Sudut Pandang Raja Bellamy:
MALAM SEBELUMNYA
Setelah aku menyampaikan pidatoku untuk memperkenalkan cucu perempuanku, Mirabelle, dan mengumumkan pertunangannya dengan Pangeran Maximilian, aku, Mirabelle, Pangeran Maximilian, dan Raja Ignatius turun dari panggung untuk menyambut para tamu. Aku kemudian secara pribadi memperkenalkan Mirabelle kepada raja-raja dan beberapa keluarga bangsawan dari kerajaan lain.
Pangeran Maximilian dan Mirabelle undur diri untuk mendekati teman-teman Maximilian sesudah bertemu dengan beberapa orang penting.
Setelah beberapa saat, karena suatu alasan, tiba-tiba aku ingin memeriksa cucuku.
Aku mengamati sekeliling ruang pesta. Aku melihat Pangeran Maximilian dan Sigmund berdiri di lantai dansa. Mereka sepertinya tengah berdebat tentang sesuatu. Namun aku tidak melihat Mirabelle di mana pun.
"Maximilian! Sigmund!" aku memanggil mereka sambil berjalan ke arah mereka.
Saat aku datang, Pangeran Maximilian dan Sigmund otomatis berhenti berdebat.
"Yang Mulia," ucap mereka pada saat yang sama sambil menundukkan kepala sedikit sebagai tanda mereka menghormatiku.
"Apa yang sedang kalian lakukan di sini? Di mana Mirabelle?" tanyaku.
Sigmund dan Pangeran Maximilian saling bertukar pandang dengan gugup.
"Putri Mirabelle pergi ke kamar mandi, Yang Mulia," jawab Sigmund.
"Mengapa kau membiarkan Mirabelle pergi ke kamar mandi sendirian?" aku membentak mereka dengan marah.
"Maaf, Yang Mulia, tetapi Putri Mirabelle bersikeras ingin pergi sendirian," kata Sigmund.
"Dia benar, Yang Mulia," Maximilian setuju.
"Pergi temukan dia!" aku memerintahkan, "Ada ratusan vampir asing di sini malam ini. Aku khawatir seseorang mungkin mencoba melukainya."
"Baik, Yang Mulia," ujar Pangeran Maximilian dan Sigmund secara serempak. Setelah itu, mereka berlari keluar dari ruang pesta.
Sudah setengah jam sejak Pangeran Maximilian dan Sigmund pergi untuk memeriksa Mirabelle, tetapi mereka belum kembali juga. Aku mulai khawatir. Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada cucu perempuanku?
Sebelum aku benar-benar kehilangan kesabaran, untungnya, Sigmund dan Pangeran Maximilian kembali.
"Apa yang membuat kalian begitu lama?" tanyaku dengan marah.
"Itu ..." ucap Sigmund ragu-ragu.
"Lupakan! Di mana cucuku? Mengapa kalian tidak kembali bersamanya?" tanyaku.
"Katakan pada Yang Mulia Raja!" Maximilian menyenggol Sigmund.
"Kenapa harus aku? Kau saja yang menceritakannya pada Yang Mulia!" ujar Sigmund.
"Tidak, harus kau yang memberitahu Yang Mulia!" Maximilian bersikeras.
"Tidak, kau—"
"Cukup!" pekikku, merelai perdebatan mereka. "Kalian berdua, jelaskan padaku apa yang terjadi! Sekarang!"
Sigmund dan Maximilian menundukkan kepala mereka. "Maaf, Yang Mulia. Putri Mirabelle hilang," kata mereka secara berbarengan.
Mataku membelalak. "Apa?!"
"Kami sudah memeriksanya di kamar mandi, tetapi dia tidak ada di sana," Sigmund menjelaskan.
"Kami juga telah mencarinya di kamarnya dan beberapa tempat lain di istana, tetapi kami belum bisa menemukannya," tambah Maximilian.
Tanganku mengepal.
Hanya ada satu alasan yang memungkinkan mengapa Mirabelle hilang; dia pasti mencoba melarikan diri lagi.
"Beraninya dia melarikan diri dariku? Aku telah mencoba yang terbaik untuk bertahan dengan sikap pembangkangnya. Tapi lihat apa yang dia lakukan padaku! Dia telah mempermalukan aku di depan para tamuku," aku berpikir dengan marah.
"Cari di hutan! Aku yakin dia belum pergi terlalu jauh," perintahku.
"Baik, Yang Mulia." Menggunakan kecepatan vampir mereka, Maximilian dan Sigmund meninggalkan ruang pesta.
Ketika Maximilian dan Sigmund sedang mencari Mirabelle, aku menunggu mereka di depan ruang pesta.
Setengah jam kemudian, Pangeran Maximilian dan Sigmund akhirnya kembali.
"Bagaimana?" aku bertanya dengan tidak sabar.
"Yang Mulia, kami telah mencarinya di hutan, tetapi kami tidak dapat menemukannya di manapun," jawab Sigmund.
"Betul, Yang Mulia," timpal Maximilian, "Kami bahkan tidak bisa mencium baunya di sana."
"Terus cari! Dia tidak bisa menghilang begitu saja. Dia pasti bersembunyi di suatu tempat," kataku dengan tegas.
"Baik, Yang Mulia." Akhirnya, Maximilian dan Sigmund pergi mencari Mirabelle lagi.
Karena hilangnya Putri Mirabelle yang tiba-tiba, pesta dansa harus diakhiri lebih cepat. Aku memerintahkan semua penjaga di kerajaan ini untuk membantu Pangeran Maximilian dan Sigmund mencari Mirabelle di hutan dan di daerah-daerah dekat istana. Tapi dia belum juga ditemukan. Karena fajar mulai tiba, mau tak mau, kami harus menghentikan pencarian untuk sementara waktu.
SAAT INI
Sekarang, Mirabelle sudah hilang selama sehari. Begitu senja tiba, pencarian Mirabelle berlanjut.
Aku telah mengirim semua prajurit vampir terbaik untuk melacaknya, tetapi mereka tidak dapat menemukannya di manapun. Seolah-olah dia telah menghilang dari muka bumi.
Saat ini, aku sedang duduk di ruang kerjaku, menunggu berita tentang cucuku dengan cemas. Sahabatku, Raja Ignatius menemaniku di sini.
"Dengar, tenanglah! Kita pasti akan menemukannya," Raja Ignatius meyakinkan aku. Tetapi kata-katanya tidak membantu meringankan kecemasanku sama sekali.
"Lebih baik kau istirahat sekarang! Aku tahu kau tidak bisa tidur sejak kemarin," usulnya.
"Aku tidak akan beristirahat sampai aku menemukan cucuku. Aku telah kehilangan satu-satunya anak perempuanku dan aku tidak ingin kehilangan cucuku juga. Tidak lagi," kataku.
"Tapi kamu—"
Tok-tok-tok. Ketukan ringan di pintu mematahkan ucapan Raja Ignatius.
"Masuk!" aku memerintahkan.
Pintu terbuka, dan seorang prajurit masuk.
"Ada apa?" tanyaku.
"Saya punya kabar baik, Yang Mulia. Lord Sigmund baru saja menemukan Putri Mirabelle di kota terdekat. Mereka sedang dalam perjalanan pulang sekarang," lapornya.
"Bagus!" seruku.
Aku kemudian menyuruh penjaga itu pergi dengan lambaian tanganku.
"Sudah kubilang kita akan menemukannya," seru Ignatius sambil tersenyum.
Aku membalas senyumannya. "Kamu benar."
"Aku sebaiknya mencari anakku sekarang. Dia pasti senang mengetahui bahwa tunangannya telah ditemukan," katanya lebih kepada dirinya sendiri daripada kepadaku.
Raja Ignatius akhirnya undur diri dan pergi menemui putranya, Pangeran Maximilian.
"Kau berutang penjelasan padaku, Mirabelle," ucapku dalam hati.