Sepulang dari Coffe Shop, Revan mengajak Freya ke apartemennya karena ada sesuatu yang mau Revan berikan untuk Freya.
" sekarang kamu tinggal di apartemen ini, Rev?"
Tanya Freya sambil pandangannya beredar melihat seluruh isi ruangan apartemen Revan yang cukup mewah bernuansa putih itu. "Romantis."" Gumam Freya dalam hati.
" iya, sejak saat itu aku tidak pulang kerumah. Lebih baik tinggal sendiri. Lebih tenang."
jawab Revan sambil beranjak pergi ke arah pintu kamarnya.
" kamu tunggu sini ya, aku ambilkan dulu barangnya."
" oke."
jawab Freya menjatuhkan bokongnya ke Sofa berwarna putih tulang nan empuk itu.
Tak lama kemudian Revan datang sambil menenteng paper bag kecil lalu menyodorkannya pada Freya.
" ini dari uang gaji pertama ku. Jadi jangan dilihat dari harganya ya..."
Ucap Revan sambil duduk bersebelahan dengan Freya.
" boleh aku buka? ", Tanya Freya sedikit ragu.
" sure."
Freya pun membuka Isi dari paper bag berwarna putih itu. Didapatinya benda berbentuk persegi berwarna hitam dengan ukuran 15x15 cm menyerupai kotak perhiasan. Lalu dibuka lah dan ternyata benar, isinya sebuah kalung berwarna silver dengan liontin bertahtakan berlian. Indah sekali. Freya pun terkesima melihatnya. kemudian Revan mengambil kalung itu dari kotaknya.
" may I wear this necklace for you !", pinta revan.
Freya mengangguk pelan. Revan pun segera memakaikannya untuk Freya dengan hati-hati. Freya dapat merasakan suara nafas Revan dengan tenang ketika wajah gantengnya itu mendekat. lain halnya dengan Freya yang sibuk mengatur irama jantungnya yang mulai tak karuan. sepertinya memang Revan sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini.
" you look so beautiful..",
lirih Revan setelah berhasil mengaitkan kalung itu dilehernya.
" Thank you." balas freya memeluk revan.
Revan pun membalas pelukan Freya. Tangannya mengelus-elus punggung Freya lalu bergeser ke atas bagian tengkuk leher. Tangan satunya mengangkat wajah Freya lalu dilumatnya bibir seksi Freya yang selalu menjadi incaran Revan setiap kali berhadapan muka dengannya. Tak ada penolakan dari diri freya, malah ia membalas lumatan bibir revan dengan lembut lalu kedua tangannya langsung melingkar ke leher Revan dan mereka hanyut menikmati ciuman yang penuh hasrat itu.
" aku ingin yang lebih dari ini."
bisik Revan tiba-tiba membuat Freya mendorong pelan tubuh Revan sedikit menjauh.
" maaf, aku gak bisa. " desih Freya.
" why ? ", Tanya Revan sedikit memaksa.
Freya terdiam tak bergeming.
" kita saling mencintai kan, Fre ?"
ucap Revan memegang pundak Freya dengan kedua lengannya.
" aku hanya ingin membuktikan sama orangtua kamu bahwa gadis setengah barat seperti aku ini tidak pernah melakukan sex diluar nikah. Tidak semua orang disana pergaulannya bebas. Dan itu sebuah hal yang sangat pantang bagiku."
jawab Freya yang membuat Revan terkejut dengan kalimat Freya barusan.
" jadi kamu masih..."
" yes, I am virgin." potong Freya setelah tau kemana arah perkataan Revan.
" wow. ternyata aku beruntung sekali mendapatkan Freya. Sudah cantik, seksi, dan hanya aku orang pertama yang akan menjebol pertahanannya kelak."
Gumam Revan dalam hati.
" jaga baik-baik itu untuk ku ya, Fre !! "
ucap Revan kemudian sambil kembali memeluk Freya erat-erat.
***
Ketika Revan hendak mengantar Freya pulang, dilobi bawah sesorang berteriak memanggil dan melangkah mendekatinya.
" shit !! dia lagi."
Gumam Revan yang membuat Freya melirik sekilas pada Revan.
" hai, Revan. Kamu tinggal di apartemen ini juga ?"
Sapa Sandra, wanita one night stand nya revan semalam.
" maaf anda siapa ya ?"
ucap Revan berlagak amnesia sambil memberi isyarat kedipan pada sama Sandra. Namun Sandra dengan polosnya tidak menangkap isyarat itu.
" hey, baru saja semalam kita berkencan masa sudah lupa. Apa sebanyak itu kah hingga tidak bisa mengingatku lagi ?"
kata Sandra itu dengan tertawa.
Revan mengeratkan giginya kesal. Ingin sekali dia menghajar wanita jalang itu. Sementara wajah Freya sudah mulai memanas. Nafasnya sudah menggebu tak beraturan.
" oke tak masalah kalo kamu sudah tidak bisa mengingatku lagi. tapi trimakasih ya untuk malam itu. Kau hebat."
ucap Sandra membelai dada Revan sekilas karena segera ditepis oleh Revan.
" call me again, jika kamu suntuk."
Ucap Sandra lagi melengos pergi meninggalkan keduanya yang masih tak bergeming itu.
Setelah wanita itu pergi, Freya menatap tajam pada Revan seolah hendak menerkamnya dalam-dalam.
" benarkah yang dibilang jalang itu barusan?"
Tanya Freya yang sedari tadi menahan emosi.
Revan hanya diam menunduk. Dan Freya sudah bisa membaca sikapnya itu. Butiran-butiran Kristal dari matanya sudah tak bisa dibendung lagi.
" Brengsek ya kamu !!"
Ucap Freya mendorong Revan kebelakang hingga nyaris jatuh. Freya membalikan tubuhnya hendak pergi namun revan menarik tangannya hingga langkahnya terhenti.
" tunggu penjelasanku dulu, Fre.."
Freya menepis genggaman tangan Revan.
" semuanya sudah jelas. Ternyata kamu belum berubah. Dan bodohnya aku ?"
Freya menarik nafas dulu sejenak sebelum berkata lagi.
" aku terlalu naif untuk percaya sama badboy seperti kamu."
Ucap Freya sambil menunjuk kearah muka revan.
" tapi waktu itu aku betul-betul frustasi akan sikap ibu terhadap kamu, Fre. aku tidak bisa memilih.""
Sanggah Revan membela diri.
" cukup!! Jangan pernah temui aku lagi !!"
Freya pun berlari berusaha menjauh, tapi lagi-lagi Revan mengejarnya. Langkah kakinya memang tidak sepadan dengan Freya. Lalu menarik tangannya lagi dan memohon hingga beberapa orang disekitarnya menohok.
" biarkan kali ini aku mengantarmu pulang. Please...""
Revan memohon-mohon dan akhirnya Freya menyetujuinya untuk mengantarnya pulang.
Selama di perjalan sampai tiba didepan rumah Freya tidak ada yang terucap sepatah kata pun dari keduanya. Freya langsung berlari menuju kamar dan menguncinya dari dalam. Untunglah sepertinya Shofi dan James sedang berada dikamar. Jadi tak perlu melihat kesedihan diwajah putrinya itu.
Air mata freya terus mengalir membasahi pipinya. Sesekali freya menghapus pipinya dengan punggung tangannya. Revan telah membuatnya terbang, semakin lama semakin tinggi, tapi setelah itu revan sendirilah yang menjatuhkannya hingga membuat Freya begitu terluka. Apalagi kalau mengingat penghinaan kedua orangtua nya Revan saat itu.
Freya betul-betul kecewa.