Chereads / Sebuah Perjodohan / Chapter 20 - 19. Perenungan

Chapter 20 - 19. Perenungan

Kegiatan seperti biasa Velda bersiap untuk kerja. Akan tetapi sebuah benda berbunyi di saku jaket merah maron itu. Nomor yang tidak dikenalnya terpampang jelas kali ini bukan nomor yang kemarin tapi beda lagi. +628777466xxxx

"Hal--"

"Jemput aku, alamatnya nanti kirim lewat sms." Ucap seseorang memerintah dan mematikan panggilan itu.

Velda menatap layar HP nya bukan untuk kali ini hidupnya dijengkelin oleh seseorang paling menyebalkan. Belum selesai untuk memberi alasan pemilik pakan ternak itu datang-datang memerintah nya untuk menjemput dirinya ke kantor.

"Memang gua babu lo!" Maki Velda pada HP nya sendiri.

"Non..." Bibi Zaina menyapa putri majikannya

"Iya, Bi?" Sahut Velda memasukan HP kedalam saku jaket tersebut.

"Tadi ada pesanan dari nyonya, katanya kalau nona Velda sudah bangun jangan lupa hadir ke pabrik bapak," Ucap Bibi Zaina menyampaikan kepada Velda.

Velda mendengar lagi-lagi dia mendapat kegiatan yang sangat banyak. "Ya sudah nanti setelah selesai antar paket aku kesana saja," Sambung Velda mulai bersiap untuk meninggalkan halaman rumahnya.

"Tapi, non... Kata nyonya sekarang, nyonya minta nona Velda izin cuti satu hari." Lanjut Bibi Zaina menyampaikan lagi.

Velda baru akan menaiki sepedanya pagi hari sudah mendapatkan kejutan luar biasa baginya.

"Kok mendadak sekali, Bi? Memang ada kepentingan apa sampai harus suruh aku kesana?" Kekesalan Velda kumat lagi.

"Tidak tahu, non. Cuma ini Bibi sampaikan," Ujar Bibi Zaina.

Velda mendengus pendek di rogoh HP nya kemudian mencari nomor yang akan dia telepon tersebut.

"Halo, Ndo, gua bisa minta tolong sama lo. Titip sama Pak Andra, gua hari ini tidak masuk ya ... Bukan, gua ada kepentingan keluarga .... Pekerjaan sampingan itu biarkan saja, ini lebih penting daripada pekerjaan, tolong ya, thanks!"

Sekarang dia harus menelepon pengusaha pakan ternak. Mengerti di sana dan kemudian di kirim.

+6287776432xxx

Maaf, hari ini saya tidak bisa menjemput anda. Saya masih ada urusan keluarga.

Velda mengganti dan untuk menelepon supir pribadi dari ayahnya. Tapi panggilan telepon masuk.

Ck! Siapa lagi sih! - Velda mencebik kesal mau tak mau mengangkatnya.

"Hal--"

"Jemput sekarang, aku hari ini ada meeting! Tidak ada penolakan!" Ucap seseorang dari seberang

"Tapi..."

Panggilan terputus dan membuat Velda menggeram kesal. Akhir-akhir ini perjalanan hidupnya terusik karena lelaki sialan itu.

****

Pada akhirnya Velda memutuskan untuk menjemput lelaki sialan itu tepat di gedung tinggi apartemen. Menunggu satu setengah jam adalah hal paling membosankan bagi Velda.

Dia harus beralasan dengan orang tua tidak bisa hadir acara pertemuan di kantor pabrik ayahnya. Tentu Ibunya sangat marah sekali sehingga memojokkan dirinya sebagai putri tidak berguna. Bagi Velda memang sudah terbiasa disebut hal seperti itu. Dia tidak menyukai suasana dramatis seperti mereka berdua.

Tak lama kemudian sosok yang di tunggu oleh Velda pun muncul juga, kemunculan itu membuat dirinya menjijikan di pagi hari mengatakan lelaki itu akan meeting tapi yang dia lihat adalah ciuman panas di depan umum.

Bisa juga wanita seperti itu melakukan tanpa rasa malu dan situasi. Pintu itu dibuka oleh lelaki tidak lain adalah Arka. Wanita itu boleh dikatakan cantik jauh lebih cantik daripada Velda. Karena dandan sedikit tebal dan terlihat dewasa.

"Kamu menyewa supir?" Wanita itu menanyakan kepada Arka.

"Iya, hanya sementara." Jawab Arka menutup pintu dan menyusulnya duduk disebelah wanita cantik itu. Tepat berada di sisi kiri belakang duduk Velda.

Arka ekspresi biasa saja tetap berikan manja kepada kekasihnya. Bagi Velda itu wajar tidak mudah cemburu walau dia juga wanita. Bisa saja itu hanya permainan dari para lelaki untuk memancing.

Velda menjalankan mobil itu, yang buat dia terusik adalah bisikan desah dan ciuman panas ada di belakangnya. Seluruh bulu kuduk merinding untuk Velda.

"Sayang, sudah... Malu di lihat sama..." Wanita itu menundain cumbuan seksual di mobil.

"Maaf, kamu terlalu manis," Ucap Arka.

Setelah semua aman terkendali tepat di lampu merah menunggu giliran lampu hijau. Melirik sekeliling jalanan. Seseorang berdiri tengah meminta sedekah dari mobil satu ke satu lainnya. Dan Velda menurunkan kaca jendela itu Arka pun melirik dari arah pantulan kaca depan melihat sikap wanita manis cantik itu mengeluarkan selembar uang warna cokelat kepada pengemis itu.

"Terima kasih, semoga rezeki mu berlimpah." Ucap pengemis itu.

Beberapa menit kemudian lampu merah telah berganti menjadi hijau, Velda pun menjalankan mobilnya. Arka masih memperhatikan wanita didepan sedang mengemudi itu.

Entah membuat dirinya bersimpati padanya. Lebih beda dari yang dia temui, meskipun dia tidak bisa mencuri hari wanita yang dijadikan sopir tetap Arka ingin tahu segala kepribadiannya.

"Sayang," Wanita itu memanggilnya.

"Ah ya?" Sahut Arka tidak dia sadar daritadi dirinya melamun memikirkan wanita di depan itu.

"Apa kamu benar menyetujui perjodohan dari Mama dan Papamu?" Wanita itu bertanya.

"Begitulah, kenapa? Kamu takut aku akan meninggalkanmu?" Jawab Arka balik bertanya

"Bukan begitu, hmm, bisa saja. Bukankah Papamu tidak suka sama aku?" Ucapnya sedih.

"Papaku dia memang begitu, tapi, aku yakin dia bisa menerimamu. Itu hanya perjodohan mereka, dari awal aku tidak suka rencana mereka. Akan ada waktunya mereka mengerti. Apalagi aku belum pernah bertemu wanita pilihan dari mereka," Kata Arka mencoba menghibur.

"Tapi, jika kamu sudah bertemu dengan wanita pilihan Mama dan Papamu, lalu kamu pasti menjauh dariku."

"Tidak akan, walau pun wanita itu cantik sebagaimana pun cantik itu, pilihanku adalah kamu. Hanya kamu yang bisa aku bahagiakan..."

Velda yang dari tadi fokus kedepan mendengar semua percakapan dua pasangan itu. Velda merasa jika di posisi lelaki itu mungkin dia akan memilih hal yang sama.. Tapi semua kembali pada dunianya. Dia juga tidak akan memilih siapa pun kalau pun perjodohan itu terbaik dari orang tuanya.

Sampai saat ini dia bebas untuk melakukannya. Tapi setelah bertemu dengan lelaki yang di pilih oleh Mama dan Papanya, mungkin Velda akan mempertimbangkan semua. Karena pernikahan itu memiliki ikatan erat bisa saja setelah berkeluarga dia malah tidak dapat mempertahankan hubungan menjadi istri yang baik.