Tiba-tiba Xiao Taohong berkata, "Yiren, kamu kehilangan enam puluh yuan hari ini."
"Bukankah aku menang dua puluh yuan?" Ujar Yu Yiren sambil tertawa.
"Tapi kamu masih harus membayar 40 yuan, bagaimana kamu bisa menjelaskan kepada Tuan Ketujuh? Bukankah beliau selalu bersikap dingin, bahkan terlihat seperti orang asing. Aku sedikit khawatir memikirkan tentang hal itu." Ucap Xiao Taohong yang merasa cemas.
"Aku hanya akan menyerahkan apa yang harus aku serahkan." Kata Yu Yiren lalu tersenyum, dan berjalan menuju Hanyuan.
…...
Di malam hari.
Bulan purnama menggantung tinggi, dan hari ini adalah hari ke 15 setiap bulan seperti biasanya.
Di dalam ruang sayap.
('Ruang Sayap' adalah ruangan yang terletak pada kedua sisi di depan ruangan utama rumah tradisional China.)
Di sebuah kursi yang terbuat dari kayu cendana merah.
Yu Yiren terengah-engah, mulutnya sedikit terbuka, "Sakit... sakit…."
Kedua telapak tangannya memegang dada, saat ini jantungnya berdetak dengan sangat kencang.
Kemudian pintu kamarnya terbuka.
Xiao Taohong terlihat masuk dengan membawa kotak makanan dan meletakkannya di pintu.
"Yiren, obatnya sudah datang."
Yu Yiren tidak begitu peduli, semua anggota tubuhnya sakit. Tangannya gemetar dan panik, ia segera mengambil kotak makanan berisi obat itu.
Yu Yiren mengeluarkan mangkuk berisi darah itu, kemudian segera meminumnya.
Perlahan-lahan ia merasa sakitnya mereda.
"Apakah kamu merasa lebih baik, Yiren?" Tanya Xiao Hongtao yang terlihat prihatin.
Yu Yiren mengangguk, "Di mana kamu mendapatkan semangkuk darah ini? Apakah kamu bisa melihat wajah pria misterius itu kali ini?"
"Kotak makanan berisi darah ini ditempatkan di halaman luar, pria misterius itu benar-benar seperti hantu, aku tidak melihat siapa pun."
Yu Yiren mengerutkan keningnya, "Sebenarnya siapa orang itu? Dia berada dalam tempat yang gelap, dan kita berada dalam tempat yang terang, entah apa yang akan ia lakukan."
Yu Yiren menatap mangkuk berisi darah yang telah habis itu dan bergumam, "Sebenarnya darah macam apa ini? Bagaimana bisa menghilangkan sakit di dadaku?"
"Yiren, sudah jangan pikirkan hal itu. Jika pria misterius itu ingin menunjukkan dirinya, ia akhirnya pasti akan menunjukkannya kepada kita."
Malam ini, Yu Yiren masih tertidur dengan rasa gelisah, sampai-sampai dia terus terbangun dari tidurnya hingga subuh.
…...
Keesokan harinya.
Yu Yiren selesai menyajikan teh.
Dan bersiap kembali ke Hanyuan.
Namun ia merasakan sebuah gerakan.
Dan ia pun langsung mendongak.
Di luar gerbang, ada sebuah mobil yang berhenti.
Huo Jincheng memasuki gerbang dengan dikelilingi ketiga selirnya.
Mata tajam Huo Jincheng tertuju pada Yu Yiren.
Yu Yiren terpaku untuk sesaat, lalu ia segera menundukkan kepalanya sehingga tidak bisa melihat Huo Jincheng, kemudian bergegas pergi dari tempat itu.
"Adik ipar, diam di situ." Huo Jincheng memerintah dengan nada suara yang berat.
Yu Yiren berhenti sambil mengambil napas dalam-dalam, lalu berbalik dan memandanginya, kemudian tersenyum sembari berkata, "Selamat pagi, Tuan Keenam ~"
Huo Jincheng melangkah maju, ia menatap Yu Yiren dengan matanya yang indah.
"Adik ipar, aku baru kembali dari ibu kota provinsi, dan aku membawakanmu hadiah spesial."
Mata Yu Yiren terlihat sangat panik.
Di belakang Huo Jincheng, ketiga selirnya menatap Yu Yiren dengan ekspresi kaget.
Mereka kaget karena sebagai selir Huo Jincheng, mereka tidak mendapat hadiah, tetapi Yu Yiren, sebagai istri dari adik laki-laki Huo Jincheng, malah mendapatkan hadiah.
Sungguh tidak masuk akal.
Kemudian Huo Jincheng memberi perintah kepada Zheng Qing, "Berikan hadiahnya."
Dan Zheng Qing menyerahkan sebuah kotak yang indah.
Huo Jincheng pun menerimanya.
Setelah kotak itu dibuka, terlihat kalung mutiara yang sebening kristal.
Melihat hadiah itu, mata ketiga selir Huo Jincheng melotot.
Huo Jincheng mengambil kalung mutiara itu dan menyerahkannya kepada Yu Yiren. "Adik ipar, aku kebetulan melihat kalung mutiara ini kemarin. Lihat lah warnanya, merah muda dan putih. Adik ipar, kulitmu lebih putih daripada putihnya salju, kalung ini pasti sangat cocok untukmu."
Setelah mendengarkan hal itu, Yu Yiren seakan menghirup udara dingin.
Tatapan ketiga selir itu tampak setajam pisau melihat hal tersebut.
"Yiren menghargai kebaikan hati Tuan Keenam, tetapi kalung ini akan lebih cocok jika diberikan kepada ketiga Kakak Ipar." Yu Yiren menolak nya sambil tersenyum.
Huo Jincheng tiba-tiba menggenggam tangan Yu Yiren, dan tatapan matanya menjadi semakin dingin dan berkata, "Adik ipar, panggil aku Kakak Keenam, dan jangan menolak kebaikan Kakak."