Ketika kami sampai di kamarku, para penjaga segera undur diri. Tapi aku tahu mereka tidak benar-benar meninggalkan aku. Mereka pasti berjaga di depan kamarku.
Untuk pertama kalinya sejak aku dibawa ke istana ini, aku tidak keberatan dijaga oleh para vampir itu. Mungkin karena aku masih sedikit trauma setelah diculik olehsekumpulan manusia serigala.
Aku beruntung karena diculik oleh manusia serigala yang baik. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padaku jika aku disekap oleh manusia serigala jahat, atau oleh vampir liar, atau oleh makhluk mitos menyeramkan lainnya.
Melepaskan ransel yang diberikan oleh para manusia serigala kepadaku, aku melemparkannya ke tempat tidur. Setelah itu, aku menuju kamar mandi dan mandi untuk merilekskan tubuhku.
Berjalan keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit tubuhku, aku memasuki walk-in closet. Aku mengambil piyama merah muda dari lemari dan dengan cepat memakainya. Lelah, aku memutuskan untuk segera tidur.
Aku berbaring di tempat tidur. Tepat ketika aku hendak menutup mata, pintu terbuka dan Pangeran Maximilian menerobos masuk ke kamarku.
"Rosanne?" dia berteriak seraya berlari ke arahku.
Duduk tegak, aku bertanya sambil menguap, "Ada apa Maximilian?"
Duduk di tepi tempat tidur, Maximilian menarikku lebih dekat dengannya dan memelukku dengan erat.
"Aku senang kamu akhirnya kembali. Kamu tidak tahu betapa khawatirnya aku ketika kamu tiba-tiba menghilang," ucapnya dengan bersemangat.
"Hm Maxim, bisakah kamu melepaskan aku sekarang? Aku tidak bisa bernafas." Aku kesulitan bernafas mengingat betapa eratnya Maximilian memelukku.
"Maaf," gumam Maximilian sambil melepaskan pelukannya dariku.
"Dari mana saja kau, Mirabelle? Aku telah mencari kamu ke mana-mana, tetapi aku tidak pernah dapat menemukanmu," dia bertanya dengan cemas.
Ini adalah ketiga kalinya seseorang mengajukan pertanyaan yang sama kepadaku. Dan sejujurnya, aku bosan mengulangi jawaban yang sama berulang-ulang.
"Aku diculik oleh manusia serigala, tetapi aku berhasil melarikan diri dari mereka," kataku padanya.
"Apa?! Kamu diculik oleh manusia serigala?" tanya Maximilian heran.
Aku mengangguk.
"Tapi seluruh istana ini dijaga oleh para vampir terbaik, jadi bagaimana mungkin mereka bisa menculikmu tanpa ketahuan?"
"Bagaimana aku bisa tahu? Kenapa kamu tidak bertanya pada manusia serigala itu sendiri saja?" aku menjawab dengan sinis.
"Lupakan!" Maximilian berkata, "Kamu baik-baik saja, kan? Apakah manusia serigala itu melukaimu?"
"Jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Mereka tidak menyakitiku," jawabku.
"Aku penasaran. Bagaimana kamu bisa melarikan diri dari para manusia serigala itu, Rosanne? Maksudku, jika mereka bisa mengakali para prajurit vampir terbaik di kerajaan ini, jadi bagaimana kamu bisa lari dari mereka dengan semudah itu?"
Pertanyaannya mengejutkanku. Aku tidak pernah berpikir bahwa seseorang akan bertanya kepadaku tentang hal itu. Jika aku berbohong padanya, aku tahu Maximilian akan segera mengetahuinya. Jadi alih-alih menjawab pertanyaannya, aku memilih untuk mengatakan, "Ceritanya panjang. Mungkin aku akan memberitahumu nanti."
Pangeran Maximilian memegang kedua tanganku dan berujar sambil tersenyum, "Tidak masalah. Kamu dapat memberitahu aku kapanpun kamu siap. Yang paling penting adalah kamu baik-baik saja sekarang."
Aku membalas senyumannya.
"Tunggu!" dia tiba-tiba berkata, menatap tanganku dengan bingung. "Di mana cincin pertunanganmu?"
Aku melepaskan tangannya dari tanganku dengan marah. "Aku tidak bisa mempercayainya! Tunanganmu hilang sepanjang hari, tapi yang kamu khawatirkan adalah sebuah cincin pertunangan yang bodoh?"
"Bukan itu yang kumaksud, Rosanne. Aku—"
"Cukup!" aku menyela dia. "Aku lelah. Jadi bisakah kamu keluar dari kamarku, Maxim?"
"Tapi Rosanne—"
"Sekarang, Maximilian!" aku menggeram, memotong ucapannya.
"Oke." Pangeran Maximilian berdiri dan berjalan menuju pintu.
"Selamat malam, Rosanne. Tidur nyenyak. Sampai jumpa lagi besok," ucapnya sebelum keluar dari kamarku dan menutup pintu setelahnya.
"Betapa kasarnya dia! Dia bahkan tidak menunggu tanggapan dariku sebelum pergi," gerutuku.
Aku berbaring lagi dan menarik selimut hingga ke leherku. Aku baru saja memejamkan mataku selama satu menit saat tiba-tiba aku mendengar suara pintu terbuka.
Kesal, aku duduk. "Maximilian, aku sudah bilang aku tidak mau—" Aku berhenti di tengah kalimat ketika melihat bahwa bukan Maximilian yang datang, tetapi sang raja vampir.
"Kakek?" tanyaku dengan tak percaya.