Chereads / Khaira's Story (on going) / Chapter 21 - Cuaca dan Posesif

Chapter 21 - Cuaca dan Posesif

Akhir-akhir ini cuaca tidak menentu, bahkan hampir seminggu penuh bumi di guyur hujan, belum lagi angin serta petir yang menyambar. Memang sudah waktunya memasuki musim penghujan. Bahkan sisa hujan lebat yang mengguyur semalaman masih belum kering, sudah di tanpa dengan hujan baru. Hal itu di sambut girang orang Khaira, bumil muda itu bahkan tak beranjak sedikitpun dari kasur padahal sudah hampir pukul sebelas siang. Bagaimana tidak senang, jika hari biasanya yang berarti hari cerah dia harus merelakan Raja untuk pergi mencari uang, kini dia bisa bermanja-manja dengan sang suami tanpa takut Raja meninggalkan nya.

"Kamu gak lapar? Tadi cuma minum susu aja kan?" Tanya sang suami sembari mengusap pelan kening Khaira.

"Ja, mata aku gak mau di buka," adunya manja. Raja yang melihat mata Khaira yang memang tampak enggan di buka, mengusapnya pelan lalu membubuhkan satu ciuman di masing-masing kelopak.

"Nanti dedek nya lapar Ra, aku masakin ya. Kamu mau apa?"

"Mau mie rebus," jawab Khaira cepat. Masih berusaha keras melawan kantuk yang seolah sudah mengakar di matanya.

Raja terkekeh melihat usaha Khaira, wajah tirusnya yang sudah berubah menjadi chubby tak pernah luput dari perhatiannya. Dia gemas sekali hingga menggigit pipi itu pelan membuat Khaira seketika melotot.

"Bisa gak sih, kamu gak gigit aku sekali aja. Jorok tau, bau lagi."

"Enak aja, emang kamu kira aku belum sikat gigi. Udah Aku  mau masak dulu. Kamu sikat gigi sana, sekalian mandi kalau bisa."

"Hm, dingin."

"Ck, bumil jorok."

Khaira mengabaikan cibiran Raja, dia memutuskan untuk melenggang ke kamar mandi untuk membersihkan wajah dan menyikat gigi. Urusan mandi bisa belakangan. Tapi niatnya yang ingin mandi belakangan harus pupus karena tergoda dengan dinginnya air yang memanggil.

Tiga puluh menit kemudian Khaira keluar dari kamarnya dan langsung menghampiri Raja ya tengah menikmati teh hangat. Saat Khaira sudah duduk di sampingnya, Raja langsung menoleh. "Kenapa? Gitu banget ngeliatnya."

"Kamu wangi banget, kaya bau sabun aku? Kamu pake sabun aku?" Tuding Raja seraya mengecup pelan pipi kanan Khaira.

Khaira hanya menyengir. "Sabun kamu wangi banget, gak kaya yang kemaren. Aku suka," ucapnya sambil mulai menyantap mie rebus buatan Raja yang memang sudah di letakkan di hadapannya.

"Iya, tapi itu buat laki-laki. Kamu gak cocok make itu, emang sabun kamu udah habis?"

Khaira akan membalas namun mulutnya penuh membuat Raja terkekeh, dia meneliti wajah sang istri dengan seksama. Menikmati momen berdua mereka yang sangat jarang terjadi.

"Masih banyak, tapi aku bosan sama baunya, ganti boleh gak?" Tanya Khaira setelah dia menelan makanannya.

Raja mengangkat sebelah alisnya, "Masih banyak, sayang kalau nggak di pake. Tunggu habis aja."

Khaira mengangguk, dia tak lagi melanjutkan obrolan mereka sebab mie buatan Raja lebih menggoda dari pada sebotol sabun. Apa lagi menikmatinya sehabis mandi di dukung dengan curah hujan yang lebat di luar sana.

***

Saat ini, Raja dan Khaira tengah menonton tv yang menayangkan film action pilihan Khaira, Raja sudah menolak. Karena selain itu film action, ada beberapa adegan yang mengandung unsur kekerasan. Dan Raja tidak suka jika Khaira menonton film yang seperti itu.

"Ra, kita ganti aja deh sama yang lain," itu bujukan Raja yang kesekian, namun tetap saja di abaikan oleh Khaira.

Wanita itu tengah asik menikmati tiap adegan namun tidak pernah fokus karena rengekan Raja. Itu film baru yang mereka download menggunakan kuota Raja karena memang rumah mereka tidak ada wifi.  Dan Khaira sudah sangat menantikan film itu,  namun sepertinya tidak dengan Raja.

"Kamu bisa diem nggak sih, kalau kamu gak mau nonton yaudah aku aja," dumel Khaira kesal.

"Kamu nggak takut, itu nggak baik Ra. Kamu tuh lagi hamil, nanti pikiran kamu jadi kemana-mana. "

"Kemana-mana apanya sih?" Tanya Khaira bingung, membuat Raja semakin kesal.

"Udah ganti aja, kamu nonton yang lain aja, frozen kek, berbie kek atau apa. Nggak usah yang itu!" Tanpa sadar Raja menaikkan suaranya membuat Khaira terdiam.

Oke, memang Raja sudah berlebihan tapi mau bagaimana lagi, dia tidak suka kalau Khaira melakukan hal yang kurang baik menurutnya. Sebut saja Raja posesif karena memang sejak kehamilan Khaira dia tidak bisa menahan untuk melarang Khaira melakukan hal yang tidak baik menurutnya.

Khaira tak lagi membalas, dia bangun dari duduk nya yang nyaman. Lalu beranjak menuju kamar, entah mengapa Khaira ingin menangis sekarang.

Raja yang melihat itu jadi serba salah, maksud hatinya baik malah jadi seperti ini. Tanpa berfikir lagi, dia langsung menyusul Khaira ke kamar. Saat membuka pintu, di lihat nya Khaira yang tidur menghadap kiri yang berarti membelakanginya.

"Yang," panggil Raja pelan.

"Sayang. Aku minta maaf, aku cuma gak suka kalau kamu nonton film kekerasan kaya gitu."

Belum ada jawaban, Khaira masih menangis terbukti dari bahunya yang bergetar pelan. Raja tak putus akal dia menaiki tempat tidur dan berbaring di belakang Khaira lalu memeluknya pelan. "Jangan nangis Ra, aku gak suka kamu nangis. Apa lagi karena aku, udah ya. Aku minta maaf."

Raja membalikkan tubuh Khaira pelan, untungnya wanita itu tidak menolak. Saat tubuh Khaira sudah menghadap Raja, dengan cepat Raja mengusap pelan air mata yang bersimbah di pipi bulat Khaira.

"Bumil kesayangan aku cengeng banget sih. Udah nangisnya, aku minta maaf ya,"

Khaira tak membalas, dia diam saja sambil menatap wajah Raja. Namun tiba-tiba dia tersadar bahwa dia telah berlebihan, hanya karena larangan Raja dia langsung menangis? Ah bukan Khaira sekali. Untuk mengurangi rasa malunya dia langsung membenamkan wajahnya di dada Raja yang di sambut kekehan oleh pria itu.

"Udah nggak usah malu, aku maklum kok."

"Diem," balas Khaira malu.

***

Malam telah menyambangi, tanpa ada lagi tetes hujan yang menemani. Seperti yang telah mereka rencanakan bahwa mereka akan pergi keluar, keinginan Khaira kalau dia ingin pergi ke taman kota. Katanya sudah lama dia tidak kesana, sebenarnya Raja sempat menolak. Karena walaupun hujan tidak lagi turun tetap saja anginnya kencang dan itu membuat Raja khawatir Khaira masuk angin. Namun karena bujuk rayu dan tangis air mata sudah berbicara, jadilah mereka disana sekarang. Di dalam mobil yang tengah melaju di imingi suara Khaira.

"Tau nggak sih Ja, kata Foni di taman kota udah ada biang makanya sekarang. Aku nggak sabar pengen naik, mau liat kota dari atas. Terus kata Foni jiga, di sana juga udah lebih bagus dari pada dulu. Duh udah lama banget aku nggak kesana."

"Asal kamu gak masuk angin aku turuti,"

"Enggak dong, aku bawa minyak telon kok, balsem juga. Kamu tenang aja, ini juga lagi kepengen salad buah. Seger banget malam-malam makan salad buah."

"Iya, kita tuntaskan semua keinginan bumil, sekarang udah nyampe. Pake jaketnya yang bener, biar aku bukain pintunya."

Raja keluar langsung menuju membukakan pintu Khaira, sebelum turun dia membantu Khaira mengoleskan minyak telon ke atas leher wanita itu. Di rasa bahwa Khaira sudah memakai yang seharusnya baru lah dia membantu Khaira keluar.

"Pelan-pelan aja Ra, nanti kamu jatuh. Nggak usah buru-buru gitu, pasti kita kebagian."

"Aku tuh nggak sabar tau, kamu lama banget jalannya. Cepetin dikit dong."

"Kita makan dulu baru naik biang lala. Kamu mau makan apa."

"Salad buah," balas Khaira tak sabar.

"Makan nasi dulu baru makan salad."

"Udah ayo kita makan bebek goreng aja," ajaknya sambil menarik pelan tangan Khaira.

Wanita itu hanya pasrah mengikuti, setelah sampai di tenda mereka memesan dua porsi bebek goreng dan satu porsi sate kacang untuk Khaira. Tak lama menunggu kesenangan pengunjung yang tak ramai, pesanan mereka pun sampai. Raja membantu Khaira untuk memisahkan daging dari tusuk sate agar memudahkan wanita itu makan, setelah keperluan Khaira selesai barulah dia menikmati hidangamnya.

*****

Batam, 14 oktober 20.