Aku harus bertemu dengan Ivan, Alpha Adolph, dan Randolph," itu adalah hal pertama yang terpikir olehku ketika aku bangun keesokan harinya.
Beranjak dari tempat tidur, aku pergi ke kamar mandi. Setelah mandi sebentar, aku keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk putih yang membungkus tubuhku, dan kemudian aku berjalan ke walk-in closet.
Aku mengeluarkan celana jeans hitam, tank top hitam, hoodie pink, dan juga pakaian dalam yang serasi. Cepat-cepat aku memakainya dan tidak lupa mengenakan sepatu hitam juga.
Meninggalkan walk-in closet, aku melangkah menuju ke pintu kamar. Untungnya, pintunya tidak dikunci. Aku membuka pintu sedikit dan menjulurkan kepalaku keluar. Yang mengejutkanku, tidak ada penjaga atau pelayan yang menunggu di depan kamarku seperti biasa. Dan lorong di depan kamarku sepertinya juga kosong.
"Mereka semua pasti sudah tidur sekarang," pikirku.
Mengambil keuntungan dari situasi ini, aku melangkah keluar dari kamarku dan buru-buru menyelinap keluar dari istana sebelum para vampir bangun.
Ketika aku meninggalkan gerbang istana, aku dihadapkan dengan hutan lebat di hadapanku. Tanpa pikir panjang, aku berlari ke dalam hutan.
Aku tidak tahu jalan mana yang akan membawaku keluar dari hutan. Aku hanya terus berlari lurus secepat mungkin. Setelah terasa seperti berjam-jam, akhirnya pohon-pohon mulai menghilang dan aku menemukan jalan raya.
Sayangnya, tidak ada tanda-tanda mobil atau orang yang lewat di sekitar sini. Jadi aku tidak punya pilihan selain berjalan di bawah sinar matahari yang terik.
Setelah berjalan beberapa ratus meter, aku akhirnya mencapai kota terdekat. Aku memanggil taksi yang lewat. Begitu mobil itu berhenti, aku masuk dan menyuruh sang pengemudi taksi untuk membawaku ke kafe tempat Ivan mengatakan bahwa dia dan yang lain akan menunggu aku sampai matahari terbenam.
Matahari baru saja tenggelam ketika aku tiba di kafe tersebut. Itu berarti para vampir akan bangun dalam waktu dekat dan mereka akhirnya akan menyadari bahwa aku menghilang. Karena itu, aku harus bergegas.
Aku dengan cepat memasuki kafe itu. Kuedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Bibirku melengkung menjadi sebuah senyuman ketika aku menemukan orang-orang yang aku cari sedang duduk di sebuah meja di sudut ruangan. Tanpa membuang waktu, aku mendekati mereka.
"Ivan, Alpha Adolph, Randolph," aku menyapa mereka.
Pada saat yang sama, ketiga manusia serigala itu berbalik untuk menatapku.
"Ah Rosanne, aku senang kamu akhirnya memutuskan untuk bertemu kami lagi," kata Alpha Adolph Wolfgang.
"Kamu tahu kenapa aku kembali ke sini. Jadi sekarang beritahu aku semua yang kamu tahu!" aku menuntut penjelasan.
"Silakan duduk!" Adolph menunjuk ke kursi kosong di sebelah Ivan.
Aku segera duduk.
"Sebelum aku memberitahumu apa yang aku ketahui, kamu harus memberitahuku terlebih dahulu apa yang telah kamu temukan sejauh ini!" suruh Alpha Adolph.
"Aku akui kalian benar. Raja Bellamy memiliki rencana untuk mengubah aku menjadi vampir seutuhnya setelah aku dan Maximilian menikah. Raja Bellamy sendiri yang mengakuinya," aku menceritakan kepada mereka.
"Dan apakah kamu yakin dia bisa melakukan itu? Maksudku, mengubahmu menjadi vampir seutuhnya?" Ivan mengajukan sebuah pertanyaan padaku.
"Tentu saja aku yakin. Dia adalah kakekku. Kakekku tidak mungkin mengharapkan aku celaka," jawabku tanpa ragu.
"Di situlah letak kesalahanmu, Rosanne," ujar Randolph.
Aku mengerutkan alisku. "Maksud kamu apa?"
"Pernahkah kamu bertanya-tanya bagaimana ibumu meninggal, Rosanne?" tanya Randolph.
Aku menggelengkan kepala. "Tidak, aku tidak pernah memikirkannya."
"Apa yang dikatakan kakekmu tentang kematiannya?" tanya Ivan.
"Dia tidak pernah mengatakan apa-apa tentang itu," jawabku.
"Karena kamu tidak tahu, biarkan aku memberitahumu tentang hal itu!" kata Alpha Adolph. "Putri Claribelle, ibumu, meninggal setelah mendapat hukuman mati dari Raja Bellamy."
"Apa?! Kamu tidak mungkin serius!" kataku dengan tak percaya.
"Aku mengatakan yang sebenarnya padamu, Rosanne. Ibumu dieksekusi mati oleh ayahnya sendiri, Raja Bellamy, karena dia telah melanggar hukum untuk tidak menikahi manusia," Alpha Adolph menjelaskan.
Ivan menambahkan, "Raja Bellamy sebenarnya bisa menyelamatkan ibumu. Tapi dia lebih memilih untuk membunuhnya daripada memaafkannya, hanya supaya dia tidak merasa malu di hadapan bangsanya dan vampir-vampir dari kerajaan lain."
"Dia benar," Randolph menimpali, "Raja Bellamy lebih memilih tahtanya daripada putrinya sendiri."
Aku menggelengkan kepala tak percaya. "Tidak, kalian pasti berbohong. Bagaimana mungkin kakekku melakukan itu terhadap putrinya sendiri? "
"Kamu tidak kenal Raja Bellamy dengan baik, Rosanne. Raja Bellamy adalah pria yang rela melakukan apa saja demi kekuasaan. Bahkan jika dia harus mengorbankan orang-orang tersayangnya sekalipun," ujar Ivan.
"Tidak, aku tidak percaya padamu," aku membantah.
"Terserah apakah kamu ingin mempercayai kami atau tidak. Tapi aku memperingatkan kamu, Rosanne. Raja Bellamy akan melakukan hal yang sama kepadamu seperti apa yang telah ia lakukan pada ibumu," kata Alpha Adolph.
"Apa maksudmu?" tanyaku.
Sang Alpha justru bertanya balik kepadaku, "Apakah kamu tahu mengapa Raja Bellamy ingin kamu menikahi Pangeran Maximilian di ulang tahunmu yang ke-17?"
"Aku pernah bertanya kepada kakekku tentang hal itu. Tapi dia tidak menjelaskan alasannya. Dia hanya bersikeras bahwa aku harus menikahi Maximilian tepat pada ulang tahunku yang ketujuh belas," jawabku dengan jujur.
"Apakah kamu ingin tahu mengapa dia bersikeras bahwa kamu dan Pangeran Maximilian harus menikah tepat pada ulang tahunmu yang ketujuh belas?"
Aku tahu kata-kata para werewolf tidak bisa sepenuhnya dipercaya, tetapi aku benar-benar ingin tahu alasannya meskipun itu hanya dari sisi mereka saja. Jadi aku menganggukkan kepala untuk mengatakan iya.
"Jawabannya ada hubungannya dengan darah yang mengalir di nadimu," ucap Adolph.
Aku mengerutkan kening. "Ada apa dengan darahku?"
"Yah, karena kamu setengah manusia dan setengah vampir, darahmu cukup istimewa. Tidak seperti darah vampir yang tidak bisa diminum oleh vampir lain, darahmu bisa diminum oleh mereka," jelas sang Alpha.
"Di hari ulang tahunmu yang ketujuh belas," lanjutnya, "kekuatan vampirmu akan diaktifkan. Dan karena itu, darahmu bisa memberi kekuatan dan keabadian bagi setiap vampir yang meminumnya. Karena itu, pada hari itu, kakekmu berencana untuk mengorbankanmu untuk keabadiannya. "
"Tidak, itu tidak mungkin. aku tidak percaya padamu. Kakekku tidak akan pernah melakukan itu. Dia mencintaiku dan juga ibuku," aku berteriak, tidak peduli jika aku menarik perhatian orang-orang yang ada di kafe ini.
"Raja Bellamy tidak mencintaimu atau ibumu. Satu-satunya yang ia cintai di dunia ini adalah takhtanya," tuduh Ivan.
"Tidak, kamu—"
"Sstt!" Alpha Adolph meletakkan jari telunjuknya di depan bibirku, yang secara otomatis membungkamku.
"Ada apa, Ayah?" Randolph bertanya.
"Sigmund ada di sini," jawab sang Alpha pelan.
"Apakah kamu yakin, Alpha?" tanya Ivan.
Alpha Adolph mengangguk singkat. "Kita harus pergi sekarang."
Sebelum aku bisa menjawab, Alpha Adolph berdiri dan berjalan menjauh dari meja kami menuju pintu belakang kafe.
"Sampai nanti, Rosanne," ucap Randolph ketika dia berdiri dan kemudian mengikuti ayahnya.
"Aku akan menemuimu nanti, Rosanne," kata Ivan sambil tersenyum sebelum akhirnya bangkit dari kursinya dan mengejar teman-temannya.
"Tunggu, Ivan!" Aku berteriak setelah dia pergi, tetapi dia mengabaikanku dan terus berjalan menjauhiku.
Berdiri, aku siap untuk mengejarnya. Tapi tiba-tiba seseorang meraih lenganku dari belakang, menahanku.