dirumahnya. So I have to look perfect tonight."
balas Freya terlihat gelisah.
" Really ?? Wow berita bagus tuh. oke nona, biarkan aku yang membantumu memilihkan dress lalu mendandani mu bak seorang princess yang sesungguhnya. bukan seperti Upik abu kaya gini."
Ucap Raya semangat
" sialan !!" umpat Freya.
Memang tak bisa dipungkiri Raya itu tipe wanita yang selalu berpenampilan feminim dan sering dandan. ditambah lagi konon waktu SMA Raya pernah ikut agensi modeling. Jadi tau banget tentang yang namanya mempercantik diri dan sebagainya.
Sementara Freya? wajar saja Raya menyebutnya si Upik abu, karena orangnya terlalu cuek dan tergolong simple nan kasual dalam hal berpenampilan. untungnya punya wajah blesteran, apapun yang dikenakannya akan tetap terlihat menawan.
" by the way, Fre. aku kesini sekalian mau pamit nih."
lirih Raya tiba-tiba mengagetkan Freya yang tengah memilah milah koleksi sepatu high heels yang Cuma beberapa pasang itu. Memang koleksi sepatu freya lebih banyak yang sneaker ketimang sepatu yang berhak tinggi.
" pamit ? memang mau kemana kamu, Ray?"
kata Freya mengerutkan keningnya sejenak.
" ke Bali. ngurusin salah satu Hotel milik Ayah disana."
" Akhirnya kamu terima juga tawaran jadi manajer hotel di Bali itu ? ""
" iya lah, Fre. Kalau bukan aku siapa lagi yang membantu ayah. Secara nasib anak tunggal mah harus nurut apa kata orangtua."
balas Raya menyidir.
" sialan lu !!"
Balas Freya cemberut.
Raya berjalan mendekati Freya lalu memeluknya.
" kita akan jarang lagi kaya gini, Fre. "
Freya pun membalas pelukan hangat sahabatnya itu.
" I will miss you, Ray. Don't leave me !", lihirnya.
Tak disadari air mata mereka berdua pun bergulir. Akan ada rasa kehilangan satu sama lain.
" Bali, Freya... ini Cuma ke Bali. Bukan Dublin."
" Bali juga kan tetep jauh, Ray."
" Bali mah dua sampai tiga jam saja bisa nyampe, lha kalau Irlandia butuh waktu lama dan duit sekoper, Fre. "
ucap Raya sambil tertawa. Mereka pun akhirnya tertawa lepas.
***
" eh ada mas Revan. Masuk dulu mas nanti bibi panggilkan si non."
Kata Bi Asih mempersilahkan Revan untuk menjemput Freya.
" kok sepi, bi ? tante sama om kemana?"
" hm...tuan sama nyonya lagi keluar. Bibi kurang tau kemana."
" ooh."
Mulut revan membulat.
Setelah beberapa menit Revan menunggu akhirnya Freya turun juga bersama Raya menemui Revan yang sudah tidak sabar menunggu.
Bola mata Revan terbelalak dengan mulut sedikit ternganga.
" Bidadari surga."
gumamnya berdecak kagum.
Revan terpesona akan kecantikan Freya. Ia hanya bisa menelan salivanya memandanginya dari ujung kaki sampe ujung rambut.
" gak gitu juga kali liatnya, Rev. Dasar mesum. " ucap Raya mendelik sambil tertawa kecil.
" sialan."
umpat Revan pada Raya.
Freya tampil memukau dengan gaun berwana peach selutut model of shoulder dengan detail ruffles yang banyak.
Penampilan Freya semakin sempurna dengan kaki jenjangnya yang terekspos. Dan untuk gaya riasan, Raya mendandani Freya dengan riasan Flawless yang terkesan natural namun terlihat segar.
Rambut panjang sepunggungnya dibiarkan tergerai dengan ujungnya dibikin curly.
" sudah siap, lady ?"
sapa Revan sedikit membungkuk dengan mengulurkan lengannya bak menyambut princess Cinderella.
" Oke."
jawab Freya tersenyum.
" Awas...jaga tuh anak orang jangan kamu apa-apakan lho ya !"
ucap Raya melirik tajam pada Revan.
" siap nona. bawel amat."
balas Revan sambil tertawa.
Revan dan Freya pun berlalu meninggalkan Raya yang masih berdiri diteras rumah.
Setelah mobil Revan meluncur tak terlihat lagi, Raya pun pamit pulang pada bi asih yang masih membereskan sisa minuman Revan.
***
Mobil mewah Revan berhenti disebuah rumah yang terbilang besar dan mewah berlantai 2. Desainnya memang minimalis yang ditunjukkan dengan permainan aksen pada atap, pilar, dan balkon. Bukan hanya itu, penggunaan list cat hitam pada tepian atap terlihat kontras dengan dinding bangunan sehingga menjadi daya tarik tersendiri. Rumah gaya Asia yang artistic.
" kita telah sampai, sayang."
Ucap Revan segera turun dari balik kemudinya lalu jalan memutar membuka pintu samping mempersilahkan Freya turun dari mobil bak adegan dalam film romantic.
" gak usah berlebihan gitu deh."
Balas Freya sambil keluar dari mobil.
Revan pun berjalan didepan Freya. Tapi tiba-tiba Freya menarik lengan Revan.
" kenapa?"
" aku gugup "
balas Reva sambil menggigit bibir bawahnya.
" hahaha... mereka ga bakalan menerkam. Paling melahap mu."
Ledek Revan. Lalu mulutnya mendekat kearah Freya sambil berbisik,
" Karena malam ini kau begitu cantik dan seksi."
Tangan Freya reflek mencubit perut Revan yang membuatnya meringis kesakitan. Aww !!
" owh...ini tho pacarnya Revan."
sapa wanita muda menyambutnya didepan pintu. Umurnya kelihatan tidak jauh dengan Revan. Mungkin selisih 2 sampai 3 tahunan diatas Revan.
" Fre, kenalin ini Mbak Ranti. Kakak ku."
Freya pun mengulurkan tangannya dan disambut hangat oleh Ranti.
" Freya."
" hai... aku Ranti. Mbaknya Revan."
" ayah sama ibu dimana, mbak?"
Tanya Revan.
" ayah sama ibu sudah menunggu kalian di meja makan. Ayo masuk, fre !"
Ajak Ranti menggandeng tangan Freya masuk kedalam menuju ruang makan.
Nampaknya benar, kedua orangtua Revan sudah menunggu di meja makan.
Ketika Freya datang, ada yang berbeda dari tatapan kedua orangtuanya revan. Terlebih lagi ibunya yang menatap sinis pada Freya dari ujung kaki sampai ujung rambut. Alamaaak!!
" Mari silahkan duduk !!"
ucap ayahnya Revan.
Mereka pun duduk di kursi meja makan berbentuk persegi panjang itu.
" siapa namamu ?"
Tanya ibu Revan datar sebelum ritual makan malam dimulai.
" Freya Finnian Geralt, bu."
Jawab Revan mendahului.
" Orangtuanya kerja dimana ?"
Tanya ayahnya Revan gantian.
" Papa Freya kerja di... "
" apa pacarmu ini bisu, sampe kamu harus bantu menjawabnya ?!"
bentak ibu revan.
Revan pun reflek menutup mulutnya seketika.
" Rasain kamu."
bisik Ranti yang kebetulan duduk disebelah Revan. Revan mendengus.
" Papa ku kerja diperusahaan milik keluarga dan mama guru di SMA swasta di bandung."
kata Freya sedikit gugup.
" ooh.. perusahaan dibidang apa kalau om boleh tau ?"
Tanya ayahnya revan.
" bidang Property dan real estate di Dublin, Om."
"" Dublin ?"
bola mata ayah revan terbelalak tak percaya.
" jadi papamu itu kerja diluar negeri dan mama mu kerja disini ?"
Tanya ibu Revan melanjutkan.
Freya hanya mengangguk pelan.
" keluarga macam apa ini... kok bisa pisah-pisah begitu ?!"
"
Freya langsung terkejut dengan kata-kata ibu revan barusan. Dadanya mulai panas sampai ke ubun-ubun. Tapi Freya tetap berusaha tenang, menghela nafasnya dalam-dalam.
" bu, kok ngomongnya begitu sih ?"
Tanya Revan sedikit kecewa.
" lho, memang betulkan keadaannya seperti itu ? Yang namanya keluarga itu ya harusnya bersama. Ada ayah, ada ibu, ada anak-anak. Kalau sudah pisah-pisah kaya gitu berarti keluarganya sudah tidak sehat lagi. Lagian kita tau sendiri kan dunia barat itu seperti apa ? pergaulan bebas dimana-mana. Haduuuhh, ibu ngeri ngebayanginnya."
Ceroscos ibu Revan yang ngawur itu telah membuat hati Freya terluka.
" Bu !!"
bentak Revan berdiri sambil menggebrak meja.
" Revan !! jangan kurang ajar ya kamu. Tidak sopan."
Ayah Revan murka.
" nah ini nih jadinya kaya gini kalo anak kita bergaul sama orang yang ke barat baratan. Tidak ada sopan santun terhadap orangtua."
Bentak mamanya Revan sambil berdiri dari kursinya.
" ibu jadi tidak selera lagi makan sejak melihatnya."
Ucapnya sambil menatap sinis pada Freya yang masih duduk tak bergeming.
Revan tampak mengacak-ngacak rambutnya frustasi.
" aaarrgghh "
teriaknya tiba-tiba.
Suasana disana sudah tidak bisa dikondisikan lagi. Sedangkan Freya sudah tidak sanggup menahan air matanya. Melihat Freya menangis, Revan langsung menarik tangan freya menuju keluar rumah.
" ayo Fre, kita pergi saja dari rumah ini."
Revan membawa pergi Freya dengan mobilnya dengan kecepatan maksimal. Freya terlihat ketakutan dengan pipi yang masih basah. Revan pun melirik sekilas Freya disampingnya lalu menurunkan kembali kecepatannya.
Mereka saling diam tidak ada yang berani memulai pembicaraan. Revan hanya focus menyetir yang sesekali melirik Freya. Sedangkan Freya pandangannya terus kesamping sambil sesekali menghapus air matanya dengan punggung tangannya.
Sampai akhirnya mobilnya revan berhenti didepan pagar rumah Freya. Freya pun hendak turun namun tiba-tiba kembali revan menarik tangan Freya yang membuat mereka saling berhadapan.
" maafin aku ya, Fre. semuanya jadi kacau."" lirihnya.
" minta maaf untuk apa? Ga ada yang salah kok."
Jawab Freya datar.
Revan mengelus pipi Freya lembut. Freya memejamkan mata sejenak ingin merasakan kehangatan dan menghempaskan kesedihannya.
" maaf udah bikin kamu nangis malam ini."
Desih revan mendekati bibir Freya lalu menciumnya dengan lembut. tapi Freya segera menyudahinya.
" oke, aku pulang. Kamu hati-hati dijalan."
ucap freya pamit sambil membuka pintu mobil.
Revan hanya mengangguk pelan sambil tersenyum kearah freya. Tatapannya tak lepas memandangi Freya hingga sosok tubuhnya tak terlihat lagi masuk kedalam rumah barulah Revan meluncur pergi.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak dan komentarnya ya !!! terima kasih sudah mau mampir 😘