Matahari bersinar dengan semangat seolah tiada hari esok untuk memancarkan sinarnya, membuat siapa saja merasakan sengatan dari pancaran sinarnya. Beberapa kedai yang menjual minuman dingin dan es tampak ramai, hingga membuat gadis dengan topi yang menutupi sebagian kepalanya enggan untuk ikut mengantri.
Khaira, saat ini dia tengah duduk di salah satu meja warung yang berada di pinggir jalan. Niatnya tadi, dia ingin menghabiskan waktu yang sediki, untuk menikmati moment kebersamaan nya dengan sang kekasih.
Tapi niat tinggal lah niat, karena matahari yang bersinar kelewat semangat dan juga motor yang tadi mereka naiki ternyata kekurangan angin membuat semua ekspetasinya yang ia bangun dari semalam seketika buyar.
Kini, hubungan Khaira dan Raja sudah berjalan dua tahun. Keduanya sudah berkuliah semester tiga dan tempat mereka melanjutkan pendidikan pun tidak sama. Hal itu lah yang membuat Khaira sedikit cemberut sedih. Sebab Raja hanya beberapa hari saja menemaninya disini dan ini adalah hari ke empat mereka untuk menikmati kebersamaan, tapi semua sirna.
"Udah jangan cemberut lagi, nanti aku cari tempat isi angin. Kamu tunggu di sini aja." Raja muncul dari balik punggung Khaira sambil membawa di gelas plastik es doger. Dia memberikan satu gelas yang tidak pakai tape kepada gadisnya lalu duduk di samping Khaira.
"Panas tau, kamu jangan lama."
"Ini udah pake topi masa masih panas? Aku lah yang harusnya ngomong gitu. Iya enggak lama," ujar Raja sambil mengusap dahinya yang penuh dengan keringat.
Sebenarnya topi yang di pakai oleh Khaira adalah topi milik Raja, tapi karena cowok itu tidak tega melihat kekasihnya kepanasan, Raja dengan ikhlas memberikan topinya agar di kenakan oleh Khaira.
"Yaudah, aku lanjut dorong motor dulu. Kamu jangan kemana-mana disini aja. Aku sebentar aja," pesan cowok itu kepada Khaira. Sebelum melanjutkan mendorong motor, Raja mengusap sekilas topi Khaira.
Khaira mengangguk, saat Raja mulai mendorong motornya, netra gadis itu mengikuti setiap langkah Raja hingga sosoknya hilang di balik belokan.
Untuk membunuh rasa bosan ya, Khaira membuka handpone milik Raja yang tadi cowok itu tinggalkan. Ada banyak pesan whatsApp yang belum di baca, tapi melihat dari tanggal pengiriman, sepertinya itu pesan lama yang memang sengaja tidak ingin di buka.
Tidak di pungkiri memang jika Raja memiliki paras yang lumayan tampan. Terkadang Khaira merasa khawatir jika mereka sedang berjauhan dengan jarak yang ber mil-mil. Bukan karena takut Raja berpaling, tapi lebih ke pada perempuan yang akan menggodanya.
Tangan Khaira berpaling ke aplikasi instagram, Raja sangat jarang mengaplod sesuatu ke sosmednya, padahal followers nya lumayan banyak.
"Udah di isi anginnya, kita mau lanjut kemana Ra?" Khaira yang sedari tadi menekuri ponsel Raja langsung mengangkat kepalanya.
"Kok cepet?"
Raja menaikkan sebelah alisnya, memang kenapa kalau dia cepat sampai?
"Kenapa emangnya?"
"Enggak, kirain aku kamu mompa bannya jauh."
Raja tidak menjawab, ia hanya menatap Khaira membuat gadis itu sedikit salah tingkah.
"Kita lanjut aja. Udah nggak terlalu panas ini," Khaira berdiri dari duduk nya. Merapikan sedikit pakaiannya lalu menggenggam tangan Raja. Raja langsung menyambut tangan Khaira dan menuntunnya menuju motor yang terparkir di samping kedai.
****
"Kita foto box yuk, biar kaya orang-orang."
Raja menatap Khaira sekilas sebelum mengangguk mengiyakan permintaan gadis itu.
Beberapa gaya mereka lakukan, mulai dari saling menatap, Raja yang mengapit leher Khaira, hingga saling memeletkan lidah mereka peragakan.
Setelah mendapatkan hasil fotonya, Khaira langsung menyimpannya sebagai kenangan bila nanti ia rindu pada Raja, ke dalam tas.
"Habis ini makan ya, terus kita nonton film yang kemarin aku tunjuin sama kamu posternya itu," ucap Khaira sambil menggandeng tangan Raja.
Raja lagi-lagi hanya mengiyakan, sebab dia tahu kalau Khaira akan sangat merindukan moment kebersamaan mereka nanti. Apa lagi besok Raja sudah harus kembali ke Jakarta, hal itu yang membuat Raja menuruti setiap keinginan Khaira.
Satu setengah tahun yang lalu, Saat Raja di nyatakan lulus dari sekolah menengah atas dan mendapatkan ijazah, dia mulai membuka usaha kecil-kecilan yaitu menjual baju-baju untuk anak muda, tidak hanya itu ia juga menjual beberapa sepatu yang tengah trend pada masanya. Walaupun pernah bangkrut, tapi berkat dukungan dan bantuan orang-orang terdekatnya, Raja mampu bangkit kembali dan kini dia sudah memiliki dua toko di dua mall berbeda.
"Ja, aku mau makan burger boleh?"
Raja seolah tertarik dari dunia khayalnya saat mendengar suara Khaira memasuki indra pendengarannya.
"Hm?"
"Aku mau burger sama kentang."
"Tadi kamu udah minum es, sama makan freed chicken. Jangan makan itu lagi."
Bukannya apa, Khaira pernah jatuh sakit Karena memakan makanan yang tidak sehat. Membuat Raja yang jauh darinya kalang kabut, karena jarak mereka yang tidak dekat. Tidak ingin hal itu terulang kembali, Raja mulai membatasi dan memilih mana yang baik dan boleh untuk gadis itu makan atau gunakan dan mana yang tidak.
Biarkan dia terlihat posessive karena dia tau apa yang membuat gadis itu bahagia dan apa yang membuatnya sakit. Raja Tidak ingin gadis itu kembali menangis atau terluka lebih dari dua tahun lalu.
"Tapi aku mau." Suara Khaira terdengar merengek di telinga Raja.
Entah mengapa semenjak Khaira menerima Raja di bandara waktu itu, dia menjadi manja dan mudah merajut pada Raja. Cowok itu sampai heran di buat nya, sebab yang dia tau Khaira itu sangat tegar dan mandiri. Bukan manja dan mudah merengek, tapi Raja tidak pernah mempermasalahkan sifat Khaira yang begitu, karena baginya Khaira yang manja dan mudah merajuk sangat menggemaskan.
"Kita makan di sana aja," tunjuk Raja pada restaurant nasi padang.
"Ck, kamu aja yang makan di sana. Aku maunya burger."
"Enggak, kita yang makan di sana, ayo." Raja menarik lembut tangan Khaira.
"Ayo Ra. Nanti setelah kita makan, aku beliin kamu kentang ini," bujuknya masih dengan menarik tangan Khaira.
"Bener?"
"Iya, cepet nanti keburu habis tiket nantinya."
Menang, Raja akhirnya berhasil menarik gadis itu dengan iming-iming kentang dan popcorn. Sebenarnya tanpa di minta pun Raja akan membelikan tapi setelah gadis itu makan nasi.
"Kamu tunggu sini, biar aku yang beli tiketnya."
Khaira mengangguk sambil terus mengunyah kentang goreng yang tadi Raja belikan.
"Udah dapet ni, kita tunggu di sana aja."
Raja membawa Khaira untuk duduk di kursi yang tersedia, sesekali ia melirik gadis itu yang masih asik mengunyah tanpa menjawab pertanyaan atau ajakan Raja.
Tidak lama menunggu, pintu bioskop terbuka, orang-orang yang tadinya berada di dalam telah keluar. Raja masih menggenggam tangan Khaira untuk menuntunnya masuk kedalam. Saat mereka sudah menduduki kursi sesuai nomor, Khaira mengeluarkan ponselnya.
"Kita foto dulu sebelum lampunya di matiin," ajak Khaira seraya mengarahkan kamera ponselnya ke arah mereka.
Beberapa foto telah tersimpan dan lampu pun sudah di matikan. Layar lebar di depan mereka sudah memutar film yang akan di tonton, sesekali tangan Khaira terukur untuk mengambil popcorn yang ada di pangkuan Raja.
******
Suara motor yang di kendari Raja memasuki gang rumah Khaira, setelah mereka selesai menonton Raja langsung membawa Khaira pulang karena jam sudah menunjukkan angka sepuluh.
"Kamu langsung tidur ya, jangan main hp lagi."
"Iya, kamu juga. Besok aku bantu beresin barang kamu."
Raja memang menumpang menginap selama lima hari dia di sana di rumah Khaira. Tapi dia bersumpah tidak berbuat macam-macam terhadap gadis itu. Mereka juga sudah meminta izin pada RT setempat dan di ijinkan dengan syarat tidak satu kamar dan tidak berbuat hal-hal lainnya.
"Good night."
"Too."
*********
Ada yang nunggu extra part cerita ini?
Sengaja aku buat untuk melepas rindu pada mereka, walaupun gajelas tapi, ya... sudahlah nikmati saja.
Btw bdw, mau nanyak kalau kalian berkenan merespon. Kalian mau nggak kalau cerita Khaira Raja di lanjut?
Kalau memang mau, comment dong biar aku buat. Tapi kalau nggak ya nggak maksa juga sih. Ok gitu aja.
JANGAN LUPA MAMPIR KE CERITA AKU YANG BARU 'PERIHAL KU' YA....
Batam, 4 Juli 20.