Chereads / From the pass / Chapter 6 - sarapan Bun..

Chapter 6 - sarapan Bun..

Pagi-pagi sekali Raka sudah datang ke rumah khana, bahkan sejak khana belum bangun tidur, laki-laki itu sudah sibuk di dapur bersama bunda anya menyiapkan sarapan untuk mereka, bukan tanpa alasan raka sepagi itu datang ke rumah khana, ketika berada disamping bunda anya, raka seolah menemukan kembali kasih sayang yang telah hilang, kasih sayang dari seorang ibu yang walaupun ibunya nyata masih hidup namun tak pernah memberikan kasih sayang layaknya ibu pada seorang anak.

Dan hanya dari bunda anya lah dia menemukan kasih sayang itu, kini setelah lama berpisah akhirnya mereka bertemu kembali, tentu hal ini tak akan disia-siakan oleh Raka, begitupun sosok khana yang dari kecil telah mencuri hatinya, menjadi penyemangat untuk dia tetap hidup demi bersama khana, bahkan mungkin dia lupa niat awalnya yang ingin menyatukan kembali Adit dan khana.

"Raka, ngapain kamu pagi-pagi disini?" Kata Khana yang baru saja bangun tidur dan hendak ke dapur untuk minum, namun langkahnya terhenti ketika melihat sosok yang sangat dikenalnya, Raka. Khana duduk dianak tangga kedua dari bawahkedua tangannya dia gunakan untuk menyangga dagu, matanya menatap dua sosok beda usia dihadapannya yang sama-sama menggunakan celemek berwarna pink dan sibuk bergulat dengan alat dapur.

"Kamu ga lihat apa, Na, aku lagi masak sama bunda, bikin nsarapan spesial." Jawab Raka sambil mengaduk sayura dihadapannya, namun sesekali dia menoleh ke arah khana yang terduduki di anak tangga.

"Kamu mandi gih, terus kita sarapan bareng."

"Dih, kamu dah kayak bunda-bunda yang nyuruh anak gadisnya mandi, Ka."

"Terserah kamu, asal kamu happy, Na..."

Bunda anya hanya tersenyum melihat interaksi dua anak beda jenis kelamin tersebut. Khana berlari menyusuri anak tangga kembali ke kamarnya untuk mandi dan bersiap untuk sekolah.

"Enak ga bun?" Tanya Raka sambil menyuapkan satu sendok soup yang tadi dia masak bersama bunda anya.

"Enak, Ka... pinter juga kamu."

"Inikan bunda yang bikin bumbu, raka cuma tinggal masukin bahan-bahannya aja."

"Tapi hasil akhirnya kan kamu yang meracik, luar biasa... ayok kita bawa ke meja makan, terus kamu mandi gih, siap-siap sekolah, mandi aja di kamarnya khana, sebentar lagi juga dia turun."

"Ya bun..." Raka membantu bunda anya membawa masakannya ke meja makan, tak lama terlihat khana menuruni tangga sudah siap dengan seragam sekolahnya, dan juga tas yang berisi buku pelajaran.

"Khana, Raka biar mandi di kamar mandi kamu ya."

"Ya bun, masuk aja Ka, kamarku yang pintunya ada gambar hello kittynya."

"Oke, makasih ya Na.."

"Sama-sama."

Raka berjalan menyusuri anak tangga perlahan menuju kamar yang ditunjukkan oleh khana. Kamar berpintu cat putih, didalam yang berukuran sedang itu terlihat satu singlebed, meja belajar dan rak buku, ada juga almari tiga pintu yang raka yakini itu adalah tempat khana menaruh baju dan peralatannya. tiba di samping ranjang khana, ada sebuah foto yang mengusik dia, yah... foto khana dan dirinya ketika masih kecil. Raka meraih foto itu, memandangnya kemudian satu tangannya mengusap foto tersebut sambil tersenyum. kemudian ia letakkan kembali foto itu diatas nakas, dan dia masuk ke dalam kamar mandi, untuk segera bersiap ke sekolah.

"Raka ayok makan." Kata bunda ketika melihat raka menuruni tangga sudah rapi dengan seragam sekolahnya.

"Ya bun... Tapi suapin ya bun."

"Ya Allah manja banget sih lo, Ka."

"Biarin sih..wekkkk."

"Yang anak bunda sebenarnya siapa sih? kamu apa aku?"

"Kenapa sih kamu, Na... sirik banget sama aku."

"Sudah-sudah sarapan dulu... nanti kalian terlambat ke sekolah, biar bunda suapin kalian berdua."

"Raka buka mulut... a..."

"Hem....enak...enak...enak.." Kata raka.

"Ih, dasar lebay."

"Biarin."

"Bunda nanti aku bawa bekal ya buat makan di sekolah, terus nanti pulang sekolah juga, raka kesini lagi buat makan, terus bawa makan lagi buat dimakan di rumah."

"Busyet dah... lo pelit apa medit, makan aja minta orang."

"Masakan bunda itu paling enak diseluruh dunia, apa lo kata dah pokoknya aku mau bawa makanan dari sini."

"HUhhh.."

"Iya...iya... itu udah bunda siapin bekal kalian berdua, dan nanti pulang sekolah kamu kesini aja makan bareng khana ya, terus ambil bekal sendiri buat dibawa pulang kalo bunda pas lagi ga ada di rumah ya sayang..."

"Ya bun..."

Dalam hati Khana bahagia melihat raka bahagia, dia tahu betul bagaimana keadaan keluarga raka, dari kecil mereka sudah terbiasa bersama, karena rumah mereka berdekatan hingga bunda anya tiba-tiba pindah tanpa raka ketahui.

Setelah selesai sarapan, Khana dan Raka berangkat ke sekolah, menggunakan mobil Raka. Mereka bergantian mencium tangan dan pipi bunda anya, kemudian melambaikan tangan, raka segera meluncurkan mobilnya ke jalanan yang mulai padat.

"Na, kamu ingat ga dulu lo pernah berjanji."

"Janji apaan?"

"Masa kamu lupa sih, Na."

"Iya apa?"

"Kamu janji untuk jadi pengantinku kalau kita udah dewasa, supaya kita dapat berbagi bunda."

"Itukan waktu kita masih kecil, Ka.."

"Tapi aku ingin kamu janji sekali lagi sama aku, Na."

"Janji apa?"

"Janji jangan tinggalin aku, pokoknya kamu harus selalu bilang kalau mau pindah atau mau pergi kemanapun."

"Terus kamu mau ikut?"

"Iyalah..."

"Mana bisa, Ka.. inget tanggung jawabmu besar."

"Aku tahu, Na... tapi aku juga ingin punya kehidupan yang bahagia, apa selama ini mereka tahu, Na? ga kan? apa aku salah jika aku egois sekali ini aja?"

"Salah, apapun alasannya egois itu sifat yang tidak baik, oke... aku akan bilang sama kamu kemanapun aku pergi sama bunda."

"Kamu ga kangen sama ayah kamu, Na?"

"Kangen, kangen banget malah, ka... tapi kata bunda kita harus tetap bertahan dan melanjutkan hidup walau tanpa ayah, aku dan bunda yakin, suatu saat nanti kita akan kumpul lagi kayak dulu."

"Kita hanya harus bertahan sedikit lagi, Ka.."

"Itu yang membuat aku salut akan keluargamu, kalian saling percaya dan saling menyayngi walaupun berjauhan."

"Karena hanya itu yang kami punya untuk tetap bertahan dan semangat menjalani hidup."

"Kasih ke aku juga, Na... agar aku juga merasakan semangat dan kasih sayang itu, Na."

"Itu pasti, Ka... aku sama bunda tetep sayang sama kamu, pasti abang sama ayahku pun sama sayangnya terhadapmu, tetep semangat dan terus bertahan."

"Setahuku, dari kecil kamu punya sakit bawaan... apa masih sering kambuh?"

"Masih, Na... hanya orang tua ku tak mengetahui itu, hanya sepupuku yang selalu ada dan menemaniku."

"Adit maksudnya."

"Heem."

"Kamu masih cinta sama Adit?"

"Dia mutusin aku gitu aja, ga tahu sebab salahku dimana, apa menurutmu aku masih harus mencintai dia?"

"Dia mutusin kamu karena sibuk merawat aku, Na."

"Apapun alasannya, kenapa dia tidak katakan padaku."

"Maafkan dia, Na.."

"Aku udah maafin dia, tapi aku udah janji sama bunda, ga akan pacaran sampai lulus sekolah."

"Ow gitu."

"Ka, aku turun disini aja, Ka."

"Kenapa ga sampai sekolah."

"Aduh, Maaf ka, aku ga mau jadi bahan gosipan temen-temen karena deket sama kamu."

"Apa yang salah dari aku sih, Na?

"Ga ada yang salah... udah ah, aku turun sini aja ya."

Khana tengok kanan-kiri dan segera turun dari mobil Raka, setelah memastikan tidak ada teman sekolahnya yang melihat. Sedang Raka hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah khana. dan segera melajukan kembali mobilnya masuk ke halaman sekolah.