Chereads / MY BITCH! AKU CINTA KAMU / Chapter 2 - TEMPAT PERSEMBUNYIAN

Chapter 2 - TEMPAT PERSEMBUNYIAN

"Yakin? masih mau bersamaku yang telah kurang ajar padamu? karena aku tidak bisa lepas dengan kebiasaan ku menikmati indahnya tubuh wanita yang tinggal bersamaku." ucap Edgar dengan santai menatap wajah Maya setelah menghentikan langkahnya.

"Aku akan berusaha menutup mata, aku juga tidak mau mataku terkontaminasi dengan sikapmu yang tidak tahu malu." ucap Maya berjalan cepat di samping Edgar agar tidak tertinggal jauh.

"Emm... laki-laki yang punya sikap tidak tahu malu ini yang bisa menyelamatkanmu dari kejaran Anton pelangganmu itu." ucap Edgar dengan santai tidak terpengaruh dengan kata-kata pedas Maya.

"Jangan sebut lagi nama itu! aku sudah muak!" ucap Maya berjalan cepat mengimbangi langka kaki Edgar.

"Sudah muak, tapi masih jadi pelanggan tetap!" ucap Edgar dengan tersenyum dingin. Di mata Edgar, siapa yang tidak mengenal Maya wanita cantik, seksi dan bergaya klasik yang sudah terkenal di dunia para lelaki.

"Bicaramu sama sekali tidak sopan!" ucap Maya kesal mendengar ucapan Edgar.

"Aku tidak pernah bicara tidak sopan. Aku bicara kenyataan karena memang benar Anton adalah pelanggan kamu sampai malam ini. Tidak tahu lagi kalau besok, apa kamu masih menerimanya atau tidak." ucap Edgar sambil mengamati kendaraan yang lewat di tengah malam yang bisa di tumpanginya.

"Kamu!! Ahhhh...!!!! percuma saja aku meladeni kamu! tidak guna bicara dengan orang bodoh!" ucap Maya berniat mendahului Edgar namun apa bisa di kata kaki Maya tidak bisa di ajak kerja sama.

"Aaauuuhhh!!" teriak Maya hampir jatuh ke tanah kalau Edgar tidak menangkapnya dengan cepat.

"Boleh marah, tapi mata harus waspada." ucap Edgar dengan posisi memeluk pinggang Maya.

"Lepaskan tanganmu! aku biasa berdiri....Aauhhhh!!" teriak Maya terjatuh ke tanah seiring tangan Edgar yang melepaskan pinggangnya.

"Bodoh!! kenapa kamu melepaskan aku!" teriak Maya yang bersimpuh di tanah.

Edgar mengusap tengkuk lehernya menatap Maya yang melotot padanya.

"Kamu sungguh merepotkan! bukannya kamu sendiri yang minta dilepaskan?" ucap Edgar sambil mengulurkan tangannya membantu Maya.

Namun dengan kasar Maya menepis tangan Edgar.

"Tidak perlu! aku sudah jatuh!" ucap Maya dengan bibir cemberut.

"Ya sudah." ucap Edgar kembali melanjutkan langkahnya.

"Heiiii!! tunggu!! tolong aku!" teriak Maya saat tahu kakinya sebelah sangat sakit untuk di gerakkan.

Edgar membalikan badannya melihat Maya yang masih duduk bersimpuh.

"Kenapa kamu di situ? kita harus mencari tempat persembunyian secepatnya!" ucap Edgar sedikit keras dan berat.

"Aku...aku tidak bisa berdiri, kakiku sepertinya terkilir." ucap Maya dengan wajah memelas.

Edgar menendang sebuah kaleng yang ada di hadapannya dengan kera, merasa bingung dengan sikap Maya yang seperti angin. Sebentar marah, sebentar manja.

Sambil menyabarkan hati Edgar kembali mendekati Maya dan mengangkat tubuh Maya dan menggendongnya.

Secara kebetulan ada mobil pick-up yang lewat segera Edgar menghentikan dengan melambaikan tangannya.

Setelah mobil pick-up itu berhenti segera Edgar menghempaskan tubuh Maya ke dalam Pick-up yang berisi jerami untuk makanan hewan. Selesai bicara dengan sopir pick up dan memberikan beberapa uang segera Edgar menyusul naik ke dalam Pick-up.

Pick-up berjalan dengan lambat di kegelapan malam dengan angin yang begitu kencang.

Edgar melirik Maya yang duduk di pojok dengan memeluk kedua lututnya seperti orang yang kedinginan.

Dengan santai Edgar melepas jaketnya kemudian melempar jaketnya ke arah Maya.

Maya sedikit tersentak dan kaget saat jaket Edgar mengenai tubuhnya.

"Apa yang kamu lakukan!! Kenapa kamu melemparku dengan jaket? Apa kamu tidak bisa sedikit halus pada wanita!" teriak Maya dengan suara kerasnya yang berbaur dengan angin malam.

"Pakailah jaket itu agar kamu tidak kedinginan. Aku tidak mau besok pagi harus merawat kamu karena masuk angin." ucap Edgar seraya menyalakan rokok untuk menghangatkan tubuhnya.

Maya menelan salivanya merasa malu pada Edgar yang ternyata meminjamkan jaket untuk dirinya yang sedang kedinginan.

Tanpa mengucapkan terima kasih Maya terdiam sambil melihat jalanan yang begitu sepi. Dan Maya tidak tahu kemana dirinya di bawa Edgar untuk bersembunyi.

Hampir dua jam perjalanan, Maya sudah tidak tahu lagi kemana arah Pick-up membawanya pergi. Karena sudah tidak bisa menahan rasa kantuknya akhirnya Maya pun tertidur dengan posisi duduk bersandar di tumpukan jerami.

Tiba di tempat persembunyiannya, Edgar meminta sopir Pick-up berhenti dengan mengetuk kaca badan Pick-up.

Melihat Maya yang masih tertidur pulas dan melihat pergelangan kakinya yang bengkak, Edgar tidak sampai hati untuk membangunkannya.

Dengan sigap Edgar mengangkat tubuh Maya yang masih tertidur pulas dan membawanya masuk ke dalam area kampung tempat persembunyiannya yang selama ini tidak ada seorang pun yang tahu.

"Heii Bos!! siapa wanita itu? tidak biasanya Bos Besar membawa wanita kemari?" tanya Baim orang kepercayaannya yang menjaga kampung persembunyiannya.

"Diamlah! cepat siapkan satu kamar untuk wanita ini dan panggil juga Mbok Ijah ke sini!" ucap Edgar seraya membaringkan tubuh Maya di balai bambu tempat yang dia pakai untuk istirahat.

"Kenapa harus memanggil Mbok Ijah Bos? Memang Bos Besar terluka lagi?" tanya Baim dengan serius.

Karena pertanyaanya tidak di jawab Edgar segera Baim keluar menjalankan tugas dari Edgar.

Edgar melihat Maya yang masih tidur pulas dan belum terbangun, segera Edgar mengambil segelas air putih kemudian mengambil sedikit air dan memercikkannya ke wajah Maya.

"Aaahhhh!!!" teriak Maya sangat kaget saat merasakan sesuatu yang basah di wajahnya.

"Bangun! kamu harus di pijat malam ini juga." ucap Edgar seraya bangun dari duduknya kemudian mengambil kaosnya dalam almari kayu dan di berikannya pada Maya.

"Apa maksudmu? dengan aku dipijat malam ini? kamu tidak akan berbuat senonoh padaku bukan?" tanya Maya sambil meremas kaos Edgar untuk menutupi belahan dadanya.

"Masuklah kedalam kamar dan ganti pakaian pendekmu itu dengan kaosku sebelum kamu dipijat sama orang-orangku." ucap Edgar seraya meminum air yang ada di gelas sisa dari air yang di percikkannya ke wajah Maya.

"Tidak! aku tidak mau masuk ke dalam kamar! aku di sini saja! kamu pasti berniat tidak baik padaku bukan?" ucap Maya masih belum menyadari kalau kakinya dalam keadaan bengkak.

Edgar mengepalkan tangannya. Sungguh ingin rasanya Edgar menyumpal bibir Maya dengan bibirnya lagi, agar bibir itu tidak mengeluarkan kata-kata pedas lagi.

"Ya sudah, kalau kamu mau di sini. Aku mau ke dalam kamar dan tidur." ucap Edgar merasa lelah berdebat dengan Maya.

"Tunggu!! Auuuhhh!!" teriak Maya saat berdiri dari tempatnya untuk menyusul Edgar.

"Ada apa lagi?" tanya Edgar semakin pusing dengan sikapnya seorang wanita.

"Aku tidak tahu dengan kakiku, aku... aku ikut denganmu ke kamar." ucap Maya kembali dengan wajah memelas.

Edgar menekan pelipisnya, sungguh otaknya tidak bisa sejalan dengan keinginan seorang wanita.