POV Revan
Sehabis ngantar pulang Freya pulang, Revan dengan rasa amarahnya kembali kerumah. Dia berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya dilantai dua.
" tunggu Revan !!"
teriak ibunya menghentikan langkahnya. Dengan malas Revan menoleh kearah sumber suara itu.
" apalagi bu ? belum cukup bikin Revan kecewa atas sikap ibu tadi ?"
PLAAKK !!
sebuah tamparan mendarat dipipi kiri Revan.
" harusnya ibu yang kecewa sama kamu, Revan. Ternyata kamu menolak perjodohan dengan Laras gara-gara cewe barat itu."
"cukup, bu. Aku gak mau debat lagi sama ibu."
Ucap Revan hendak membalikan tubuhnya pergi tapi tangannya ditarik ayahnya yang tiba-tiba sudah ada dihadapannya.
" duduk ! kita bicarakan baik-baik. "
Revan pun terpaksa menurutinya untuk duduk di sofa ruang tengah. Diikuti dengan ayah, ibu, serta Ranti.
" ibu mu ini hanya ingin yang terbaik buat kamu. Dan gadis itu kurang baik, Rev. mengenal seseorang itu harus tau Bebet...Bibit...Bobotnya."
ungkap ayahnya.
" kalo Freya bukan yang terbaik buat aku, lantas siapa yang terbaik? Laras ?"
Revan berdecak emosi.
" kalian itu baru ketemu Freya hanya beberapa menit. Hebat banget sudah bisa menilai orang begitu saja."
prok...prok...prok 👏
jawab Revan lagi sambil bertepuk tangan.
" Revan ! lancang sekali mulut kau begitu depan ayah dan ibu."
kata Ranti melotot sambil menunjuk kearah muka Revan.
" mbak Ranti tidak usah ikut campur!! urus saja pria pilihan ayah dan ibu, sana."
Wajah revan menjadi terlihat merah karena emosi, Begitu juga dengan matanya. Kedua tangannya mengepal seperti hendak menonjok.
Tak lama kemudian Revan tanpa kata pergi lagi ke arah pintu rumahnya.
"mau kemana lagi, Revan!!"
teriaknya ibunya berusaha mencegahnya.
Namun Revan berlalu saja tanpa menghiraukan semuanya. Dia menjalankan mobilnya dengan kecepatan maksimal dengan nafasnya yang cepat karena menahan emosi. Sesekali tangannya memukul-mukul stir mobilnya melampiaskan kekesalannya.
lalu, mobilnya berhenti disebuah klab malam yang cukup ternama dikota ini. Dulu sewaktu kuliah Revan sering sekali ke klub bersama teman-temannya.
" Hei, Revan!!"
teriak seseorang sambil melambaikan tangannya member isyarat keberadaan.
Revan pun berjalan mendekatinya. Ternyata di meja itu ada Alvon dan Satria, teman perkumpulan Revan.
" kemana aja, Bro... lama ga pernah nongkrong dimari."
sapa Alvon menepuk bahu Revan yang baru saja duduk disebelahnya.
"udah jadi bos, dia. Sibuk teruuss... meeting, meeting." ledek Satria.
" banyak bacot lo pada."
jawab Revan datar.
Mereka pun tertawa sambil meminum minuman sekelas beer, wine atau vodka. Cukup lama mereka berbincang sambil menikmati alunan music klub.
Sampai akhirnya ada seorang wanita cantik dengan mini dress, bahu terbuka, mendekati ketiganya.
"hai, boleh bergabung ?"
Revan, Alvon, dan satria saling beradu pandang.
" gila... seksi, bro."
bisik alvon pada Revan.
" hai juga, cantik." Goda satria.
Wanita itu bernama Sandra. Akhirnya mereka berbincang sekedar basa-basi biasa. Tak lama kemudian Satria turun menikmati music kedepan. Tinggalah Alvon, Revan, dan wanita bernama Sandra itu.
" kayanya lo lagi suntuk ya, Rev? turun yu, bro!!"
ajak alvon beranjak menyusul satria.
" gue disini aja, Bro."
Jawab Revan sambil membuka-buka handphone nya berharap ada chat dari Freya. Tapi ternyata kosong. ingatan kembali pada kejadian tadi. membuatnya sangat frustasi dan suntuk.
" mau temen curhat?"
goda Sandra tiba-tiba sambil memainkan kancing baju milik revan dengan jari-jari lentiknya. lalu menjalar ke arah wajah tampan Revan. tidak ada penolakan dari pihak Revan, dia menikmati setiap sentuhan halus dari tangan liar milik Sandra.
Ntah setan mana yang merasuki diri Revan hingga menyetujui tawaran wanita itu. tangan wanita itu menggelayut manja ditangannya Revan dan mereka berdua pergi meninggalkan klub menuju sebuah hotel.
.
.
.
.
.
Jengjreeng....
sampai disini author mengikuti pov Revan. kalian pasti sudah bisa membayangkan apa akan dilakukan Revan dengan Jalang itu.