Chapter 15 - 15

Revisi [16 Mei 20]

Ku ikhlaskan semua yang terjadi, tanpa ku kenang bagaiman rasa yang sangat menyakiti. Mungkin ini yang disebut takdir tuhan.

Sorot itu begitu sendu menatap kedepan, terpancar kesayu an didalamnya. Bagai tak ada harapan, namun dibalik itu, ada sedikit cahaya didalamnya. Sebagai penanda bahwa ada sedikit harapan dari sorot itu untuk tetap melanjutkan kisahnya.

Bukan lagi hitungan hari, tapi sudah hitungan bulan. Ya, bulan ke tujuh lebih tepatnya. Bulan ke tujuh tanpa tangisan. Air itu sudah berhenti keluar sejak saat terakhir ia mengetahui semuanya. Tanpa kata ia meninggalkan kota yang penuh dengan history kelam tentang kisahnya.

Kini, setelah tujuh bulan, ia memulai kembali kisahnya di Kota yang akan menjadi saksi tentang kehidupan barunya. Tanpa kenangan bahkan bayang-bayang masa lalu. Tak ada lagi nama mereka di lembar buku baru yang kembali dia tulis kisahnya.

Tak ada sedikitpun  rasa sesal di hatinya bahwa ia pernah mengenal mereka, bahkan pernah ingin memilikinya dengan tamak. Mungkin karena itulah ia ditegur oleh tuhan.

Flasback on

"Pa, ayo kita ke rumahnya Khaira pa. Aku mau jelasin ke dia apa yang sebenarnya terjadi," malam itu, setelah dia kembali kerumah. Arji langsung pergi keruang kerja milik papanya. Dia mengajak Irfan untuk menemui Khaira dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Kalau bisa juga meminta maaf kepada gadis itu.

"Papa memang akan pergi kesana  besok. Papa punya banyak salah sama dia, walau pun papa yakin dia akan sulit untuk memaafkan semua kesalahan papa," jawab Irfan sambil menerawang ke masa lalu.

Dia akui dia memang brengsek, bajingan dan tidak pantas untuk di panggil papa. Tapi memang kenyataannya cinta itu buta dan memabukkan. Membuat siapa saja yang merasakannya akan hilang arah.

"Aku nyesel pa, seharusnya dulu aku nggak ngikutin kemauannya Riska sama mama. Seharusnya Aku lebih tegas untuk mengambil keputusan," Arji tertunduk lesu. Penyesalan yang dia rasakan sangat teramat besar. Hingga membuat pundaknya terasa menopang ribuan ton barang.

Irfan menghela nafas, mungkin rasa sesal yang anaknya rasakan tidak sebesar rasa sesal yang dia tanggung.

"Kalau papa punya mesin waktu, papa ingin mengulang masa lalu. Meskipun papa yakin tidak bisa memperbaikinya, tapi papa bisa memilih salah satu diantar mereka tanpa harus menyakiti salah satunya."

Dan memang sebegitu besar rasa bersalah yang pria tua itu rasa, hingga tanpa malu air matanya keluar dengan deras. Harapannya untuk bertemu dengan sang putri memang terkabul, tapi ia lupa meminta kepada tuhan agar di pertemukan di waktu yang tepat. Bukan seperti tadi.

****** 

Pagi ini, sesuai rencana mereka semalam. Setelah bersiap dan memastikan Aura tidak ada di rumah, Irfan dan Arji langsung memasuki mobil.

Arji mengendarai mobil sport itu dengan lihai, hingga mereka tiba di rumah yang dulu pernah menjadi tempat tinggal salah satu diantara mereka.

Dengan cepat mereka turun dari mobil, dan memencet bel yang ada di sudut tiang. Tidak lama pagar besi yang tingginya melebihi mereka terbuka, memperlihatkan wanita paruh baya yang telah mengasuh Khaira sedari kecil.

"Tuan?" Raut terkejut tidak bisa di sembunyikan dari wajah bi Yayan.

Delapan  tahun, dan ini lah kali pertama pertemuan majikan dan pembantu itu kembali. Rasa senang dan kecewa tidak bisa ia pungkiri telah bersarang dihatinya.

"Iya bi, saya mau ketemu anak saya, ada kan bi?" Tanyanya tanpa basa-basi.

Bi Yayan terdiam bingung. Bagaimana cara dia menjelaskan kepada majikannya ini tentang Khaira.

"Anu tuan, anu.. Sebaiknya tuan masuk dulu. Biar saya bikin minum untuk tuan dan aden,"ajaknya kaku.

Merasa ada yang aneh, Irfan langsung mencerca wanita itu dengan banyak pertanyaan.

"Nggak usah repot bi, kami hanya ingin bertemu Khaira. Dia ada kan? Tolong panggilan  bi, saya ingin bicara padanya."

"Anu tuan, anu apa ya. Em non Khaira berangkat dari tadi tuan," ujarnya pelan nyaris berbisik.

"Hah, maksudnya gimana bi?" Bukan, bukan irfan yang bertanya, melainkan Arji. Rasanya harapan yang ia pupuk semalam telah hilang di tiup angin saat berita ini di terimanya.

"Iya den, non Khaira memang sudah pergi sejak tadi. Katanya pesawatnya jam 9 nanti."

Tanpa pikir panjang Arji segera berlari menuju mobilnya, saat tiba di depannya mobilnya Arji melirik arloji nya sekilas. Masih ada setengah jam lagi dari keberangkatan Khaira. Dia harus cepat atau tidak ada kesempatan sama sekali.

Saat memasang seat belt, Irfan masuk. Dengan wajah murung ia menyuruh Arji agar segera membawa mobil ke bandara.

Tapi memang mereka tengah bermain dengan takdir, hingga jika sang pembuat takdir tidak mengizinkan, mereka yang hanya memiliki rencana pun tidak bisa berbuat apa-apa.

Dan yang tersisa dan akan terus mengurung hati mereka adalah rasa bersalah dan sesal karena mengecewakan orang yang amat sangat mereka sayangi.

Flasback off

Lombok, di Kota ini Khaira akan mengukir kisahnya. Kisah baru tentang kehidupannya yang ia harap kedepannya akan baik-baik saja.

Diangkatnya dagu keatas. Menutup mata perlahan, dapat ia rasa udara yang menerpa kulit wajahnya. Memasuki setiap pori-pori.

Kembali memori itu merasuki pikirannya,  sebenarnya saat itu ia belum terbang. Tapi karena rasa kecewa yang gadis itu rasakan membuatnya enggan untuk bertemu dengan Ayah serta kakak tirinya.

Kakak tiri?

Bahkan saat menyebutkan kalimat itu, hatinya serasa di remas. Bagaimana bisa orang yang dulu pernah ia cintai ternyata kakak nya sendiri.

Sungguh lucu takdir ini mempermainkan dirinya. Dia yang sudah sangat tersakiti harus kembali di tampar kenyataan, bahwa sebenarnya orang yang ia tunggu, berada tidak jauh darinya.

P

onsel gadis itu bergetar memecahkan lamunan nya tentang kejadian tujuh bulan lalu.

Raja

Bagai mana Lombok? Bagai mana keadaan kamu disana? Aku mau senyum kamu terukir dengan indah disana Ra.

Senyum tipis tak dapat gadis itu sembunyikan dari birainya. Memang hanya cowok itu yang kini dapat menerbitkan senyum di bibirnya.

Setelah malam itu, Raja memberi Khaira tiket pesawat esoknya. Tujuan Lombok menjadi pilihan pria muda itu kala ia membeli tiket tersebut. Dan cowok itu juga berjanji akan menyusul Khaira secepatnya.

Khaira

Lombok  itu selalu indah Ja, kabar  aku baik kok. Dan senyum aku akan selalu menghiasi hari-hari aku disini. Kamu apa kabar? Cepet lulus ya Ja. Biar kamu bisa nemenin aku disini😊

Nomong-ngomong tentang sekolah, Khaira juga sudah pindah sekolah ke Lombok, dan yang mengurus semuanya adalah Raja, tanpa sepengetahuan mereka semua, cowok itu mengurus berbagai macam berkas yang kiranya akan di butuhkan oleh Khaira.

Dan enam bulan lalu, Khaira sudah resmi menjadi bagian dari Lombok. Menjadi peserta didik disana, dan juga warga yang taat aturan di sana. 

Raja

Aku seneng denger nya. Aku baik kok. Iya, aku janji bakal nyusul kamu setelah aku lulus✌😊

Khaira

Kamu tahu nggak Ja, tadi aku keliling Lombok bareng temen baru aku. Dia baik banget loh, mah luangin waktu ngajak aku jalan. Sebenarnya aku berharap bisa mengenal kota ini dengan kamu😔😓

Raja

Oh ya? Temennya cewek atau cowok? Jangan sedih. Nanti Aku bakal ajak kamu keliling Lombok dan sekitarnya. Sebentar lagi juga aku lulus kok,  Sabar ya🙂

Khaira

Iya, temen aku disini cewek semua mr. Posessive, aku juga nggak terlalu dekat sama cowok-cowok yang ada di sekolah kok. Udah kapok🤭. Siap bos🙋‍♀️.

Semenjak kejadian itu, Raja memang sangat posessive kepada Khaira, pernah waktu itu Khaira lupa mengabari cowok itu kalau dia sedang ada tugas kelompok. Raja menelponnya berkali-kali yang sama sekali tidak diangkat oleh khaira. Akhirnya cowok itu menghubungi sekolah Khaira, lebih tepatnya semua guru mata pelajaran tadi itu.

Jangan heran Raja dapat nomor itu dari mana, karena Khaira di wajibkan memberi semua nomor ponsel yang ada di hpnya tanoa terkecuali.

Bukan apa-apa, Raja hanya takut hidup Khaira yang ada di Jakarta terulang kembali di tempat barunya kini

*****

Batam, 19 Maret 20.