Sore itu tampak Shofi sedang menyiram tanaman kesayangannya dibelakang rumah sedangkan James tengah duduk dikursi jati sambil serius memperhatikan benda tipis berbentuk persegi hitam itu dihadapannya. Sesekali matanya mengawasi Shofi dari belakang sambil tersenyum.
"cuti liburan kok masih sibuk aja kerja, Pa?"
Tanya Shofi masih asik dengan tanaman hiasnya.
"hanya monitoring kerjaan disana saja, Ma."
jawab James tanpa menoleh dan tampak serius.
"" ooh, oke." balas Shofi.
Sesaat keadaan hening. Keduanya asik dengan dunianya masing-masing sampai akhirnya Freya datang mencairkan suasana. Freya menjatuhkan pantatnya duduk disamping james, pura-pura serius ikut memperhatikan tulisan didalam laptop milik James.
" is there a problem, Mr. James?"
Tanya Freya menyeringai.
James mengerutkan dahinya. " many problems...are you ready to help work there?"
Tanya James berubah serius dan menatap tajam Freya.
Freya menggigit bibir bawahnya sambil menggelengkan kepalanya.
" why? Tell me ?"
suara James terdengar berat.
Mendengar percakapan antara James dan Freya, Shofi menghentikan kegiatan siram menyiramnya lalu menghampiri keduanya dan duduk bersebelahan dengan James.
" kamu penerus papa, Fre. Tidak ada alasan untuk menolaknya."
Sambung Shofi seolah menyudutkan Freya yang tak bergeming itu.
" sudah waktunya kamu terlibat dan membantu papa, dan papa yakin kamu mampu menjadi seperti papa. Are you ready, darling?"
Pinta James penuh harap.
Freya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Lalu menggelengkan kepanya pelan.
" apa karena Pria itu yang memberatkan mu?"
Tanya James yang membuat Freya menohok.
" mama mu sudah cerita semuanya kalo sekarang kamu sudah memiliki seorang kekasih."
James dan Shofi tertawa kecil. Dan wajah Freya berubah merona karena malu sambil mengigit bibir bawahnya.
" bukan hanya itu alasan ku tidak mau, pa."
kata Freya kemudian.
" lantas ? what more reason burdens you ?"
Tanya Shofi tiba-tiba.
" Aunty Larry sepertinya tidak pernah menyukaiku."
Lirih Freya dengan berat hati.
Seketika James tertawa mendengar alasan Freya barusan, begitu pun Shofi yang menanggapinya dengan senyuman.
Larry adalah adik perempuan James satu-satunya. Mereka hanya dua bersaudara. Kedua orangtuanya telah meninggal karena kecelakan pesawat beberapa tahun silam. Larry, diusianya yang tidak muda lagi memutuskan untuk tidak mau menikah. Jadi James lah yang dia punya dan James lah yang bertanggung jawab atas dirinya. James dan Larry bekerja sama untuk tetap mempertahankan perusahaan peninggalan kedua orangtuanya. Larry memiliki sikap tegas dan tidak bertele-tele, dan itu yang membuat Freya dari kecil takut dan enggan bertemu dengan Larry karena beranggapan bahwa larry tidak menyukai dirinya.
" so, apakah kamu bisa ikut papa ke Dublin minggu depan?"
ajak James penuh harap.
Ntah kenapa rasanya Freya tidak bisa menjawab pertanyaan James tiap kali menanyakan hal itu. Ada keraguan dihatinya antara mau dan tidak. Keduanya merasakannya ada kekuatan magnet yang berusaha menariknya dan itu membuat Freya berada ditengah-tengah tinggal menunggu kekuatan magnet mana yang mampu menarik dirinya.
" apa kau mencintai Pria itu? siapa Re..Revan?"
kata James kemudian.
" yes. I love him. And I want with him."
Lirih Freya meyakinkan.
James hanya membalas dengan senyuman miring. Lalu beranjak pergi ke dalam rumah sambil menenteng laptopnya. Tak lama kemudian Shofi menyusul sambil melirik tajam sekilas pada Freya yang masih duduk diam.
" Papa kecewa atas sikap kamu, Fre."
Desis Shofi berlalu.
Mendengar itu Freya merasa sedih, kedua tangannya mengusap-usap wajahnya frustasi. Sampai bunyi ringtone smartphone nya itu berbunyi membuyarkan semuanya. Segera Freya merogohnya dari saku celana denimnya. ' Revan is calling'
" hallo...""
" lagi apa sayang?"
Tanya Revan disebrang sana.
" lagi duduk aja ditaman belakang. Kamu dimana, masih dikantor kah?"
" iya nih."
Jawab Revan.
" oya besok malam ada acara?"
" tidak. Kenapa?"
" orangtuaku mengundangmu makan malam dirumah. Kamu mau?"
" What??"
bola mata Freya membulat, jantungnya derdegup kencang.
" secepat itu kah dia mengenalkan ku pada kedua orangtuanya? Rasanya aku belum siap."
Kata Freya dalam hati.
"hallo...kamu mau kan?"
Revan mengagetkan lagi
" O..Oke I will."
Jawab Freya sambil menelan salivanya.
" good. Besok sore ku jemput ya. See you...love you." "
" love you too, Rev.""
Keduanya mengakhiri pembicaraannya ditelpon. "
" OOH MY GOD... I don't believe it "
gumam Freya tersenyum-senyum sendiri.
rasanya sudah tidak sabar menunggu hari esok.