"Dari mana saja kamu, Mirabelle? Kau tahu, kamu membuat aku cemas ketika kamu tiba-tiba menghilang seperti itu. Kupikir kamu diculik lagi," aku disambut oleh omelan Raja Bellamy segera setelah aku dan Sigmund kembali ke istana.
Kami sekarang duduk berhadap-hadapan dalam ruang kerja kakekku. Dia memerintahkan Sigmund untuk membawaku ke sini begitu kami tiba di istana.
"Maaf, Kakek. Sebenarnya, aku pergi ke kafe yang aku kunjungi kemarin untuk mencari liontinku. Aku tidak bisa menemukannya di manapun di sini, jadi aku pikir Liontinku mungkin jatuh di sana," aku menjelaskan.
"Oh Mirabelle, berapa kali aku harus memberitahumu bahwa sangat berbahaya bagimu untuk bepergian sendirian? Bagaimana jika para manusia serigala itu kembali untuk menculikmu lagi?" Kakek memarahiku.
Andai saja Raja Bellamy tahu bahwa para manusia serigala itu memang kembali untukku. Namun mereka datang bukan untuk menculikku tetapi untuk berbicara kepadaku tentang kebohongan sang raja dan kematian ibuku.
"Aku tahu. Maaf, Kakek. Aku tidak punya pilihan selain pergi ke kafe itu sendirian di siang hari. Aku tidak bisa menunggu sampai matahari terbenam untuk mencari liontinku karena aku takut orang lain akan menemukannya terlebih dahulu. Liontin itu adalah satu-satunya yang ditinggalkan ibuku untukku dan aku tidak ingin kehilangannya," aku beralasan.
"Aku beruntung seorang pelayan menemukannya, dan dia bersedia mengembalikannya kepadaku. Jika orang lain yang menemukannya, mungkin aku tidak akan pernah bisa mendapatkan kembali liontinku dan aku akan sangat sedih kehilangan satu-satunya hal yang dapat mengingatkan aku pada ibuku," aku melanjutkan.
Aku pikir Raja Bellamy akan melunak setelah aku menyebutkan ibuku. Tetapi sebaliknya, dia malah mengomeli aku, "Dengar! Ini tidak boleh terjadi lagi. Lain kali jika kamu ingin pergi ke suatu tempat, kamu harus memberitahu aku atau Sigmund dulu! Atau aku tidak akan membiarkan kamu keluar dari istana ini lagi. Apakah kamu mengerti?"
Aku mengangguk. "Iya, Kakek. Aku mengerti. Aku berjanji lain kali aku akan meminta izin darimu atau Sigmund terlebih dahulu jika aku ingin pergi ke suatu tempat."
"Kamu sebaiknya memegang kata-katamu kali ini, Mirabelle. Aku sudah muak dengan kau yang mengulangi kesalahan yang sama berulang kali. Jika kau melanggar janjimu lagi, aku akan menghukummu dengan berat," Raja Bellamy mengancam.
Ancaman Raja Bellamy selalu berhasil membuat aku merinding. Aku sadar bahwa kakekku bersungguh-sungguh dengan apa yang beliau katakan. Aku tidak tahu hukuman apa yang kakekku miliki untukku jika aku sampai melanggar janjiku lagi. Dan sejujurnya aku tidak ingin mencari tahu.
"Iya, Kakek. Aku janji tidak akan melakukannya lagi," aku berjanji.
"Bagus!" serunya dengan sebuah senyuman puas.
"Oke, kurasa sudah waktunya untuk bertanya tentang kematian ibuku. Sekarang atau tidak sama sekali," pikirku.
"Hmm Kakek?" kataku ragu-ragu.
"Ya?" ucapnya.
"Jika kakek tidak keberatan dengan pertanyaanku, apakah kakek tahu bagaimana ibuku meninggal?" tanyaku.
Mendengar pertanyaanku, keheranan melintas di wajah Raja Bellamy, tetapi cepat memudar.
"Kenapa kau tiba-tiba ingin tahu tentang kematian mereka?" tanyanya.
Aku mengangkat bahu. "Tidak ada alasan khusus. Aku hanya ingin tahu. "
"Dengar! Sejujurnya, aku tidak tahu pasti bagaimana ibumu meninggal. Satu-satunya yang aku tahu adalah bahwa dia terbunuh dalam suatu kecelakaan," Raja Bellamy memberitahuku.
Aku bertanya-tanya kecelakaan seperti apa yang telah membunuh ibuku. Kecelakaan mobil? Kecelakaan pesawat? Kecelakaan kereta api? Kapal karam? Ledakan bom? Karena aku tahu bahwa kecelakaan sederhana tidak akan membunuh vampir dengan mudah.
Akan berbeda jika ayahku yang terlibat dalam kecelakaan itu. Dia bisa mati akibat dampak kecelakaan itu sebab dia hanya manusia biasa.
Atau mungkin aku terlalu melebih-lebihkan para vampir. Mereka mungkin tidak sekuat kelihatannya.
Namun, bahkan jika ibuku vampir yang lemah, dia masih harus lebih kuat dari manusia biasa. Jadi dia seharusnya selamat dalam kecelakaan seperti itu.
Jadi, apakah itu berarti bahwa Alpha Adolph Wolfgang mengatakan kebenaran kepadaku bahwa ibuku dieksekusi mati oleh ayahnya sendiri? Tapi, bisakah eksekusi bahkan dianggap sebagai kecelakaan? Karena Raja Bellamy mengatakan bahwa ibuku terbunuh karena kecelakaan. Mungkinkah raja vampir berbohong padaku untuk menutupi dosa-dosanya?
Lalu, bagaimana dengan ayahku? Apakah kakekku juga mengeksekusinya? Jika dia bisa membunuh putrinya sendiri tanpa berpikir dua kali, tentunya dia juga bisa membunuh menantunya, bukan?
Tapi tunggu! Sejauh yang aku ingat, baik Alpha Adolph Wolfgang maupun King Bellamy tidak pernah menyebutkan tentang kematian ayahku. Jadi mungkinkah itu berarti ayahku masih hidup sekarang? Selain itu, Sigmund juga mengatakan bahwa dia pikir dia telah melihat seseorang yang mirip ayahku ketika kami berada di kafe waktu itu.
Pikiran itu memberi aku secercah harapan. Aku akan merasa sangat bahagia jika ayahku benar-benar masih hidup. Karena itu berarti aku masih punya keluarga untuk tinggal bersama selain kakekku. Jadi, aku bisa meninggalkan kerajaan vampir ini dan memulai hidup baru dengan ayahku di dunia manusia.
"Mirabelle, kau baik-baik saja?" Pertanyaan kakekku menarikku keluar dari lamunanku.
"Oh ya, aku baik-baik saja. Aku hanya memikirkan soal ayahku," celetukku.
Raja vampir mengerutkan kening. "Ayahmu?"
Aku mengangguk.
"Kakek, apakah ayahku juga terbunuh dalam kecelakaan yang sama dengan ibuku?" aku bertanya karena penasaran.
"Ya, mereka berdua terbunuh dalam kecelakaan itu," jawabnya.
"Tapi Sigmund—"
Sigmund yang berdiri di belakang Raja Bellamy menggelengkan kepalanya untuk memperingatkan aku agar tidak memberitahu kakekku tentang apa yang terjadi di kafe itu tadi malam. Mungkin Sigmund hanya tidak ingin raja berpikir bahwa dia gila karena dia mengatakan bahwa dia telah melihat seseorang yang seharusnya sudah meninggal.
"Sigmund apa?" Raja Bellamy bertanya.
"Hmmm ... Sigmund ... Sigmund ...," aku terhenti.
Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku katakan kepada kakekku. Jika aku berbohong padanya, dia mungkin akan segera mengetahuinya. Jadi aku harus mengarang cerita yang akan dapat dipercayai oleh Raja Bellamy.
"Pikirkan, Rosanne! Pikirkan!" kataku pada diri sendiri.
"Sigmund bilang bahwa dia pikir ayahku mungkin orang yang membawaku ke panti asuhan, jadi dia mungkin masih hidup sekarang," aku akhirnya berkata.
Sigmund tidak terlihat puas dengan kata-kataku, tetapi dia tidak memprotes. Mungkin karena dia tidak bisa memikirkan alasan yang lebih baik.
"Dengar! Kedua orang tua kamu terbunuh dalam kecelakaan itu, hanya kamu yang selamat. Dan kamu dibawa ke panti asuhan oleh pekerja sosial bukan oleh ayahmu," Raja Bellamy memberitahu aku.
Aku terkesiap. "Jadi aku juga terlibat dalam kecelakaan itu?"
Raja vampir memberiku anggukan singkat. "Iya."
"Tapi kecelakaan seperti apa yang bisa membunuh seorang vampir seperti ibuku? Dan bagaimana mungkin aku, yang hanya seorang setengah vampir, bisa bertahan?" aku bertanya dengan curiga.
"Cukup, Mirabelle! Tidak seharusnya kita mengungkit tentang masa lalu. Mari kita fokus pada masa depan kita saja, oke?" Raja Bellamy berseru dengan tegas.
Usahanya untuk menghindari pertanyaanku membuat keraguan yang telah berkecamuk dalam pikiranku tiba-tiba muncul kembali. Sekarang aku mulai curiga bahwa Alpha Adolph Wolfgang benar tentang ibuku yang dibunuh oleh kakekku.
Tetapi aku tidak berani bertanya kepada Raja Bellamy tentang hal itu. Aku takut beliau akan marah kepadaku. Selain itu, aku tidak ingin melukai perasaan kakekku jika manusia serigala itu benar-benar mengatakan kebohongan tentang eksekusi ibuku.
"Kamu sebaiknya istirahat sekarang. Kamu pasti lelah setelah berjalan berjam-jam di hutan, kan?" usul sang raja.
Kali ini, aku setuju dengan kakekku. Aku benar-benar lelah setelah berjalan melalui hutan sepanjang hari. Karenanya, aku tidak mengeluh ketika dia memanggil penjaga dan memerintahkan mereka untuk mengantarkan aku ke kamarku.
"Selamat malam, Kakek," ucapku sebelum berjalan keluar dari ruang kerjanya.
"Selamat malam," balas kakekku.